Penilaian Daur Hidup (Life Cycle Assessment) Produk Susu Pasteurisasi di PT. Susu KPBS Pangalengan
Date
2022Author
Brilianty, Sri Lina
Suprihatin, Suprihatin
Purwoko, Purwoko
Metadata
Show full item recordAbstract
Susu merupakan pangan asal ternak (hewani) dari sapi perah yang memiliki
kandungan protein, lemak, vitamin, dan mineral yang dapat mempengaruhi kadar
gizi, terutama pada anak-anak dalam masa petumbuhannya. Tingginya minat
konsumsi susu di Indonesia mempengaruhi industri pengolahan susu meningkat
setiap tahunnya. Dimulai dari peternakan rakyat, susu dapat diolah menjadi produk
susu yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. Proses pengolahan susu segar
menjadi produk susu yang siap dikonsumsi melalui proses yang menghasilkan
emisi, sehingga berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
Pada penelitian ini dilakukan analisis LCA yang dapat menjadi alternatif
sebagai upaya meminimalisasi sumber energi dan emisi pada seluruh proses
produksi produk susu pasteurisasi, memberikan gambaran dan informasi mengenai
daur hidup dari proses produksi susu pasteurisasi dan dampak yang ditimbulkan
terhadap lingkungan dan memberikan rekomendasi skenario perbaikan yang bisa
dilakukan. Dampak lingkungan yang dikaji yaitu global warming potential (GWP),
asidifikasi dan eutrofikasi. Metode LCA terdiri dari 4 tahap, yaitu definisi tujuan
dan ruang lingkup, analisis inventori, analisis dampak, dan interpretasi hasil.
Tahapan penelitian dimulai dengan menentukan tujuan dan ruang lingkup kajian
LCA. Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi dan mengkuantifikasi semua
aliran input dan output dari setiap tahap daur hidup produk. Data yang telah
dikumpulkan selanjutnya dimasukkan ke dalam sistem inventori pada software
SimaPro. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai dampak lingkungan berdasarkan
kategori dampak GWP, asidifikasi dan eutrofikasi dengan menggunakan metode
CML-IA baseline dalam SimaPro. Hasil dari analisis ini dapat dijadikan sebagai
dasar dalam merumuskan rekomendasi skenario perbaikan.
Terdapat dua subsistem yang dikaji pada penelitian ini, yakni subsistem
produksi susu segar dan subsistem produksi susu pasteurisasi. Ruang lingkup kajian
LCA produksi susu segar yaitu proses penyediaan pakan, kegiatan di peternakan,
pemerahan susu sapi di peternakan, transportasi ke TPK hingga koperasi.
Berdasarkan hasil analisis inventori, input yang digunakan pada daur hidup
produksi susu segar yaitu pemberian pakan, penggunaan air, penggunaan listrik,
serta penggunaan bahan bakar. Output yang dihasilkan berupa susu segar, air
limbah, dan kotoran sapi.
Ruang lingkup kajian LCA produki susu pasteurisasi yaitu produksi bahan
baku, transportasi bahan baku, dan kegiatan produksi produk di PT. Susu KPBS
Pangalengan. Berdasarkan hasil analisis inventori, input yang digunakan pada daur
hidup produki susu pasteurisasi yaitu bahan baku susu (susu segar, gula, perisa, dan
CMC), bahan tambahan, kemasan, utilitas (listrik, air boiler, steam, solar, dan
refrigerant R134a), serta bahan pencucian alat (kaustik soda, asam nitrat, dan air).
Output yang dihasilkan berupa produk susu pasteurisasi, limbah cair dan padat.
Hasil analisis dampak pada daur hidup produk susu pasteurisasi cradle to
gate dengan unit fungsi 1 kg susu pasteurisasi pada kategori GWP, asidifikasi, dan
eutrofikasi, masing-masing sebesar 2,3 kg CO2 eq; 9,91x10-3 kg SO2 eq; dan 3,25x10-2 kg PO43- eq. Sedangkan hasil analisis dengan unit fungsi 150ml kemasan
cup susu pasteurisasi pada kategori GWP, asidifikasi, dan eutrofikasi, masingmasing sebesar 638 g CO2 eq; 2,76 g SO2 eq; dan 6,11 g PO43- eq. Hotspot pada
kajian ini adalah kotoran sapi yang dihasilkan, kegiatan transportasi di peternakan,
supplier bahan baku yang terlalu jauh jaraknya dengan tempat produksi susu,
penggunaan energi listrik di industri, dan penggunaan kemasan prepack.
Skenario perbaikan direkomendasikan pada setiap subsistem untuk
mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan. Skenario perbaikan pada
subsistem produksi susu segar adalah pengolahan kotoran sapi menjadi biogas yang
dapat mengurangi dampak emisi GWP sebesar 15,4%, asidifikasi sebesar 22%, dan
eutrofikasi sebesar 2,6%. Pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk kompos yang
dapat mengurangi dampak emisi GWP sebesar 11,18%, asidifikasi sebesar 10,03%,
dan eutrofikasi sebesar 1,5%. Dan memanfaatkan biogas sebagai sumber listrik
utama di lingkungan peternak yang dapat mengurangi dampak emisi GWP sebesar
2,5%, asidifikasi sebesar 2,5%, dan eutrofikasi sebesar 1,04%. Skenario perbaikan
pada subsistem produksi susu pasteurisasi adalah mengganti kemasan PP menjadi
liquid packaging board yang dapat mengurangi dampak emisi GWP sebesar 1,92%,
dan asidifikasi sebesar 0,95%. Pemasangan inverter pada kompresor mesin
pendingin yang dapat mengurangi dampak emisi GWP sebesar 1,67%, asidifikasi
sebesar 1,63%, dan eutrofikasi sebesar 0,7%. Dan mengganti energi listrik PLN
dengan panel surya atau photovoltaic di industry yang dapat mengurangi dampak
emisi GWP sebesar 15,45%, asidifikasi sebesar 14,5%, dan eutrofikasi sebesar
6,76%.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2209]