Kajian Produksi Bersih dan Water Footprint pada Industri Tahu (Studi Kasus Industri Kecil Menengah di Kabupaten Tangerang)
Date
2022Author
Amalia, Sea Galifiannisa
Suprihatin, Suprihatin
Romli, Muhammad
Metadata
Show full item recordAbstract
Produksi bersih merupakan salah satu strategi preventif dalam efisiensi penggunaan bahan baku dan minimasi limbah. Kegiatan produksi tahu yang ada saat ini dapat menimbulkan masalah lingkungan sehingga perlu dikendalikan. Limbah yang terbentuk berupa limbah cair, padat dan gas. Penggunaan air dalam jumlah besar pada industri tahu juga perlu menjadi perhatian agar penggunaannya dapat lebih efisien. Perhitungan water footprint produk tahu dilakukan untuk dapat mengetahui total air yang digunakan dalam proses produksi tahu. Pehitungan ini dilakukan untuk memahami keberlanjutan penggunaan air dalam proses produksi tahu, sehingga dapat dilakukan efisiensi penggunaan air. Penelitian ini dilakukan di tiga industri berskala kecil menengah di Kabupaten Tangerang dengan rata-rata produksi sebesar 100 kg kedelai/ hari, 200 kg kedelai/hari, dan 700 kg kedelai/ hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi produksi bersih dan water footprint (jejak air) di industri tahu. Metode yang digunakan diantaranya tahap quick scan, identifikasi limbah dan inefisiensi, identifikasi peluang produksi bersih, dan analisis kelayakan dari aspek teknis, lingkungan dan ekonomi, penentuan prioritas produksi bersih menggunakan MPE, serta perhitungan water footprint pada proses produksi tahu. Berdasarkan hasil penelitian, teridentifikasi permasalahan dari berbagai aspek, yaitu tata laksana yang kurang baik, teknologi yang kurang memadai, serta limbah yang belum diolah dan dimanfaatkan dengan baik. Alternatif yang direkomendasikan adalah penerapan CPPOB (Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik), pencucian kedelai secara bertahap, penggunaan boiler dalam pemasakan kedelai, pemanfaatan limbah cair untuk biogas, dan pemanfaatan whey untuk nata de soya. Berdasarkan perhitungan MPE, prioritas terpilih industri dengan kapasitas 100 kg kedelai/hari adalah pencucian secara bertahap dengan keuntungan hingga Rp1.096.436/tahun dengan nilai PBP 0,24 tahun. Prioritas terpilih pada industri dengan kapasitas 200 kg kedelai/hari adalah pencucian penerapan CPPOB dengan keuntungan hingga Rp28.620.000/tahun dengan nilai PBP 0,23 tahun. Prioritas terpilih pada industri dengan kapasitas 700 kg kedelai/hari adalah pengguaan boiler dalam pemasakan kedelai dengan keuntungan hingga Rp207.900.000/tahun dengan nilai PBP 0,12 tahun.
Nilai total water footprint kedelai yang diperoleh sebesar 2,6 m3/ton. Sementara pada industri skala 100 kg kedelai/hari, diperoleh sebesar 36,32 m3/ton, 38,25 m3/ton pada industri dengan sakala 200 kg/hari dan 34,95 m3/ton pada industri dengan skala 700 kg kedelai/ hari. Nilai ini dapat menjadi acuan untuk melakukan efisiensi penggunaan air tanah pada proses pembuatan tahu dan dapat berkurang dengan diterapkannya produksi bersih pada industri tahu. Clean production is one of the preventive strategies in the efficient use of raw materials and minimization of waste. Tofu production activities that exist today can cause environmental problems that need to be controlled. The waste formed is in the form of liquid, solid and gas waste. The use of large amounts of water in the tofu industry also needs attention so that its use can be more efficient. Then the calculation of the water footprint of the tofu product is carried out to find out the total water used in the tofu production process. This calculation is carried out to understand the sustainability of water use in the tofu production process, so that water use efficiency can be carried out. This study aims to identify a clean production strategy and water footprint in the tofu industry. The methods used include quick scan stages, identification of waste and inefficiencies, identification of clean production opportunities, and feasibility analysis from technical, environmental and economic aspects, determination of clean production priorities, and calculation of water footprint in the tofu production process. Based on the research results, identified problems from various aspects, namely poor management, inadequate technology, and waste that has not been processed and utilized properly. The recommended alternatives are the application of CPPOB (Good Processed Food Production Practices), gradual washing of soybeans, the use of boilers in cooking soybeans, the use of liquid waste for biogas, and the use of whey for nata de soya. Based on the MPE calculation, the chosen priority of industry with a scale of 100 kg soybean/day is gradual laundering
with a profit of up to IDR 1,096,436/year with a PBP value of 0.24 years. The chosen priority in industry with a scale of 200 kg/day is the laundering of the CPPOB application with a profit of up to IDR 28,620,000/year with a PBP value of 0.23 years. The chosen priority in industry with a scale of 700 kg soybean/day is the use of boilers in soybean cooking with a profit of up to IDR 207,900,000/year with a PBP value of 0.12 years.
The total value of soybean water footprint obtained is 2.6 m3/ton. Meanwhile, in the industry with a scale of 100 kg soybean/day, 36.32 m3/ton was obtained, 38.25 m3/ton in an industry with a scale of 200 kg/day and 34.95 m3/ton in an industry with a scale of 700 kg soybean/day. This value can be used as a reference for efficient use of groundwater in the tofu-making process and can be reduced by implementing clean production in the tofu industry.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2272]