Penilaian Restorasi Ekosistem Gambut Berdasarkan Dinamika Indeks Vegetasi dan Kerawanan Kebakaran di Kepulauan Meranti, Riau
Abstract
Kepulauan Meranti merupakan salah satu kabupaten yang unik dengan luas
daratannya didominasi oleh lahan gambut hingga 91%. Upaya pemanfaatan lahan
gambut di Kepulauan Meranti saat ini masih menerapkan praktik yang kurang
mengimplementasikan kaidah ekologi dan lingkungan, sehingga menimbulkan
banyak permasalahan baru seperti kebakaran yang berulang setiap tahun. Akibat
kebakaran tersebut, ekosistem gambut di Kepulauan Meranti telah mengalami
degradasi ke tingkat yang mengkhawatirkan, sehingga Badan Restorasi Gambut
dan Mangrove (BRGM) menetapkan Kepulauan Meranti sebagai salah satu lokasi
target restorasi ekosistem gambut di Indonesia.
Upaya restorasi ekosistem gambut di Kepulauan Meranti telah dilakukan
sejak tahun 2017. Namun, permasalahan kebakaran hutan dan lahan masih tetap
terjadi. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk menilai program restorasi
ekosistem gambut di Kepulauan Meranti secara kuantitatif dengan: (i) menganalisis
dinamika indeks vegetasi pada lokasi revegetasi, (ii) menganalisis dinamika tinggi
muka air tanah (TMAT) pada lokasi rewetting, dan (iii) menganalisis perubahan
tingkat kerawanan kebakaran.
Pada penelitian ini, indeks vegetasi yang digunakan adalah Normalized
Difference Vegetation Index (NDVI) dan Soil Adjusted Vegetation Index (SAVI)
yang diturunkan dari citra Landsat 8 TOA Reflectance menggunakan Google Earth
Engine (GEE). Dinamika tinggi muka air tanah berdasarkan data pengamatan
Sistem Pemantauan Air Lahan Gambut (SIPALAGA). Untuk analisis pendugaan
daerah rawan kebakaran hutan dan lahan didekati dengan menggunakan metode
Multi-Criteria Evaluation (MCE) berdasarkan variabel NDVI, Normalized
Difference Water Index (NDWI), dan kerapatan hotspot.
Indeks vegetasi yang dianalisis menunjukkan pola yang sama yakni
kecenderungan mengalami peningkatan hingga akhir periode pengamatan. Pada
tahun 2021, terdapat >90% wilayah revegetasi berada pada kategori vegetasi
dengan kerapatan yang tinggi. Dinamika kondisi kelembaban tanah dan TMAT di
Kepulauan Meranti mengikuti pola curah hujan harian. Sekitar 81% TMAT pada 3
stasiun pengamatan berada pada kondisi ekstrem (<-40 cm). Terjadi perubahan
tingkat kerawanan kebakaran hutan di Kepulauan Meranti antara tahun 2014 dan
2021 sebagai implikasi terhadap adanya dinamika kondisi vegetasi dan kelembaban
tanah. Upaya mitigasi kebakaran hutan dan lahan bisa dilakukan dengan
memodifikasi sekat kanal dengan prinsip adjustable gate dan pemanfaatan abu
uyung sebagai alternatif pengelolaan lahan pertanian masyarakat tanpa bakar. Kepulauan Meranti is one of the unique districts with a land area dominated
by peatlands up to 91%. Efforts to use peatlands in Kepulauan Meranti are still
implementing practices that do not reflect the ecological and environmental
principles, causing many new problems, such as fires that recur yearly. As a result
of these fires, the peatland ecosystem in Kepulauan Meranti has been degraded to
an alarming level, so the Peatland and Mangrove Restoration Agency have
designated Kepulauan Meranti as one of the target locations for the restoration of
peatland ecosystems in Indonesia.
Efforts to restore the peatland ecosystem in Kepulauan Meranti have been
carried out since 2017. However, the problem of forest and land fires still occurs.
Therefore, this study was conducted to quantitatively assess the peatland ecosystem
restoration program in Kepulauan Meranti by (i) analyzing the dynamics of
vegetation indices at the revegetation site, (ii) analyzing the dynamics of
groundwater table at the rewetting location, and (iii) analyzing changes of fire
susceptibility level.
In this study, the vegetation indices used are Normalized Difference
Vegetation Index (NDVI) and Soil Adjusted Vegetation Index (SAVI) derived from
Landsat 8 TOA Reflectance imagery using Google Earth Engine (GEE). The
groundwater table dynamics are based on observational data from the Peatland
Water Monitoring System. For the analysis of the estimation of areas of forest and
land fire susceptibility, they were approached using the Multi-Criteria Evaluation
(MCE) method based on NDVI, Normalized Difference Water Index (NDWI), and
hotspot density variables.
The vegetation indices analyzed showed the same pattern, namely the
tendency to increase until the end of the observation period. In 2021, there will be
>90% of revegetation area in the category of high-density vegetation. The dynamics
of soil moisture and TMAT conditions in Kepulauan Meranti follow the daily
rainfall pattern. About 81% of TMAT at the three observation stations is in extreme
conditions (<-40 cm). There was a change in forest fire susceptibility in Kepulauan
Meranti between 2014 and 2021 as an implication for the dynamics of vegetation
conditions and soil moisture. Efforts can be made to mitigate forest and land fires
by modifying canal blocking with the principle of adjustable gates and using uyung
ash as an alternative for managing community agricultural land without burning.