Integrasi Pasar dan Volatilitas Harga CPO (Crude Palm Oil) Pada Pasar Spot, Pasar Forward dan Pasar Futures
Abstract
Minyak kelapa sawit merupakan peyumbang terbesar untuk penyediaan minyak nabati dunia. Kelapa sawit merupakan salah satu produk yang sangat penting bagi perkenomian Indonesia. Selain digunakan untuk konsumsi dalam negeri, minyak kelapa sawit dan produk turunannya diekspor ke luar negeri sehingga kelapa sawit memiliki peran dalam menghasilkan devisa. Indonesia dan Malaysia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia, dengan total market share sebesar 88% dari produksi minyak sawit dunia.
Fluktuasi harga yang tinggi merupakan permasalahan yang sering terjadi dalam proses pemasaran produk pertanian termasuk komoditas sawit. Fluktuasi harga komoditas pertanian disebabkan karena terjadinya ketidakseimbangan volume pasokan barang dari produsen dan volume kebutuhan konsumen. Harga yang berfluktuasi menyebabkan terjadinya ketidakpastian harga yang tercipta di masa depan. Oleh karena itu, para pelaku pasar didorong untuk melakukan hedging sebagai alat memitigasi risiko.
Globalisasi pada perekenomian dunia menyebabkan pasar antara satu negara dengan negara lainnya memiliki hubungan dan ketergantungan yang semakin tinggi. Demikian juga hubungan antara pasar spot, pasar forward dan pasar futures untuk komoditas CPO. Kemajuan teknologi informasi juga menyebabkan pelaku pasar CPO dapat melakukan transaksi pada pasar yang terpisah dalam waktu yang bersamaan. Keadaan tersebut dapat menyebabkan adanya ketergantungan dan hubungan antar pasar CPO.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui peran pasar berjangka Indonesia dan Internasional dalam proses pembentukan harga CPO pada pasar spot di Indonesia; (2) Menganalisis efisiensi pasar berjangka CPO di Indonesia dan hubungan asimetri harga pada periode sebelum dan saat pandemi covid-19; (3) Menganalisis transmisi volatilitas harga CPO pada pasar spot dan pasar berjangka di Indonesia serta hubungannya dengan volatilitas harga CPO pada pasar berjangka dunia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperleh dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), Malaysian Palm Oil Board (MPOB), investing.com, dan sumber referensi lainnya. Data yang digunakan adalah data time series harian perode Januari 2016 sampai Desember 2020. Proses pembentukan harga pada pasar spot di Indonesia menggunakan model Granger Causality. Hubungan efisiensi serta asimetri harga antara pasar berjangka dan pasar spot di Indonesia menggunakan model NARDL. Analisis trasmisi volatilitas harga antara pasar spot dan pasar berjangka menggunakan model BEKK GARCH.
Hasil analisa model Granger Causality menunjukkan terjadi hubungan bidirectional antara pasar berjangka dengan pasar spot. Hubungan bidirectional menunjukkan bahwa pasar berjangka di Indonesia memiliki peran dalam proses pembentukan harga CPO di pasar spot Indonesia. Terjadinya fungsi price discovery
pada pasar berjangka juga merupakan syarat untuk terjadinya fungsi hedging yang dilakukan oleh para pelaku pasar.
Hasil analisa model NARDL menunjukkan terdapat hubungan kointegrasi antara pasar spot dan pasar berjangka yang menunjukkan hubungan antara pasar spot dan pasar berjangka efisien dalam jangka Panjang untuk periode sebelum dan saat pandemic covid-19. Nilai ECT yang signifikan menunjukkan hubungan pasar yang efisien dalam jangka pendek. Dengan demikian terjadi hubungan yang efisien antara pasar berjangka dan pasar spot untuk komoditas CPO pada periode sebelum dan saat pandemic covid 19. Hubungan yang efisien antara pasar spot dan pasar berjangka yang efisien dalam jangka Panjang dan pendek menunjukkan fungsi hedging dapat berjalan dengan baik. Pandemi covid menyebabkan risiko fluktuasi harga yang meningkat, sehingga aktivitas hedging yang dilakukan oleh pelaku pasar dapat menurunkan risiko yang dihadapi oleh pelaku pasar karena terjadinya fluktuasi harga. Hasil penelitian juga menunjukkan terjadinya hubungan asimetri harga dalam jangka panjang dan jangka pendek. Kondisi ini menunjukkan pelaku pasar bereaksi secara berbeda terhadap kenaikan dan penurunan harga yang terjadi pada pasar berjangka. Penurunan harga yang terjadi pada pasar berjangka memiliki respond yang lebih besar terhadap kenaikan harga yang terjadi pada pasar berjangka.
Hasil analisa model BEKK GARCH menunjukkan terjadi transmisi volatilitas harga dari seluruh pasar berjangka kepada pasar spot untuk komoditas CPO di Indonesia. Hal ini menunjukkan terjadinya transfer risiko yang terjadi pada pasar berjangka kepada pasar spot di Indonesia. Dengan demikian, terjadinya peningkatan atau penurunan risiko fluktuasi harga pada masing-masing pasar berjangka akan mempengaruhi fluktuasi harga yang terjadi pada pasar spot di Indonesia
Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah (1) Pasar berjangka komoditas CPO di Indonesia memiliki pengaruh dalam proses pembentukan harga (price discovery) di Indonesia. Proses transaksi pada pasar berjangka lebih efisien dan tranparan. Pemerintah diharapkan dapat semakin meningkatkan peran pasar berjangka untuk komoditas CPO di Indonesia dengan meningkatkan jumlah transaksi dan pelaku pasar yang melakukan transaksi pada pasar berjangka untuk komoditas CPO di Indonesia. (2) Pandemi covid yang merupakan periode krisis ekonomi yang menyebabkan meningkatnya fluktuasi harga untuk komoditas CPO. Pelaku pasar di Indonesia disarankan melakukan aktivitas hedging untuk meminimalisir risiko yang terjadi akibat fluktuasi harga. (3) Pembuat kebijakan perlu menyediakan informasi yang lengkap dan akurat kepada pelaku pasar berkaitan dengan komoditas CPO sehingga para pelaku pasar dapat segera menyesuaikan keputusan investasinya berdasarkan informasi yang didapatkan dan meminimalisir aktivitas spekulasi. Dengan demikian harga CPO yang tercipta menjadi lebih fair karena mencerminkan informasi yang tersedia dan dapat diakses dengan cepat.