Efek Sup Krim Instan Labu Kuning dan Tempe terhadap Fungsi Kognitif pada Tikus Model Menopause
Date
2022-08-26Author
Aulia, Salma Shafrina
Setiawan, Budi
Sulaeman, Ahmad
Kusharto, Clara Meliyanti
Handharyani, Ekowati
Metadata
Show full item recordAbstract
Penyakit Alzheimer (AD) adalah penyakit neurodegeneratif yang ditandai
dengan serangkaian perubahan dalam aktivitas kognitif, perilaku, dan sosial). Studi
menyatakan bahwa wanita memiliki prevalensi gangguan fungsi kognitif yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Studi epidemiologis menunjukkan bahwa
prevalensi dan insiden Alzheimer secara lebih tinggi terjadi pada wanita, terutama
wanita dengan menopause. Menopause secara umum mulai terjadi pada usia 45-51
tahun.
Penelitian kami sebelumnya telah mengembangkan sup krim instan berbahan
dasar labu kuning dan tempe yang mudah dikonsumsi, memiliki umur simpan yang
lama, dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Sup krim instan labu kuning tanpa
dan dengan penambahan tempe masing-masing mengandung 9,76% dan 21,42%
protein, 6,04 ppm dan 8,29 ppm vitamin B12, dan 0,65 g kg-1 dan 1,2 g kg-1 β-
karoten. Kandungan lain dari sup krim instan labu kuning dan tempe adalah
isoflavon dan antioksidan. Berdasarkan analisis didapatkan hasil bahwa sup krim
instan labu kuning diperkaya tempe (IPTS) memiliki kandungan isoflavon yang
tinggi yaitu 370,86 μg/100 g genestein dan 185,61 μg/100 g daidzein, sedangkan
sup krim instan labu kuning tanpa tempe (IPS) tidak mengandung isoflavon. Selain
isoflavon, sup krim instan labu kuning dan tempe juga mengandung antioksidan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa IPS dan IPTS memiliki aktivitas antioksidan
dengan aktivitas tertinggi sebesar 134,25 mg AEAC/100 g ditunjukkan oleh IPTS.
Sup krim instan labu kuning dengan dan tanpa penambahan tempe juga telah
memenuhi parameter keamanan produk berdasarkan Standar Nasional Indonesia
(SNI) sup krim instan yaitu nilai ALT di bawah ambang batas yaitu 1 × 105 CFU/mL,
dan hasil negatif pada pengujian keberadaan E. coli dan Salmonella. Selanjutnya
dilakukan penelitian pada hewan coba menggunakan tikus Sprague dawley betina
berusia 10 bulan dengan berat badan awal 250-300 g. Sebanyak 32 tikus dibagi
menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok ovariohisterektomi (OH),
kelompok sup krim labu instan (IPS), kelompok sup labu kuning instan dan sup
krim tempe (IPTS). Intervensi pada studi ini dilakukan selama 60 hari.
Hasil studi menunjukkan perlakuan ovariohisterektomi (OVx) menyebabkan
terjadinya penurunan fungsi kognitif. Kelompok intervensi sup krim instan (IPS
dan IPTS) mengalami peningkatan perkembangan fungsi kognitif pada akhir
intervensi. Penurunan fungsi kognitif dapat meningkatkan risiko penyakit
Alzheimer. Salah satu penanda biologis utama untuk mengonfirmasi penyakit
tersebut adalah β-amiloid. Hasil analisis pada β-amiloid serum menunjukkan
kandungan β-amiloid tertinggi terdapat pada kelompok OH dan terendah terdapat
pada kelompok IPTS. Hal ini diduga disebabkan karena perlakuan OVx mampu
menurunkan status estradiol yang berakibat meningkatnya β-amiloid.
Analisis imunohistokimia pada otak dilakukan untuk memperkuat hasil
terhadap β-amiloid serum. Analisis ini mengonfirmasi adanya pembentukan plak β-
amiloid pada tikus OVx. Tikus dengan perlakuan OVx terjadi pembentukan banyak
plak β-amiloid, sedangkan pada tikus kontrol tidak terjadi pembentukan β-amiloid.
Pembentukan plak β-amiloid dalam jumlah yang jauh lebih sedikit pada kelompok
IPS dan IPTS. Hasil ini menunjukkan bahwa intervensi sup krim instan labu kuning
ataupun sup krim instan labu kuning diperkaya tempe mampu memperlambat dan
menghambat terjadinya pembentukan plak β-amiloid pada otak tikus. Penurunan
fungsi kognitif sangat berhubungan dengan hormon estrogen pada wanita. Estradiol
merupakan bentuk steroid dari hormon estrogen dimana penurunan estradiol tubuh
menyebabkan perubahan transkripsi gen yang mengakibatkan peningkatan risiko
gangguan kognitif khususnya pada wanita pasca-menopause. Hasil analisis
menunjukkan kelompok IPTS memiliki estradiol yang signifikan lebih tinggi.
Kadar estradiol yang tinggi pada IPTS diduga disebabkan karena penambahan
tempe yang mengandung fitoestrogen.
Secara umum, prosedur pembedahan dapat menyebabkan stres oksidatif.
Analisis kadar malondialdehida (MDA) menunjukkan perlakuan OVx
meningkatkan status MDA. Hasil ini sesuai studi lain yang menyatakan bahwa
OVx menyebabkan nyeri dan stres oksidatif. Perlakuan intervensi (IPS dan IPTS)
menunjukkan perbedaan kadar MDA, dimana IPTS memiliki nilai yang lebih
rendah dari IPS. Hal ini diduga karena kandungan isoflavon pada tempe yang
berperan sebagai antioksidan sehingga mampu menetralisir radikal bebas dan
mencegah pembentukan MDA sebagai hasil dari peroksidasi lipid. Analisis
Superoksida dismutase (SOD) menunjukkan perbedaan yang signifikan antar
kelompok. Kelompok OH memiliki aktivitas SOD terendah, sedangkan kelompok
IPS dan IPTS memiliki aktivitas SOD tertinggi (497,487 U mL-1 dan 558,884 U
mL-1). Aktivitas SOD yang tinggi pada IPS dan IPTS diduga disebabkan kandungan
senyawa antioksidan yang tinggi. Pemberian sup krim instan labu kuning dan
tempe berpengaruh pada berat badan dan konsumsi pakan tikus. Berat badan
meningkat hingga akhir intervensi dan secara signifikan berbeda (p<0.05) dengan
baseline pada kelompok IPTS. Hal ini dapat disebabkan karena persentase
konsumsi pakan kelompok IPTS tertinggi tiap minggunya dibandingkan kelompok
lain.
Collections
- DT - Human Ecology [564]