Priming Effect Akibat Kegiatan Ameliorasi pada Bahan Tanah Gambut Tropik
Date
2022-08-23Author
Simanjuntak, Fransisca
Darmawan
Sumawinata, Basuki
Metadata
Show full item recordAbstract
Sekitar 6 juta hektar lahan gambut di Indonesia digunakan sebagai lahan pertanian, diantaranya adalah sebagai perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet, perkebunan kelapa, dan hutan tanaman industri (HTI) seperti akasia, yang dikelola perusahaan atau rakyat setempat. Lahan gambut yang digunakan sebagai lahan pertanian tentunya memerlukan kegiatan ameliorasi untuk meningkatkan kesuburan tanah mengingat gambut merupakan tanah yang miskin. Bahan amelioran yang dibutuhkan untuk tanah gambut yaitu pupuk dan kompos.
Seperti yang dinyatakan dalam teori, penambahan bahan yang kaya nutrisi seperti kompos akan menghasilkan Priming Effect (PE) yang bersifat positif. PE terjadi pada tanah sebagai respon akibat adanya bahan lain yang ditambahkan ke tanah. PE positif yang terjadi pada tanah mengakibatkan bahan organik yang sebelumnya tidak dapat dirombak menjadi dapat dirombak dan apabila terjadi pada tanah gambut, dapat mengakibatkan bahan tanah gambut yang belum matang menjadi ikut dirombak dan pelepasan CO2 ke udara akan meningkat. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengamati peristiwa Priming Effect yang terjadi pada bahan tanah gambut akibat penambahan kompos.
Peristiwa PE positif dapat diamati melalui nilai CO2 yang dihasilkan dari respirasi tanah, karena nilai tersebut mencerminkan aktivitas mikroba dalam mengurai bahan organik. Penelitian dilakukan dengan memisahkan bahan tanah gambut yang lolos dan tidak lolos ayakan 5 mm. Selanjutnya kedua bahan tanah gambut tersebut dicampurkan dengan kompos dan diinkubasi selama 80 hari dalam toples. Total campuran bahan yang diinkubasi adalah 100 gram dan dosis kompos yang ditambahkan adalah 10%, 25%, dan 50% dari total campuran bahan. Jumlah perlakuan pada penelitian adalah sembilan perlakuan dengan lima ulangan sehingga diperoleh 45 satuan percobaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kompos pada tanah gambut meningkatkan C-CO2 tanah. Penambahan 50% kompos ke bahan tanah gambut halus dan kasar meningkatkan C-CO2 tanah paling banyak. C-CO2 tanah yang dihasilkan dalam campuran 50% tanah gambut halus memiliki pola yang sama dengan C-CO2 yang dihasilkan oleh kompos, menunjukkan bahwa C-CO2 dalam campuran tersebut hanya dihasilkan oleh kompos. Sebaliknya, C-CO2 yang dihasilkan oleh campuran 50% tanah gambut kasar meningkat luar biasa dan menunjukkan pola yang berbeda dengan C-CO2 yang dihasilkan oleh kompos, sehingga dapat disimpulkan bahwa C-CO2 tidak dihasilkan oleh kompos saja. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kegiatan ameliorasi misalnya penambahan kompos ke bahan tanah gambut kasar dapat meningkatkan aktivitas mikroba tanah sehingga bahan organik pada tanah gambut tersebut dapat ikut terdekomposisi dan dikenal sebagai Priming Effect positif. Around 6 million hectares of peatlands in Indonesia are used as agricultural land, including oil palm plantations, rubber plantations, coconut plantations, and industrial forest plantations (HTI) such as acacia, which are managed by local companies or people. Peatland used as agricultural land certainly requires amelioration activities to increase soil fertility considering that peat is a soil that is poor in nutrients. The ameliorant materials needed for peat soil are fertilizer and compost.
As stated in theory, the addition of nutrient-rich materials such as compost will produce a positive Priming Effect (PE). PE occurs in the soil in response to other materials being added to the soil. Positive PE that occurs in soil causes organic matter that previously could not be broken down to be decomposed and if it occurs on peat soil, it can cause peat soil material to be decomposed and will increase the release of CO2 into the air. Therefore, this study was conducted to observe the Priming Effect that occurs in peat soil material due to the amelioration such addition of compost.
Positive PE can be observed through the value of C-CO2 produced from soil respiration, because this value reflects microbial activity in decomposing organic matter. The research was conducted by separating the peat soil material that sieved and did not sieved the 5 mm sieve. Then the two peat soil materials were mixed with compost and incubated for 80 days in jars. The total mixture of materials incubated was 100 grams and the doses of compost added were 10%, 25%, and 50% of the total mixture of materials. The number of treatments in this study were nine treatments with five replications as a result there were 45 experimental units obtained.
The results showed that the addition of compost to peat soil increased the C-CO2. The addition of 50% compost to the fine and coarse peat soil material increased the soil C-CO2 the most. Soil C-CO2 produced in a mixture of 50% fine peat soil had the same pattern as C-CO2 produced by compost, indicating that the soil C-CO2 in the mixture was only produced by compost. In contrast, the C-CO2 produced by a mixture of 50% coarse peat soil showed a remarkable increase, indicates that the decomposition of soil C-CO2 was not produced by compost alone. These results indicate that amelioration activities such as the addition of compost to coarse peat soil material can increase soil microbial activity and leads to decomposition of organic matter in peat soils and is known as the positive Priming Effect.
Collections
- MT - Agriculture [3787]