Pengukuran Daya Serap Karbondioksida Lima Jenis Tanaman Hutan Kota
Abstract
Kota merupakan pusat perekonomian masyarakat. Hal ini mengakibatkan wilayah perkotaan menjadi daerah yang sangat ramai, padat dengan aktivitas dan penggunaan lahan. Dan akhirnya, banyak Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang beralih fungsi menjadi infrastruktur kota hasil pembangunan. Berkurangnya RTH menyebabkan perkotaan menjadi lingkungan yang sakit dan tercemar. Salah satu indikasi dari penurunan kualitas lingkungan perkotaan adalah meningkatnya kadar karbondioksida di udara. Selain berdampak buruk bagi lingkungan perkotaan, peningkatan ini juga memicu kerusakan lingkungan bumi melalui pemanasan global. Oleh karena itu, diperlukan penanggulangan langsung dari sumber produsen CO2, yaitu daerah perkotaan. Hal ini dilakukan dengan cara menanam tanaman yang dapat mereduksi peningkatan kadar CO2 di wilayah perkotaan. Dalam pembangunan hutan kota ini, pengetahuan tentang kemampuan daya serap tanaman terhadap CO2 akan menentukan keberhasilan pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan data akurat mengenai daya serap CO2 dari berbagai jenis tanaman hutan kota. Sehingga tercipta suatu wujud hutan kota yang efektif dan efisien. Penelitian ini menggunakan lima jenis tanaman hutan kota sebagai bahan penelitian. Alat ukur yang dipakai adalah ADC LCA-4 dan kertas milimeter block. LCA-4 digunakan untuk mengukur daya serap CO2 dan milimeter block digunakan untuk mengukur luas satu helai daun. Hasil pengukuran dengan mengunakan LCA-4 di laboratotorium silvikultur, diratakan lalu dibentuk sebuah grafik laju fotosintesis. Dari grafik tersebut didapatkan parameter-parameter persamaan laju fotosintesis dari masingmasing jenis tanaman. Selanjutnya dengan mempertimbangkan data dasar tentang perkiraan intensitas cahaya harian Kota Bogor kedalam persamaan, maka didapatkan laju fotosintesis rata-rata kelima jenis tanaman di kota bogor. Laju fotosintesis tanaman ini masih dalam satuan mikro mol per meter persegi per detik. Satuan ini kemudian diubah menjadi kilogram per hektar per hari. Mikro mol diubah ke dalam kilogram dengan pertimbangan faktor molekul relatif dari CO2. Satuan per hektar diperoleh dengan mengalikan luas satu helai daun, jumlah daun per pohon dan jumlah pohon per hektar dari setiap jenis. Satuan detik diubah menjadi hari dengan pertimbangan lama penyinaran rata-rata di Bogor. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tanaman tanjung dapat menyerap CO2 sebesar 1,622 kg CO2 per hari, mangga dapat menyerap 1,247 kg CO2 per hari, lalu sawo duren menyerap sebesar 0,648 kg per hari, kenari 0,363 kg CO2 per hari dan jati 0,298 kg CO2 per hari. Nilai daya serap ini didasarkan pada informasi intensitas cahaya di Kota Bogor Dalam peranannya sebagai tanaman hutan kota, baik itu sebagai pohon peneduh, penyerap karbondioksida dan lain sebagainya, biasanya tanaman ditanam dengan jarak yang sangat rapat. Hal ini untuk memaksimalkan fungsi dari tanaman tersebut. Untuk daya serap CO2 bersih per hektar dengan jarak tanam 5m x 5m, tanjung dapat menyerap CO2 sebesar 648,978 kg CO2 per hari. Mangga 498,657 kg CO2 per hari, sawo duren 259,405 kg CO2 per hari, kenari 225,418 kg CO2 per hari dan jati 119,215 kg CO2 per hari. Pada jarak tanam yang ideal, tanjung hanya dapat menyerap 111,949 kg CO2 per hari, begitu juga dengan mangga, daya serapnya turun menjadi 194,476 kg CO2 per hari. Sawo duren yang merupakan tanaman dengan luas tajuk yang lebat, daya serapnya turun menjadi 64,851 kg per hari. Kenari yang memiliki jarak tanam 14m x 14m hanya mampu menyerap CO2 sebesar 28,741 kg per hari kg per hari, sedangkan jati yang memiliki jarak tanam 12m x 12m mampu menyerap CO2 sebesar 20,565 kg per hari. Penghitungan dengan jarak tanam ideal adalah khusus diperuntukkan bagi penanaman hutan produksi.