Analisis Kemitraan Antara Petani Tebu Dengan Pabrik Gula Karangsuwung
Abstract
perekonomian Indonesia. Agribisnis perkebunan merupakan salah satu bidang
yang banyak menjadi perhatian masyarakat dunia. Komoditas hasil perkebunan
memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Hasil perkebunan seperti karet, kelapa
sawit, tebu dan kakao menjadi beberapa komoditas perkebunan yang dapat
diperjualbelikan dalam perdagangan dunia. Di Indonesia, subsektor perkebunan
telah memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai sektor
penyedia lapangan pekerjaan, memberikan pemasukan bagi devisa negara,
berperan dalam pembangunan pedesaan dan juga pelestarian lingkungan. Oleh
karena itu, studi tentang sub sektor ini masih memiliki arti penting bagi
pengembangannya. Salah satu sub sektor perkebunan adalah industri gula dan
usahatani tebu. Usahatani tebu merupakan bahan baku utama industri gula.
Usahatani tebu secara historis merupakan industri perkebunan Indonesia dilihat
dari kontribusinya dalam sistem perekonomian negara. Sejak lama industri gula
merupakan sumber penting yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat nasional.
Sub sektor perkebunan, khususnya perkebunan tebu rakyat, sangat penting
bagi perekonomian dalam pengembangannya menghadapi berbagai masalah yang
dihadapi oleh petani tebu rakyat. Masalah tersebut adalah rendahnya kepemilikan
modal, peralatan yang masih sederhana dan terbatas, kurangnya industri
pengolahan, sehingga menyebabkan sulitnya pemasaran hasil produksi. Petani
tebu mengalami kemerosotan produktivitas, dan hal ini membuat petani tebu tidak
mampu menghasilkan produk yang bernilai dan berdaya saing tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Mengidentifikasi dan menganalisis tujuan dan pelaksanaan Kemitraan yang
sedang dijalankan oleh Petani Tebu dengan Pabrik Gula Karangsuwung. (2)
Mengkaji analisis usahatani tebu terhadap kemitraan petani tebu dengan Pabrik
Gula Karangsuwung.
Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Gula Karangsuwung Unit Rajawali II,
serta di Desa Karangsari, Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Waktu pelaksanaan
penelitian ini selama 3 (tiga) bulan yaitu Juli 2010 – Oktober 2010. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode
analisis data yang digunakan adalah Analisis Deskritif, Analisis Pendapatan
Usahatani dan Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C).
Hasil dari tujuan dan pelaksanaan Kemitraan Petani Tebu dengan Pabrik Gula
Karangsuwung adalah memperoleh keuntungan di bidang industri gula. Tujuan
yang dicapai dengan adanya kemitraan yaitu terjalinnya suatu kerjasama saling
menguntungkan dalam melaksanakan usahatani tebu antara petani/kelompok tani
dengan pabrik gula. Alasan pabrik gula melakukan kemitraan dengan petani tebu
yakni terpenuhinya swasembada pangan nasional khususnya gula dengan
mengacu pada tercapainya kesejahteraan baik petani/kelompok tani maupun
pabrik gula. Kemitraan sangat penting karena strategi bisnis yang dilakukan oleh
3
dua atau lebih lembaga dalam jangka waktu tertentu untuk mendapatkan manfaat
bersama, ataupun keuntungan bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan
mengisi. Dalam pengadaan input kemitraan yang dibangun antara PG dan petani
mitra yaitu untuk input modal kerja, PG menjadi penjamin (avalist) kredit yang
disalurkan oleh pemerintah melalui Bank kepada petani seperti Kredit Ketahanan
Pangan (KKP).
Berdasarkan analisis dan uraian hasil penelitian Tujuan dan pelaksanaan
Kemitraan yang sedang dijalankan oleh Petani Tebu dengan Pabrik Gula
Karangsuwung adalah untuk memperoleh keuntungan di bidang industri gula.
Tujuan yang dicapai dengan adanya kemitraan yaitu terjalinnya suatu kerjasama
saling menguntungkan dalam melaksanakan usahatani tebu antara
petani/kelompok tani dengan pabrik gula karangsuwung. Berdasarkan hasil
analisis R/C rasio atas biaya tunai pada petani mitra sebesar 1,52. Ini berarti setiap
satu rupiah biaya tunai dikeluarkan oleh petani mitra akan memberikan
penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp 1,52. Dari nilai R/C rasio atas biaya
tunai tersebut, dapat disimpulkan bahwa usahatani tebu yang dilakukan petani
mitra menguntungkan. Sedangkan R/C rasio atas biaya total pada petani mitra
sebesar 0,60, yang berarti setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan petani
mitra akan memberikan penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp 0,60. Dari
nilai R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total dapat disimpulkan dengan
mengikuti kemitraan, petani mitra mengalami kerugian. Hal ini dikarenakan
adanya biaya transaksi yang mahal.
Saran dan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dimasa
yang akan datang adalah (1) Petani mitra disarankan untuk lebih mematahui
perjanjian kontrak kewajiban petani dan kewajiban Pabrik Gula Karangsuwung,
sehingga produksi yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan
demikian petani dapat meningkatkan pendapatan mereka. (2) Dalam satu tahun
perusahaan minimal memberika pembinaan sebanyak dua kali di kebun tebu, yaitu
sebelum masa tanam. Pembinaan yang diberikan lebih ditekankan dalam input
yang sesuai dengan anjuran dan sistem bagi hasil petani dengan pabrik gula.
Sehingga dalam penggunaan input produksi dapat lebih efisien dan dapat
meningkatkan pendapatan usahatani petani mitra. Adanya sanksi bagi kedua belah
pihak jika melanggar perjanjian kerjasama kemitraan. Sehingga pelaksanaan
kemitraan antara petani mitra dan Pabrik Gula Karangsuwung dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. (3) Dari hasil analisis usahatani tebu
menyebutkan bahwa tahun 2010 petani tebu mengalami kerugian hal ini
dikarenakan adanya anomali cuaca. Serta biaya transaksi yang mahal, Untuk biaya
transaksi diharapkan tidak di tanggung oleh para petani mitra, karena beban biaya
yang terlau mahal. Dengan demikian pemerintah selaku mediator dapat
mengambil alih untuk biaya transaksi yang dibebankan ke petani mitra denga cara
memberikan biaya subsidi.
Collections
- UT - Agribusiness [4248]