Evaluasi Pengembangan Akuakultur pada Kawasan Minapolitan Kabupaten Merangin Provinsi Jambi
View/ Open
Date
2022Author
Suprianto, Dedy
Effendi, Irzal
Budiardi, Tatag
Widanami
Diatin, lis
Hadiroseyani, Yani
Metadata
Show full item recordAbstract
Kabupaten Merangin merupakan salah satu wilayah pengembangan
kawasan Minapolitan akuakultur di Provinsi Jambi. Selama ini pengembangan
akuakultur pada kawasan tersebut belum dievaluasi secara komprehensif, dan itu
perlu untuk keberlanjutan. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengevaluasi program
pengembangan akuakultur, 2) mengevaluasi sistem agribisnis akuakultur, 3)
mengevaluasi sistem dan teknologi akuakultur, dan 4) mengevaluasi kapasitas
sumber daya manusia dan kelembagaan akuakultur di Kabupaten Merangin
Provinsi Jambi, khususnya kawasan Minapolitan. Penelitian ini dilakukan pada
Januari 2021 hingga Mei 2022 di kawasan Minapolitan Kabupaten Merangin yang
mencakup lima kecamatan dengan 18 desa/kelurahan. Data primer berupa hasil
wawancara terstruktur melalui kuesioner dengan pembudidaya ikan, dan pegawai
Dinas Perikanan Kabupaten Merangin. Data sekunder berasal dari literatur dan
dokumen antara lain Laporan Tahunan Dinas Perikanan Kabupaten Merangin,
Laporan Tahunan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Pusat
Statistik (BPS), dan Food Agricultural Organization (FAO). Observasi, kuesioner
dan wawancara dilakukan kepada 493 responden yang dipilih secara purposive
sampling. Data sistem dan teknologi akuakultur termasuk di dalamnya kinerja
produksi dan kinerja usaha diolah menggunakan Microsoft Excel untuk
memperoleh jumlah, rataan, nilai terbesar dan nilai terkecil. Data selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT untuk menyusun strategi
berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Data yang terkait
dengan status keberlanjutan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak
Rapfish yang terdiri dari analisis multi dimensional scaling untuk mengetahui
status keberlanjutan dan analisis leverage untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi status keberlanjutan tersebut.
Target produksi budidaya ikan air tawar Dinas Perikanan Kabupaten
Merangin pada 2018 hingga 2020 mengalami peningkatan, dari 2.084 ton menjadi
2.451 ton, diselingi oleh penurunan pada 2021 menjadi 1.701 ton yang disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya pendemi Covid-19, sehingga ketersediaan dana
untuk kegiatan pengembangan akuakultur menjadi sangat minim. Pencapaian
target produksi tertinggi diperoleh pada 2020 yakni 108%, realisasi produksi
sebesar 2.451 ton dari yang ditargetkan sebesar 2.272 ton. Pengembangan
akuakultur di kawasan Minapolitan Kabupaten Merangin dapat dilakukan dengan
peningkatan produktivitas kolam, bak, atau keramba, serta merevitalisasi peran
Balai Benih Ikan (BBI) lokal dan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dalam
penyediaan benih yang tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dan tepat harga.
Sistem agribisnis akuakultur di kawasan Minapolitan Kabupaten Merangin
terdiri dari: subsistem pengadaan benih, pakan, obat-obatan, dan alat produksi;
subsistem usaha akuakultur seperti budidaya ikan lele, ikan nila, ikan patin, dan
ikan gurame; subsistem pengolahan ikan; subsistem pemasaran; dan subsistem
jasa penunjang seperti akses informasi, transportasi, dan permodalan. Kinerja
usaha setiap komoditas pada masing-masing sistem akuakultur yang diterapkan
umumnya relatif rendah, bahkan beberapa komoditas seperti ikan lele, ikan nila,
ikan patin, dan ikan gurame yang diusahakan dalam kolam tanah umumnya
mengalami kerugian. Hanya komoditas ikan lele yang diusahakan dalam kolam
terpal dan kolam beton serta ikan nila yang dipelihara di KJA yang
menguntungkan. Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor: 1) tingkat teknologi
yang digunakan umumnya masih bersifat ekstensif (tradisional); 2) harga pakan
yang cenderung terus meningkat; dan 3) harga jual komoditas yang cenderung
stagnan. Rendahnya kinerja usaha ini juga disebabkan oleh kebijakan pemerintah
tentang pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) selama pandemi Covid-19.
Hasil evaluasi sistem agribisnis akuakultur mendapatkan kinerja pembudidaya
ikan lele adalah relatif paling baik dibandingkan pembudidaya ikan lainnya,
sedangkan pembudidaya ikan gurame adalah yang paling rendah. Seluruh aspek
pada sistem agribisnis budidaya perikanan tersebut memperoleh status cukup
berkelanjutan.
Sistem dan teknologi akuakultur yang digunakan di kawasan Minapolitan
Kabupaten Merangin tergolong ekstensif dan semi-intensif. Sistem akuakultur
tersebut mencakup kolam tanah, kolam beton, karamba jaring apung, bak beton,
dan bak terpal, masing-masing digunakan untuk usaha budidaya ikan lele, ikan
nila, ikan patin, dan ikan gurame. Sumber air yang digunakan untuk setiap sistem
akuakultur adalah saluran irigasi, sumur, dan mata air. Produktivitas setiap
komoditas pada setiap sistem akuakultur tergolong rendah, kecuali ikan lele di
kolam terpal. Rendahnya produktivitas ini disebabkan oleh rendahnya padat tebar,
kelangsungan hidup, dan rendahnya pertumbuhan. Hasil evaluasi sistem dan
teknologi akuakultur di lokasi kajian menemukan bahwa indeks rata-rata seluruh
rumah tangga pembudidaya ikan berada pada selang 50,10 - 75,00 dengan status
cukup berkelanjutan. Kinerja pembudidaya ikan lele adalah paling tinggi dari pada
kinerja pembudidaya ikan lainnya, sedangkan ikan gurame adalah yang paling
rendah. Terdapat 21 atribut sensitif yang dapat memengaruhi sistem dan teknologi
akuakultur tersebut. Aspek ekonomi dan kelembagaan bernilai paling rendah
dalam mendukung keberlanjutan sistem dan teknologi akuakultur di kawasan
Minapolitan Kabupaten Merangin.
Sebagian besar umur pembudidaya ikan berada pada usia produktif antara
31 - 55 tahun dengan jenjang pendidikan SMP – SMA, dan lama pengalaman
bekerja sebagai pembudidaya ikan 1 - 3 tahun. Kelembagaan budidaya perikanan
di kawasan Minapolitan Kabupaten Merangin terdiri dari kelompok pembudidaya
ikan (pokdakan), kelompok kerja (pokja) pengembangan kawasan Minapolitan,
dan kelembagaan pemerintah yang terkait antara lain Dinas Perikanan Kabupaten.
Hasil evaluasi kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan menemukan
bahwa kinerja pembudidaya ikan lele adalah paling baik dibandingkan dengan
pembudidaya ikan lainnya, sedangkan ikan nila adalah yang paling rendah.
Terdapat 14 atribut sensitif yang dapat memengaruhi status keberlanjutan tersebut.
Aspek ekonomi dan kelembagaan merupakan aspek yang bernilai paling rendah
dalam mendukung keberlanjutan sistem dan teknologi akuakultur dikawasan
Minapolitan Kabupaten Merangin.
Collections
- DT - Fisheries [725]