Kesesuaian Area Kerja Setting dan Hauling pada Kapal Mini Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara Muara Angke
Date
2022-11Author
Febrianti, Santi
Iskandar, Budhi Hascaryo
Kurniawati, Vita Rumanti
Mawardi, Wazir
Metadata
Show full item recordAbstract
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mencatat sebanyak 31
persen dari total kecelakaan kapal sepanjang tahun 2018-2020 didominasi oleh
kapal penangkapan ikan. KNKT juga mencatat bahwa jumlah kapal ikan
mengalami kecelakaan lebih tinggi dibandingkan dengan kapal muatan umum dan
kapal penumpang. Kecelakaan kerja di atas kapal ikan dapat terjadi pada saat
melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan. Kegiatan tersebut memiliki risiko
dengan berbagai potensi bahaya yang dihadapi oleh nelayan, seperti Anak Buah
Kapal (ABK) yang kelelahan, peralatan keselamatan kerja yang minim, alat bantu
yang digunakan kurang memadai, serta kondisi laut yang tidak menentu dan tidak
dapat diprediksi.
Kecelakaan kerja di atas kapal didominasi oleh kapal penangkapan ikan.
Salah satu yang termasuk ke dalam kapal penangkapan ikan adalah kapal mini purse
seine. Aktivitas operasi penangkapan ikan di kapal mini purse seine memiliki
intensitas kerja yang tinggi sementara ketersediaan area kerja di kapal mini purse
seine kurang memadai. Keterbatasan area kerja tersebut berpotensi menimbulkan
bahaya atau menyebabkan kecelakaan kerja, seperti kaki saling terinjak, kaki
tersangkut alat tangkap, dan tubuh saling bersinggungan satu sama lain atau
terbentur dengan peralatan di atas kapal. Banyaknya ABK yang terlibat dalam suatu
aktivitas penangkapan ikan memiliki peluang terjadinya risiko kecelakaan kerja di
kapal tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini diharapkan dapat
menghasilkan informasi tentang kebutuhan area kerja nelayan yang dapat
digunakan oleh pemilik kapal dalam mengevaluasi dan meningkatkan kenyamanan
kerja ABK di atas kapal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prosedur kerja ABK dan
hubungan antar nelayan dengan peralatan di atas kapal mini purse seine,
menghitung ketersediaan area kerja ABK pada tahap setting dan hauling di kapal
mini purse seine; dan merumuskan rekomendasi kebutuhan area kerja pada tahap
setting dan hauling di kapal mini purse seine. Pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara observasi kegiatan ABK di kapal mini purse seine,
wawancara pemilik kapal dan nelayan kapal mini purse seine, pengukuran postur
tubuh ABK, dimensi utama kapal, dan dimensi muatan di atas kapal, serta
perhitungan luas area dek, luas area tutupan dek, luas area bebas, luas area kerja
ABK, luas area kerja per ABK, luas area kerja yang dibutuhkan setiap ABK.
Metode analisis yang digunakan untuk tujuan 1 dan 2 menggunakan analisis
deskriptif dan tujuan 3 menggunakan analisis deskriptif komparatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur kerja ABK kapal mini purse
seine ketika melakukan kegiatan penangkapan ikan dimulai dengan mempersiapkan
operasional kapal dan perbekalan ABK di darat. Selanjutnya ABK berangkat
menuju fishing ground dan setelah terlihat gerombolan ikan yang muncul ke
permukaan, ABK melakukan kegiatan setting dan hauling. Ketersediaan area kerja
per ABK pada sampel kapal mini purse seine di Pelabuhan Perikanan Nuasantara
Muara Angke pada tahap setting di kapal Putra Abadi sebesar 0,56 m2
, kapal Arjuna
Putra sebesar 1,16 m2
, kapal Sri Sumber sebesar 0,96 m2
, dan kapal Kota Baru
sebesar 1,18 m2
. Ketersediaan area kerja per ABK pada tahap hauling di kapal Putra
Abadi sebesar 0,79 m2
, kapal Arjuna Putra sebesar 0,98 m2
, kapal Sri Sumber
sebesar 1,2 m2
, dan kapal Kota Baru sebesar 1,08 m2
. Berdasarkan hasil pengukuran
dan perhitungan, nilai area kerja per ABK yang ideal sebesar 1 m2
. Pada saat setting
nilai tersebut belum terpenuhi di kapal Putra Abadi dan Sri Sumber dan pada saat
hauling di kapal Putra Abadi dan Arjuna Putra. Mempertimbangkan hal tersebut,
terdapat empat alternatif rekomendasi di kapal mini purse seine. Alternatif 1 dengan
cara penerapan shift kerja ABK pada saat setting dan hauling di atas kapal. Jumlah
ABK pada tahap setting di kapal Putra Abadi sebanyak 4 orang, Arjuna Putra 6
orang, Sri Sumber 5 orang, dan Kota Baru 5 orang. Pada tahap hauling, jumlah
ABK masing-masing kapal sebanyak 17 orang, 16 orang, 19 orang, dan 19 orang.
Alternatif 2 dengan cara merubah tata letak muatan di atas kapal. Penataan tata letak
muatan bisa dilakukan dengan cara memindahkan posisi muatan tidak tetap (seperti
kotak es) dan dilakukan pengelompokan jenis muatan yang sama di satu tempat.
Alternatif 3 dengan cara memperbaiki penataan jaring di atas kapal. Penataan jaring
yang lebih baik akan mengurangi luas area tutupan jaring di atas dek sehingga dapat
memperluas area kerja ABK ketika setting. Terdapat kapal berukuran 8 GT
menggunakan jaring dengan ukuran panjang 300 m dan memiliki luas tutupan
jaring yang lebih kecil dibandingkan dengan kapal berukuran 12 GT membawa
jaring ukuran 200 m dan 250 m tetapi memiliki luas tutupan jaring yang lebih besar.
Alternatif 4 dengan cara memperbesar ukuran kapal agar memiliki luas area kerja
yang ideal. Penambahan luas area kerja agar ideal pada tahap setting di kapal Putra
Abadi sebesar 3,51 m2
(43,87%); Arjuna Putra 0%; Sri Sumber 0,25 m2
(4,17%);
dan Kota Baru 0% dari luas area kerja eksisting. Penambahan luas area kerja agar
ideal pada tahap hauling di kapal Putra Abadi sebesar 4,54 m2
(20,64%); Arjuna
Putra 0,30 m2
(1,76%); Sri Sumber 0%; dan Kota Baru 0% dari luas area kerja
eksisting. Alternatif 1 yaitu pergantian shift kerja ABK lebih disarankan karena
salah satu alternatif yang minim biaya, dari segi waktu bisa dan lebih mudah untuk
diterapkan, dan kegiatan operasi penangkapan ikan tidak terhambat atau bisa tetap
berjalan. Segi konstruksi tidak perlu merubah ukuran konstruksi awal kapal
sehingga lebih mudah dan cepat untuk diterapkan atau diaplikasikan oleh pemilik
kapal dan ABK di kapal mini purse seine. The Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), a committee for
national transportation safety recorded that as much as 31 percent of the total vessel
accidents during 2018-2020 were dominated by fishing vessels. The KNKT also
recorded that the number of fishing vessels that experienced accidents was higher
than general cargo and passenger vessels. Work accidents on fishing vessels occur
during fishing operations. This activity has risks with various potential hazards
faced by fishers, such as tired crew members, minimal safety equipment, tools used,
work accidents on board, and uncertain as well as unpredictable sea conditions.
Work accidents on vessels are dominated by fishing vessels. One of the
fishing vessels is a mini purse seiner, a vessel actively operating a purse seine.
Fishing operation activities on mini purse seiners have highly intensive work with
limited working areas. The limited working area on the mini purse seiners is one of
the causal factors of discomfort and accidents on board. The limitation of the
working area can potentially pose a danger or cause work accidents, such as the
fishers’ bodies touching each other, feet being stepped on each other, feet trapped
in fishing gear, and bodies colliding with equipment on board. The number of crew
members involved in a fishing activity has a high chance of work accident on board.
In this regard, this research is expected to produce information about the needs of
fishermen's work areas that that vessel owners can use to evaluate and improve the
work comfort of crew members on board.
This research aims to identify working procedures and the relation vessel
between fishers and equipment on board, calculate the availability of working areas
for crew members on mini purse seiners, and formulate recommendations based on
mini purse seiners working area requirements. The data collection in this study was
carried out by observing the activities of crew members on mini purse seiners,
interviewing vessel owners and fishermen on mini purse seiners, measuring the
body posture of crew members, the main dimensions of the vessel, and the
dimensions of the cargo on board, as well as calculating the deck area, area deck
cover area, free area, crew working area, working area per vessel crew area, the
working area required for each crew member. The analytical method for objectives
1 and 2 uses descriptive analysis and objective 3 uses comparative descriptive
analysis.
The results showed that the working procedure of crew members on mini
purse seiners when carrying out fishing activities began with preparing vessel
operations and crew supplies on land. Then the crew went to the fishing ground and
after seeing schools of fish that came to the surface, the crew carried out setting and
hauling activities. Availability of working area per vessel crew on the sample of
mini purse seiners at the Nusantara Fishery Port Muara Angke at the setting stage
on the Putra Abadi vessel of 0.56 m2
, the Arjuna Putra vessel of 1.16 m2
, the Sri
Sumber vessel of 0.96 m2
, and the Kota Baru vessel of 1.18 m2
. The availability of
working area per vessel crew the hauling stage on the Putra Abadi vessel is 0.79
m2
, the Arjuna Putra vessel is 0.98 m2
, the Sri Sumber vessel is 1.2 m2
, and the Kota
Baru vessel is 1.08 m2
. Based on the measurements and calculations, the ideal
working area per vessel crew value is 1 m2
. At the time of setting this value has not
been fulfilled on the Putra Abadi and Sri Sumber vessels and at the time of hauling
on the Putra Abadi and Arjuna Putra vessels. Considering this, there are four
alternative recommendations for mini purse seiners. Alternative 1 is by
implementing crew work shifts at the time of setting and hauling on the vessel. The
number of crew members at the setting stage on the Putra Abadi vessel was 4
people, Arjuna Putra 6 people, Sri Sumber 5 people, and Kota Baru 5 people. At
the hauling stage, the number of crew members of each vessel is 17 people, 16
people, 19 people, and 19 people. Alternative 2 by changing the layout of the cargo
on the vessel. The arrangement of the cargo layout can be made by moving the
position of the not fixed (such as an ice box) and grouping the same type of cargo
in one place. Alternative 3 is to improve the arrangement of the nets on the vessel.
A better net arrangement will reduce the area of net cover above the deck so that it
can expand the work area of the crew when setting. There is a vessel measuring 8
GT using a net with a length of 300 m and a smaller net cover area compared to a
12 GT vessel carrying a net size of 200 m and 250 m but a larger net cover area.
Alternative 4 is to increase the size of the vessel so that it has an ideal working area.
The addition of the working area so that it is ideally at the setting stage on the Putra
Abadi vessel is 3.51 m2
(43.87%); Arjuna Putra 0%; Sri Sumber 0.25 m2
(4.17%);
and Kota Baru 0% of the existing working area. The addition of the working area
so that it is ideal for the hauling stage on the Putra Abadi vessel by 4.54 m2
(20.64%); Arjuna Putra 0.30 m2
(1.76%); Sri Sumber 0%; and Kota Baru 0% of the
existing working area. Alternative 1, namely changing the crew work vessels is
more recommended because it is an alternative with minimal costs. In terms of time,
it can and is easier to implement, and fishing operations are not hampered or can
continue to run. In terms of construction, it is not necessary to change the size of
the initial construction of the vessel so that it is easier and faster to be implemented
or apply by vessel owners and crew on mini purse seine vessels.
Collections
- MT - Fisheries [3026]