Hutan Tanaman Industri vs Sawit: Ekonomi - Finansial
Abstract
Maksud dari penulisan paper ini adalah untuk menunjukkan kinerja ekonomi finansial kebun sawit dan
hutan tanaman. Beberapa variabel yang dianalisis adalah nilai ekspor, sumbangan terhadap produksi nasional,
penerimaan negara, pembukaan lapangan kerja, pendapatan rumah tangga, dan dampak sosial. Metoda yang
digunakan melalui survai literatur dan statistik yang diterbitkan lembaga resmi yang kridibel baik domestik
maupun internasional. Dalam hal nilai ekspor, sumbangan terhadap produksi nasional, pembukaan lapangan
kerja, dan pendapatan rumah tangga nampak bahwa kebun sawit mengungguli hutan tanaman. Dalam hal
penerimaan negara dalam bentuk bukan pajak (PNBP), hutan tanaman mengungguli kebun sawit, karena
PNBP sawit memang tidak ada. Tetapi keunggulan ini tererosi oleh keunggulan kebun sawit dalam memberikan
pajak bumi dan bangunan (PBB). Secara umum, Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP), yang digunakan sebagai
dasar penentuan pajak yang harus dibayarkan, perkebunan lebih tinggi dibandingkan NJOP perhutanan untuk
semua item, baik tanah maupun bangunan. Perbedaannya sangat besar. Sebagai contoh, NJOP tanah belum
produktif di kebun sawit adalah Rp 1500 per m2 untuk tanah yang belum diolah hingga Rp 1700 per m2 untuk
tanah persemaian, sementara untuk hutan tanaman hanya Rp 200 per m2. Dampak sosial kebun sawit dan
hutan tanaman cukup sulit untuk dibandingkan. Terjadinya alienasi masyarakat tempatan secara kurang tepat
sering disebutkan sebagai dampak dari kehadiran kebun sawit dan hutan tanaman, karena alienasi tersebut
sesungguhnya telah terjadi sejak ada klaim kawasan hutan.
Collections
- Forest Management [206]