Pengaruh Konsentrasi Spermatozoa dan Penambahan Antioksidan Melatonin pada Pengencer Terhadap Peningkatan Kualitas Spermatozoa Domba Post-Thawing dan Tingkat Fertilisasi In Vitro
Date
2023-01-10Author
Putri, Frilianty
Karja, Ni Wayan Kurniani
Setiadi, Mohamad Agus
Kaiin, Ekayanti Mulyawati
Metadata
Show full item recordAbstract
Kriopreservasi semen adalah teknik yang efisien untuk menyelamatkan sel
sperma akan tetapi dapat menyebabkan tekanan fisik dan kimia pada membran
spermatozoa, mengurangi viabilitas dan kesuburannya. Semen harus diencerkan
dengan benar agar sperma perstraw cukup untuk pembuahan buatan. Karena tidak
ada standar yang jelas, maka perlu dilakukan penelitian apakah ada pengaruh
perbedaan konsentrasi terhadap kualitas spermatozoa domba pasca thawing.
Selanjutnya, Mempertahankan kualitas spermatozoa dalam beberapa penelitian
dilakukan dengan menambahkan antioksidan. Dalam beberapa tahun terakhir,
melatonin telah banyak digunakan sebagai antioksidan tambahan dalam
kriopreservasi. Perbedaan konsentrasi pada suplemen ekstender dan melatonin
sebagai antioksidan pada ekstender masih perlu dieksplorasi. Oleh karena itu
penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh perbedaan konsentrasi bahan
pengencer dan efektivitas suplementasi melatonin dalam pengencer terhadap
kualitas semen pasca thawing.
Dua ekor domba dari Unit Rehabilitasi dan Reproduksi IPB digunakan dalam
penelitian ini. Semen asal ejakulat ditampung dengan metode vagina buatan
(MVB). Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama, semen
diencerkan dengan pengencer Andromed pada tiga konsentrasi yang berbeda yaitu
50, 100, dan 200 juta spermatozoa. Sampel semen dikemas di dalam straw mini
0,25 ml. Tahap kedua, semen diencerkan dengan andromed dengan konsentrasi 100
juta spermatozoa dan disuplementasi dengan antioksidan melatonin pada dosis yang
berbeda (0, 0,5, 1,0, dan 1,5 mM melatonin). Spermatozoa dievaluasi untuk pola
gerakan dan motilitas menggunakan analisis sperma berbantuan komputer (CASA),
MPU dan TAU serta tingkat fertilisasinya. Data penilaian spermatozoa ditunjukkan
sebagai mean ± SD. Setiap percobaan diulang sebanyak lima kali. Data dianalisis
menggunakan One-Way Analysis of Variance (ANOVA) menggunakan IBM®
SPSS® Statistics versi 22.0.
Hasil penelitian spermatozoa domba frozen-thawing dengan konsentrasi
perstraw yang berbeda menunjukkan persentase motilitas total lebih tinggi pada
konsentrasi 100 juta spermatozoa perstraw 45,74 ±3,70 dan tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan. Keutuhan akrosom memiliki
perbedaan konsentrasi spermatozoa perstraw 45,00 ± 5,00; 46,36 ±3,34; 46,17 ±
5,39, berurutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keutuhan membran plasma
memiliki pada kelompok konsentrasi 100 juta memiliki nilai persentase tertinggi
(48,33 ± 4,80). Hasil pola pergerakan didapatkan nilai VCL tidak berbeda pada
semua kelompok perlakuan, nilai VCL yang lebih rendah terdapat pada kelompok
dengan konsentrasi 50 juta, dan nilai VCL tertinggi terdapat pada kelompok dengan
konsentrasi 100 juta. Pada konsentrasi yang sama, tidak ada perbedaan persentase
LIN antara kelompok konsentrasi 50 juta, 100 juta, dan 200 juta. Sementara itu,
persentase LIN pada kelompok 50 juta dan 100 juta ditemukan lebih rendah
dibandingkan pada kelompok 200 juta. Persentase LIN spermatozoa pada periode
yang berbeda tidak berbeda antara perlakuan yang sama. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh konsentrasi spermatozoa terhadap
perubahan persentase LIN. Nilai ALH spermatozoa pada kelompok 200 juta lebih
tinggi dari kelompok 50 juta dan 100 juta, akan tetapi tidak menunjukan kondisi
hiperaktif atau indikasi terjadinya kapasitasi spermatozoa.
Kualitas spermatozoa domba frozen-thawed dengan dosis melatonin yang
berbeda menunjukkan persentase motilitas total dan motilitas progresif lebih tinggi
pada pengencer yang disuplementasi melatonin dengan dosis 1,0 dan 1,5 mM
(62,68±2,72 dan 38,91±2,68; 58,11±2,40 dan 35,05 ± 1,68, berurutan). Persentase
motilitas progresif menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok kontrol (45,74±3,70) dan pengencer yang disuplementasi melatonin 0,5
mM (48,63±3,01). Suplementasi melatonin 1 mM dalam pengencer meningkatkan
persentase keutuhan membrane plasma dan keutuhan akrosom (p<0,05)
(62,22±0,30 dan 67,23±2,6) dibandingkan kelompok lain. Hasil evaluasi fertilisasi
in vitro menunjukkan bahwa penggunaan semen beku yang disuplementasi
melatonin meningkatkan persentase angka fertilisasi in vitro lebih baik dibanding
kelompok control. Persentase oosit yang terfertilisasi yang ditandai dengan
pembentukan 2PN terlihat lebih tinggi secara signifikan (p<0,05) (78,75 ± 3,93 vs
65,06 ± 2,60) dibandingkan kelompok kontrol. Disimpulkan bahwa suplementasi
melatonin dosis 1,0 mM pada pengencer meningkatkan persentase motilitas sperma
dan mempertahankan viabilitas, keutuhan membran plasma sperma serta mampu
meningkatkan tingkat fertilisasi in vitro yang lebih baik.
Collections
- MT - Veterinary Science [909]