Mitigasi Risiko Rantai Pasok Ikan Tuna di Kota Ternate
Abstract
Tuna merupakan salah satu ikan populer di dunia yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Ikan Tuna adalah produk yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu, oleh karena itu pengontrolan kualitas harus dilakukan dari pemasok hingga ke tahap pelanggan. Kualitas ikan tuna kemudian berdampak pada besarnya pendapatan yang diterima oleh setiap rantai pasok. Tujuan Penelitian ini adalah (1) menganalisis konfigurasi rantai pasok ikan tuna di Kota Ternate; (2) menganalisis risiko rantai pasok tuna di Kota Ternate; dan (3) menganalisis strategi mitigasi risiko rantai pasok ikan tuna di Kota Ternate.
Identifikasi konfigurasi rantai pasok ikan tuna dilakukan secara deskriptif-kuantitatif, wawancara, observasi lapangan dan kajian pustaka mengikuti model identifikasi rantai pasok oleh Vorst. Semua aktivitas dipetakan dengan menggunakan model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Penelitian difokuskan pada nelayan, pedagang pengumpul dan pengolah. Potensi risiko dianalisis di fuzzy (HOR-1). Selanjutnya dilakukan beberapa aksi mitigasi, kemudian dianalisa dengan menggunakan fuzzy HOR-2.
Hasil identifikasi rantai pasok menunjukkan bahwa mekanisme rantai pasok ikan tuna terdiri dari nelayan pedagang pengumpul dan unit pengolah ikan. Selain itu, mekanisme rantai pasok ikan tuna juga didukung oleh koperasi nelayan, pedagang pengecer dan UMK Perikanan. Ikan tuna paling banyak dikirim untuk memenuhi kebutuhan domestik sebesar 58% dikirim kepada pedagang antar pulau dan pengolah besar atau eksportir.
Pada aspek risiko, terdapat dua jenis risiko yang perlu diidentifikasi dalam rantai pasok, yaitu kejadian risiko dan sumber risiko. Hasil identifikasi kejadian risiko rantai pasok menunjukkan bahwa terdapat 8 kejadian risiko pada nelayan, 12 kejadian risiko pada pedagang pengumpul dan 21 kejadian risiko pada pengolah. Hasil identifikasi sumber risiko rantai pasok menunjukkan bahwa terdapat 15 sumber risiko pada nelayan, 9 sumber risiko pada pedagang pengumpul dan 27 sumber risiko pada pengolah. Sumber risiko prioritas berdasarkan nilai ARP tertinggi yang harus segera dimitigasi.
Sumber risiko prioritas pertama pada nelayan yang meliputi keterbatasan es. Risiko prioritas pertama pada pedagang pengumpul yaitu kelalaian karyawan. Sumber risiko prioritas pada pengolah meliputi kesalahan dalam menyortir. Sumber-sumber risiko yang teridentifikasi sehubungan dengan peran sumberdaya manusia baik nelayan serta karyawan pada pedagang pengumpul dan pengolah dalam menjalankan peran dalam mempertahankan kualitas ikan. Pelatihan pada nelayan tentang penanganan ikan yang baik di atas kapal dan pelatihan penanganan ikan bagi pengumpul dan pengolah merupakan strategi mitigasi prioritas pertama dalam menjaga kualitas ikan tuna di semua anggota rantai pasok.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]