Analisis Hotspot dan Area Bekas Terbakar di Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur
Abstract
Kabupaten Alor merupakan salah satu Provinsi di Nusa Tenggara Timur yang tergolong rawan kebakaran. Kabupaten Alor memiliki jumlah hotspot terbanyak ketiga setelah Sumbawa dan Kupang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sebaran hotspot area bekas kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2015 dan 2019. Analisis hotspot dilakukan dengan menggunakan satelit Terra/Aqua-MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) untuk mengetahui area permukaan bumi yang memancarkan suhu tinggi. Analisis data dilakukan melalui buffering hotspot dengan jarak 1 km x 1 km. Jumlah hotspot di Kabupaten Alor pada tahun 2015 sebesar 51 hotspot yang tersebar di lima jenis tutupan lahan. Jumlah hotspot tahun 2019 sebesar 64 hotspot yang tersebar di delapan jenis tutupan lahan. Luas area bekas terbakar di Kabupaten Alor pada tahun 2015 sebesar 16.021 hektar dan mengalami peningkatan luas area bekas terbakar sebanyak 25% pada tahun 2019 menjadi 20.106 hektar. Jenis tutupan lahan yang memiliki luas area bekas terbakar terbesar pada tahun 2015 dan tahun 2019 adalah hutan lahan kering sekunder. Jenis tutupan lahan yang memiliki luas area bekas terbakar terkecil pada tahun 2015 adalah pertanian lahan kering dan pada tahun 2019 adalah pemukiman atau lahan terbangun serta tanah terbuka. Kata kunci: area terbakar, hotspot, kebakaran, tutupan lahan Alor District is one part of the East Nusa Tenggara Province that classified as prone to fire disaster. Alor District has the third highest number of hotspots after Sumbawa and Kupang. The purpose of this study is to analyze the distribution of hotspots in areas of former forest and land fires in Alor District, East Nusa Tenggara Province in 2015 and 2019. Hotspot analysis was performed using the Terra/Aqua MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) satellite to find out the area of the earth's surface that emits high temperatures. Data analysis was carried out through hotspot buffering with a distance of 1 km x 1 km. The number of hotspots in Alor District in 2015 was 51 hotspots spread across five types of land cover. The number of hotspots in 2019 was 64 hotspots spread across eight types of land cover. The burned areas in Alor Regency in 2015 was 16,021 hectares and experienced an increase in the burned areas by 25% in 2019 to 20,106 hectares. The type of land cover that had the largest burned areas in 2015 and 2019 is secondary dryland forest. The type of land cover that had the smallest area of burned areas in 2015 was dryland farming and in 2019 it was residential or built-up land as well as open land. Keywords: burned area, hotspot, fire, land cover
Collections
- UT - Silviculture [1361]