Logam Arsen dan Nikel di Sedimen Perairan Teluk Kendari Sulawesi Tenggara : Mekanisme Mobilitas Polutan
Abstract
Logam berat di lingkungan perairan termasuk di wilayah Teluk Kendari
sebenarnya hasil akumulasi dari berbagai proses fisik dan kimiawi baik saat proses
transport maupun deposisi dari sungai ke perairan teluk di samping asal/sumber logam.
Proses-proses ini sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan meliputi arah, kecepatan
arus, dan elevasi permukaan laut. Variabilitas dan sebaran juga dipengaruhi oleh
reaktivitas partikel yang menentukan sifat mobilitas, bioavailibilitas, dan berdampak
pada toksisitas logam berat.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji proses mobilitas logam di perairan Teluk
Kendari secara fisik dan kimiawi melalui pemodelan pelacakan partikel traking
menggunakan pendekatan model hidrodinamika dan menganalisis partisi geokimia
dalam sedimen. Pengumpulan data lapangan dilakukan pada bulan Maret 2020 di
perairan Sungai Wanggu, estuari, dan perairan Teluk Kendari pada sedimen dasar.
Pemodelan partikel traking melalui pendekatan model hidrodinamika menggunakan
MIKE-21, partisi geokimia logam berat Arsen dan Nikel dengan metode Sequential
Extraction Procedure, fraksi ukuran sedimen berdasarkan metode Dry Sieving
(pengayakan) dan Wet Sieving (pemipetan), dan analisis Total Bahan Organik
(TBO) menggunakan metode yang telah diaplikasikan di lakukan pada bulan Juni
2020 sampai September 2021.
Pola sirkulasi perairan Teluk Kendari dibangkitkan oleh pasang surut dimana
saat menuju pasang arah arus menuju ke dalam teluk, sebaliknya saat menuju surut
arah arus keluar teluk. Kecepatan arus nampak dipengaruhi oleh bentuk morfologi
teluk yang sempit di mulut teluk yang menghadap ke Laut Banda, dan melebar ke
dalam teluk. Hal ini mengakibatkan kecepatan nampak lebih kuat di mulut teluk
dibandingkan dengan bagian dalam. Pada kondisi menuju pasang saat purnama
kecepatan di bagian dalam dekat muara sungai kecepatan mencapai 0.18 m/s hingga
0.24 m/s, sedangkan kecepatan meningkat 0.36 m/s hingga 0.42 m/s pada mulut
Teluk. Pada kondisi menuju surut saat purnama kecepatan di bagian dalam dekat
muara sungai kecepatan mencapai 0.24 m/s hingga 0.32 m/s, sedangkan kecepatan
meningkat 0.48 m/s hingga 0.56 m/s pada mulut teluk. Hal ini mengakibatkan aliran
Sungai Wangu menjadi relatif lambat yang memungkinkan partikel terdeposisi
sehingga menjadi relatif dangkal di depan muara Sungai Wangu seperti
tergambarkan pada struktur sedimen yang didominasi oleh partikel liat. Sebaliknya
pada mulut Teluk partikel pasir relatif dominan yang mengindikasikan wilayah
tersebut cenderung berkekuatan arus relatif kuat. Simulasi pelacakan partikel
(particle tracking) nampak cukup kuat memberikan gambaran pergerakan partikel
dari aliran sungai dan potensi pengendapan di wilayah teluk
Fenomena transport material ini nampak berperan penting terdapat deposisi
logam berat di Teluk Kendari, dimana Arsen dan Nikel banyak diendapkan di
wilayah tengah. Diduga pengendapan ini juga dibantu dengan keberadaan bahan
organik yang berpotensi mengikat logam terlarut sebelum diendapkan dan
diakumulasi di sedimen. Hal ini diindikasikan dengan kandungan organik tinggi
relatif tinggi dan juga fraksinasi logam yang berasosiasi dengan bahan organik
(fraksi Organik). Pengendapan tidak terjadi di mulut teluk diduga karena arus relatif
kuat. Partisi geokimia logam Arsel dan Nikel dalam sedimen didomonasi oleh
fraksi residual yang menginfomasikan bahwa sumber polutan kedua logam dalam
penelitian ini berasal dari alam, namun peningkatan persentasi non-residual pada
kedua logam yang diteliti dimana logam Nikel menunjukan peningkatan persentasi
yang cukup tinggi pada wilayah estuari yang mengindikasikan adanya potensi
logam berat dari sumber antropogenik begitu pula logam Arsen pada wilayah teluk.
Collections
- MT - Fisheries [3011]