Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Pertanian Peri Urban di Kota Batu
Date
2022-12-05Author
Wisnubroto, Erwin Ismu
Rustiadi, Ernan
Fauzi, Akhmad
Pribadi, Didit Okta
Metadata
Show full item recordAbstract
Pertanian di wilayah peri urban telah diakui secara luas memiliki peran penting dalam keberlanjutan perkotaan karena nilai multifungsinya dalam kontribusi ekonomi, sosial dan lingkungan. Proses in-situ urbanisasi yang cepat dan praktik pertanian modern menjadi tantangan utama bagi pengembangan pertanian peri urban (PUA) di Indonesia. Tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah tingkat Kota dan Kabupaten di Indonesia adalah bagaimana perencanaan pengembangan wilayah yang berbasis kepada kegiatan pertanian dapat mengakomodasi perubahan yang disebabkan karena proses in-situ urbanisasi yang terjadi.
Kota Batu merupakan salah satu daerah yang sektor ekonomi utama adalah kegiatan pertanian, dan menghadapi proses in-situ urbanisasi. Selain sektor pertanian, Kota Batu dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mengarahkan pembangunan kepada sektor pariwisata. Perubahan arah pembangunan ini menyebabkan terjadinya tekanan bagi sektor pertanian di Kota Batu karena terjadi kompetisi penggunaan lahan, pemanfaatan sumber daya alam dan perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat Kota Batu yang sebagian besar adalah petani.
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk: memahami tipologi pertanian peri urban yang terbentuk di Kota Batu; menentukan faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap pengembangan PUA multi fungsi di Kota Batu; menganalisis peran dan hubungan antar stakeholder terkait pengembangan PUA multi fungsi di Kota Batu; merumuskan skenario pengembangan wilayah Kota Batu; dan merumuskan strategi pengembangan wilayah Kota Batu. Kebaruan penelitian disertasi ini adalah: (1) kontribusi terhadap teori pertanian peri urban multi fungsi pada daerah yang mengalami proses in-situ urbanisasi; (2) pengembangan metode perumusan skenario pengembangan wilayah spasial prospektif yang menggabungkan metode spasial dan non-spasial; dan (3) perumusan strategi pengembangan wilayah berbasis pertanian peri urban di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1) analisis tipologi PUA yang terbentuk di Kota Batu dengan menggunakan metode spasial clustering; 2) analisis faktor-faktor penting terkait pengembangan pertanian peri urban sesuai dengan tipologi PUA yang terbentuk di Kota Batu dengan metode MICMAC; 3) analisis stakeholder PUA di Kota Batu dengan menggunakan metode MACTOR; 4) perumusan skenario pengembangan wilayah Kota Batu dengan menggunakan metode spasial prospektif (menggabungkan metode SMIC-Prob Expert dengan CA-Markov); 5) perumusan strategi pengembangan wilayah Kota Batu dengan metode MULTIPOL. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapatkan dari focus group discussion (FGD) bersama pakar dan stakeholder terkait, serta data sekunder yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batu.
Analisis tipologi PUA yang terbentuk di Kota Batu dengan metode spasial clustering menunjukkan bahwa terdapat tiga tipe PUA di Kota Batu. Tipe PUA pertama adalah PUA skala rumah tangga dengan karakteristik utama pertanian tanaman pangan. Pertanian peri urban tipe ke dua yang terbentuk di Kota Batu adalah PUA multi fungsi yang memiliki karakteristik utama kegiatan multi fungsi pertanian dan kepedulian sosial-lingkungan yang tinggi. Tipe PUA ke tiga yang terbentuk di Kota Batu adalah PUA berorientasi pasar yang lebih mengutamakan pengembangan usaha tani pertanian dibandingkan kepedulian sosial-lingkungan.
Faktor utama yang mempengaruhi pengembangan pertanian pada tipe PUA skala rumah tangga adalah permintaan terhadap produk pertanian, nilai tambah komoditas pertanian, kelembagaan kelompok tani, modal sosial dan kerja sama antar stakeholder terkait. Faktor pendorong pada PUA multifungsi adalah pertumbuhan diversifikasi dan enterpreneurship pertanian, investasi lokal, kerja sama antar stakeholder terkait, dan permintaan terhadap produk pertanian. Faktor pendorong pada PUA berorientasi pasar adalah infrastruktur pendukung pertanian dan pariwisata, modal sosial, dan nilai tambah komoditas pertanian. Faktor pendorong yang ada untuk ketiga tipe PUA adalah tata kelola Pemerintah Daerah Kota Batu.
Hasil analisa stakeholder dengan metode MACTOR menghasilkan kelompok stakeholder yang memiliki pengaruh kuat di dalam pengembangan wilayah di Kota Batu. Kelompok stakeholder tersebut adalah Bapeda Kota Batu, Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu, Dinas Pariwisata, Dinas Pendapatan Daerah dan investor lokal. Tujuan pengembangan wilayah yang paling banyak disetujui oleh stakeholder adalah pertumbuhan ekonomi daerah, konservasi sumber daya alam dan peningkatan investasi lokal untuk pengembangan ekonomi daerah.
Proses perumusan skenario pengembangan wilayah dilakukan metode spasial prospektif. Hasil analisa skenario menghasilkan dua skenario utama pengembangan wilayah di Kota Batu, yaitu skenario pengembangan wilayah berbasis PUA multifungsi (S1) dan skenario pengembangan wilayah berbasis pariwisata (S2). Proyeksi spasial skenario S1 dengan menggunakan metode CA-Markov untuk penggunaan lahan di Kota Batu tahun 2030 menunjukkan alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan terbangun yang lebih kecil (139 ha) dibandingkan dengan kondisi business as usual (BAU) (210 ha). Sementara itu, proyeksi skenario S2 menunjukkan alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan terbangun yang lebih besar (268 ha) dibandingkan skenario S1 dan BAU.
Hasil perumusan strategi pengembangan wilayah Kota Batu menunjukkan bahwa pada skenario S1 kebijakan yang relevan untuk diimplementasikan adalah pertumbuhan diversifikasi dan entrepreneurship pertanian, pembentukan social enterprise berbasis pertanian dan pariwisata dan peningkatan investasi lokal. Kebijakan yang sesuai untuk skenario S2 adalah peningkatan tata kelola Pemerintah Kota Batu, peningkatan infrastruktur pendukung pertanian dan pariwisata, dan peningkatan investasi lokal.
Penelitian disertasi ini menghasilkan tiga protoype model strategi pengembangan wilayah yang dapat diuji lebih lanjut untuk mencapai sustainable urban development di Kota Batu, yaitu: (1) model prototype pengembangan social enterprise pertanian peri urban; (2) model prototype entrepreneurship petani muda dan (3) model prototype ekosistem investasi lokal.