Life Cycle Assessment Produksi Crude Palm Oil (CPO) (Studi Kasus: PT X Provinsi Bengkulu)
Abstract
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan komoditasunggulan di
sektor perkebunan yang paling banyak diproduksi di Indonesia. Perkembangan
perkebunan kelapa sawit Indonesia mengalami peningkatan pesat disetiap tahunya,
tahun 2021 luas areal perkebunan kelapa sawit Provinsi Bengkulu meningkat 4.642
ha dari luas areal tahun sebelumnya. Peningkatan juga terjadi di sektor produksi
CPO, Provinsi Bengkulu mencatatkan tahun 2021 produksi CPO naik menjadi
30.052 ton CPO dari total produksi tahun 2020 sebesar 1.063.404 ton CPO.
Aktivitas kegiatan perkebunan kelapa sawit serta kegiatan di industri dan tingginya
produksi CPO dapat menimbulkan berbagai permasalahan terhadap dampak
lingkungan seperti limbah, perubahan kualitas air, tanah, udara, serta peningkatan
terhadap emisi. Dampak lingkungan berasal dari penggunaan bahan material berupa
bahan baku, bahan tambahan berupa bahan kimia, penggunaan energi dan limbah
yang dihasilkan oleh unit proses.
Metode yang dapat digunakan untuk menganalisis dampak lingkungan dari
siklus daur hidup produk adalah Life Cycle Assessment (LCA). LCA adalah metode
untuk menilai potensi dampak lingkungan dari sistem produk atau jasa pada semua
tahap dalam siklus daur hidup produk. Tujuan dari kajian LCA ini untuk
mengidentifikasi input yang digunakan dan output yang dihasilkan dari tahapan
siklus daur hidup produksi CPO; menghitung nilai dampak lingkungan yang
dihasilkan dari tahapan siklus daur hidup produksi CPO serta merumuskan skenario
perbaikan untuk mengurangi dampak lingkungan.
Tahapan kajian LCA dilakukan berdasarkan framework SNI ISO 14040 :
2016, yang terdiri dari empat tahapan, yaitu penentuan tujuan dan ruang lingkup,
analisis inventori, analisis dampak lingkungan dan interpretasi hasil untuk upaya
perbaikan. Dampak lingkungan yang dikaji terdiri dari tiga kategori yaitu
pemanasan global (GWP), asidifikasi dan eutrofikasi dengan menggunakan
software SimaPro metode CML-IA baseline. Batasan sistem kajian LCA ini adalah
cradle-to-gate, dimulai dari subsistem proses perkebunan meliputi unit proses
(pembibitan dan pemeliharaan bibit, pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM),
dan transportasi TBS industri), subsitem proses produksi CPO di industri, subsistem
pengolahan air bersih (WTP), dan subsistem pengolahan air limbah (WWTP).
Analisis inventori menunjukkan bahwa siklus daur hidup produksi CPO
memerlukan input berupa bahan baku TBS baik dari masyarakat dan TBS dari
kebun inti PT X, bahan tambahan seperti pupuk, herbisida, fungisida dan
insektisida, bahan kimia Al2(SO4)3, Na2CO3, PAC dan bio treatment 0168, air dan
sumber energi seperti steam (uap panas), listrik, solar dan bensin. Output yang
dihasilkan berupa produk utama yaitu CPO, limbah padat tankos, cangkang dan
fibre serta juga limbah cair, dan emisi ke udara, air dan tanah
Berdasarkan hasil analisis kajian LCA siklus daur hidup produksi CPO
diketahui bahwa 1 ton produksi CPO menghasilkan dampak lingkungan GWP,
asidifikasi dan eutrofikasi masing-masing sebesar 698,7 kg-CO2eq/ton-CPO; 2,68
kg-SO2eq/ton-CPO dan 1,18 kg-PO4
3-
eq/ton-CPO. Sumber utama emisi (hotspot)
pada kategori dampak GWP, asidifikasi dan eutrofikasi adalah TBS masyarakat
pada subsistem proses produksi CPO, disusul dengan produksi steam pada
subsistem proses produksi CPO.
Rekomendasi skenario perbaikan diterapkan untuk mengurangi dampak
lingkungan yang dihasilkan. Skenario perbaikan pada subsistem proses perkebunan
yaitu mereduksi penggunaan pupuk NPK 12:12:17 dengan pupuk organik tankos
yang dapat menurunkan dampak GWP (30,02%), asidifikasi (27,39%) dan
eutrofikasi (33%). Skenario perbaikan pada subsistem pengolahan air limbah yaitu
dengan pemanfaatan limbah cair menjadi biogas (methane Capture), penerapan
skenario perbaikan ini dapat menurunkan dampak emisi GWP (60,86%), asidifikasi
(78,85%) dan eutrofikasi (95,98%). Skenario perbaikan pada subsistem pengolahan
air bersih yaitu dengan substitusi Al2(SO4)3 dengan PAC sebagai bahan kimia
penjernihan air, penerapan skenario perbaikan ini dapat menurunkan dampak emisi
GWP (30,12%), asidifikasi (59,81%) dan eutrofikasi (26,19%). Skenario perbaikan
pada subsistem proses CPO di industri yaitu dengan mereduksi listrik steam turbin
generator dengan listrik biogas limbah cair, penerapan skenario perbaikan ini dapat
menurunkan dampak GWP (27,81%), asidifikasi (25,82%) dan eutrofikasi (2,97%).
Collections
- MT - Agriculture Technology [2208]