Structural Breaks dan Dinamika Moneter di Indonesia: Analisis Threshold VAR
Abstract
Permintaan uang pada negara dengan perekonomian terbuka dipengaruhi oleh faktor domestik dan faktor internasional. Faktor-faktor tersebut akan memengaruhi stabilitas permintaan uang. Di sisi lain, stabilitas permintaan uang merupakan salah satu aspek yang dipertimbangkan oleh otoritas moneter dalam menentukan instrumen kebijakan moneter dalam mencapai target inflasi sebagai primary objective. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas model permintaan uang (M1 dan M2) di Indonesia sebagai salah satu upaya dalam menentukan kebijakan moneter yang efektif. Aspek yang utama dalam penelitian ini yaitu mempertimbangkan keberadaan dari structural breaks dalam proses analisisnya, karena keberadaan breaks dapat mengubah struktur dari suatu series dan menyebabkan parameternya menjadi tidak konstan.
Penelitian ini menggunakan Zivot and Andrews Test dan Lumsdaine and Papell Test untuk menganalisis stasioneritas data serta keberadaan structural breaks. Dalam menjawab pengaruh suku bunga domestik terhadap variabel-variabel dalam fungsi permintaan uang digunakan analisis TVAR. Sementara itu, metode root mean squared percent error (RMSPE) dipilih untuk menentukan agregat moneter yang tepat sebagai intermediate target kebijakan moneter. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dalam bentuk kuartalan dari 1993Q1 sampai 2015Q4. Model permintaan uang dalam penelitian ini didefinisikan sebagai fungsi dari pendapatan, suku bunga domestik, suku bunga luar negeri, nilai tukar, dan inflasi.
Berdasarkan hasil analisis, structural breaks dalam model permintaan uang di Indonesia seringkali terjadi karena kondisi perekonomian global yang tidak stabil, misalnya krisis Asia tahun 1997 dan krisis perekonomian global tahun 2007. Di sisi lain, fungsi permintaan uang stabil dalam jangka panjang setelah mempertimbangkan keberadaan structural breaks. Hal ini ditunjukkan oleh variabel-variabel yang stasioner pada level. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan threshold VAR, suku bunga domestik memiliki peran yang cukup signifikan dalam memengaruhi variabel-variabel makroekonomi dalam fungsi permintaan uang. Sementara itu, berdasarkan analisis RMSPE, model M1 menghasilkan error yang relatif lebih kecil dibandingkan model M2 dalam meramalkan inflasi.
Hasil analisis tersebut mendukung penggunaan agregat moneter sebagai operating instrument kebijakan moneter di Indonesia. Namun, pemilihan instrumen perlu disesuaikan dengan kondisi saat ini. Pada saat ini, keputusan bank sentral dalam menggunakan suku bunga sebagai operating instrument sudah tepat dalam memengaruhi variabel-variabel lainnya. Di sisi lain, sebaiknya bank sentral berfokus pada M1 sebagai intermediate target kebijakan moneter. Pemerintah juga perlu memperkuat stabilitas ekonomi Indonesia di dalam negeri dengan melakukan bauran kebijakan dalam mencapai keseimbangan di sektor riil dan sektor keuangan, mengingat perekonomian Indonesia sangat rentan terhadap guncangan eksternal Demand for money in a country with open economy affected by domestic and international factors. Those factors will impact the stability of money demand. On the other hand, the stability of money demand is one aspect considerated by monetary authority in defined monetary policy instrument to meet inflation target as primary objective. This research aims to determine the stability of money demand model (M1 and M2) in Indonesia as one of the efforts to define effective monetary policy. The most important aspect in this research is considering the existence of structural breaks in analysis process, because the existence of breaks can changed the structure of series and can lead parameters non-constancy.
This research used Zivot and Andrew Test and Lumsdaine and Papell Test to analyze the stationarity of data and the existence of structural breaks. In responding to the influence of domestic interest rate on the variables in the money demand function, TVAR analysis was used. Meanwhile, root mean squared percent error (RMSPE) method was chosen to determine the appropriate monetary aggregate as an intermediate target of monetary policy. This research used quarterly time series data from 1993Q1 to 2013Q4. The money demand model in this research is defined as a function of income, domestic interest rates, foreign interest rates, exchange rates, and inflation.
Based on the results, structural breaks in money demand model in Indonesia mostly occurred due to unstable global economic condition, such as the Asian crisis of 1997 and the global economy crisis of 2007. On the other hand, the function of demand for money is stable in long-term period after considering the existence of structural breaks. This is indicated by stationary variables in the level. Based on the results by using threshold VAR, domestic interest rate has important and significant role in affected macroeconomy variables of money demand function. Meanwhile, based on RMSPE analysis, M1 model has relative less error to M2 model in forecasting inflation.
The results of the analysis support the use of monetary aggregate as operating instrument of monetary policy in Indonesia. However, selecting those instruments should be adjusted with the current condition. At the moment, the decision of central bank to use interest rate as operating instrument is appropriate in influencing the other variables. On the other hand, the cental bank should be focused on M1 as an intermediate target of monetary policy. The government needs to strengthen domestic economy stability in Indonesia with mixed policy to attain the balance in real sector and finance sector, considering the Indonesian economy is very vulnerable to external shocks.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]