Status Pemanfaatan secara Spasial-temporal, Parameter Lingkungan dan Keanekaragaman Ikan Kerapu di Teluk Saleh
Abstract
Saleh Bay is a fishing area for local people, especially fishermen in Sumbawa and its surroundings. One of the reef fish resource commodities caught is grouper. However, the productivity of reef fish and demersal fish in Saleh Bay has decreased, leading to an overfishing status. Fishermen catch fish on a large scale, juvenile-sized grouper are caught, and there are indications of catching fish using fishing gear that is not environmentally friendly, such as bombs and potassium. In addition, several locations in the waters of Saleh Bay have been designated as marine conservation areas, so monitoring the utilization of the grouper fish resources is necessary. Therefore, this study aims to identify grouper fishing units, grouper utilization status and grouper fishing intensity in each fishing area, analyze grouper diversity (Shannon-Wiener index, Simpson index, Margalef index, and Pielou index), and the condition of environmental and ecological parameters of grouper in Saleh Bay. This research was conducted in Saleh Bay, Sumbawa, West Nusa Tenggara, sample were taken from February to April 2021. Data on fish landings used included production, number of individuals, fishing gear, fishing effort, and coordinates of fishing areas. The environmental parameter data used is AQUA MODIS satellite image data, including sea surface temperature, chlorophyll-a, and currents. The analytical techniques in this study are descriptive analysis, catch per unit effort, spatial-temporal analysis, the diversity indices (Shannon-Wiener index, Simpson index, Margalef index, and Pielou index), and trophic level. The results show that the grouper fishing fleet in Saleh Bay is a small-scale fishery with fishing gearsuch as bottom longline, troll-line, hand-line, and speargun. The trend of grouper resource utilization tends to increase, and fishing efforts positively influence grouper production in Saleh Bay. Based on CPUE and Fishing Power Index values, the order of the most effective fishing gear used to catch grouper is bottom longline, troll-line, hand-line, and speargun. The grouper fishing ground carried out by fishermen is divided into several locations: Liang Island, Ngali Island, Dempu Island, Lipan Island, Raft Island, and Nusa Pudu Island. The highest fishing intensity occurred around Liang Island, Ngali Island, and Rakit Island. The high intensity of fishing was indicated by the number of fishing operations and the CPUE value in the fishing ground. In the long term, it can lead to the degradation of the grouper population. In addition, fishermen are still catching fish around Liang Island, Lipan Island, and Rakit Island, some of whose water areas have been designated conservation areas. So, increasing supervision in managing grouper fisheries in Saleh Bay is necessary. The environmental conditions of the waters consisting of currents, sea surface temperature, and chlorophyll-a indicate that from July to September, the waters of Saleh Bay experienced an increase in water fertility. The sea surface temperature from July to September ranges from 27.9℃ to 29.4℃. The chlorophyll-a concentration from July to September ranged from 0.13mg/m to 9.05 mg/m³. Fertile waters will be used by phytoplankton, phytoplankton is eaten by zooplankton, small fish eat zooplankton, and small fish eat by big fish to top predators to create a food chain in these waters. Groupers were top predators because they ate small fish, cephalopods, and crustaceans. The role of the grouper as a top predator in the food web makes grouper fish a counterweight to the food web. If grouper use continues to occur on a large scale, it can cause an imbalance in the food web and degradation of the grouper population. Teluk Saleh dijadikan sebagai daerah penangkapan ikan bagi masyarakat lokal, khususnya nelayan di Sumbawa dan sekitarnya. Salah satu komoditas sumberdaya ikan karang yang ditangkap adalah ikan kerapu. Namun, produktivitas ikan karang dan ikan demersal di perairan Teluk Saleh mengalami penurunan dan cenderung mengarah kedalam status tangkap lebih (overfishing). Nelayan menangkap ikan secara besar-besaran, ikan kerapu berukuran yuwana tertangkap dan terjadi indikasi penangkapan ikan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, seperti bom dan potassium. Selain itu, beberapa lokasi perairan Teluk Saleh telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi laut sehingga perlu diawasi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan kerapu tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi unit penangkapan ikan kerapu, status pemanfaatan ikan kerapu dan intensitas penangkapan ikan kerapu di setiap daerah penangkapan ikan, serta menganalisis keragaman ikan kerapu (Shannon-Wiener index, Simpson index, Margalef index, dan Pielou index), dan kondisi parameter lingkungan dan ekologi ikan kerapu di Teluk Saleh. Penelitian ini dilakukan di Teluk Saleh, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, dengan pengambilan sampel pada bulan Februari sampai dengan April 2021. Data hasil pendaratan ikan yang digunakan meliputi produksi, jumlah individu, alat tangkap, upaya penangkapan, dan koordinat dari daerah penangkapan ikan. Data parameter lingkungan yang digunakan adalah data citra satelit AQUA MODIS meliputi suhu permukaan laut, klorofil-a, dan arus. Teknik analisis dalam studi ini adalah analisis deskriptif, catch per unit effort, analisis spasial-temporal, indeks keragaman (Shannon-Wiener index, Simpson index, Margalef index, dan Pielou index), dan tingkat trofik. Hasil analisis menunjukkan bahwa armada perikanan kerapu di Teluk Saleh adalah perikanan skala kecil dengan alat tangkap seperti pancing rawai dasar, pancing tonda, pancing ulur, dan panah. Tren pemanfaatan sumberdaya ikan kerapu terus mengalami peningkatan dan terdapat pengaruh positif dari upaya penangkapan terhadap produksi ikan kerapu di Teluk Saleh. Berdasarkan nilai CPUE dan Fishing Power Index, urutan alat tangkap yang paling efektif digunakan untuk menangkap ikan kerapu adalah bottom longline, troll-line, hand-line, dan speargun. Daerah penangkapan ikan kerapu yang dilakukan oleh nelayan terbagi menjadi beberapa lokasi, seperti di sekitar Pulau Liang, Pulau Ngali, Pulau Dempu, Pulau Lipan, Pulau Rakit, dan Pulau Nusa Pudu. Intensitas penangkapan tertinggi terjadi pada pada lokasi sekitar Pulau Liang, Pulau Ngali, dan Pulau Rakit. Intensitas penangkapan yang tinggi ditunjukkan oleh jumlah operasi penangkapan dan nilai CPUE pada daerah penangkapan ikan tersebut. Dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya degradasi populasi kerapu. Selain itu, Nelayan masih ditemukan melakukan penangkapan ikan di sekitar Pulau Liang, Pulau Lipan, dan Pulau Rakit yang beberapa luasan perairannya telah ditetapkan sebagaisawasan konservasi. Sehingga perlu adanya peningkatan pengawasan dalam pengelolaan perikanan kerapu di Teluk Saleh. Kondisi lingkungan perairan yang terdiri dari arus, suhu permukaan laut, dan klorofil-a menunjukkan bahwa pada bulan Juli sampai dengan September perairan Teluk Saleh mengalami peningkatan kesuburan perairan. Suhu permukaan laut pada bulan Juli sampai dengan September berkisar 27,9℃ – 29,4℃. Konsentrasi klorofil-a pada bulan Juli sampai dengan September berkisar 0,13mg/m³ - 9,05 mg/m³. Perairan yang subur akan dimanfaatkan oleh fitoplankton, fitoplankton dimakan oleh zooplankton, zooplankton dimakan oleh ikan kecil, dan ikan kecil akan dimakan oleh ikan besar hingga top predator sehingga tercipta sebuah rantai makanan pada perairan tersebut. Ikan kerapu termasuk ke dalam kategori top predator karena memakan ikan kecil, cephalopoda, dan krustasea. Peran ikan kerapu sebagai top predator dalam rantai makanan membuat ikan kerapu sebagai penyeimbang rantai makanan. Apabila pemanfaatan ikan kerapu terus terjadi secara besar-besaran dapat menyebabkan ketidakseimbangan rantai makanan dan degradasi populasi ikan kerapu.
Collections
- MT - Fisheries [2934]