Strategi Perbaikan Pelayanan Pengelolaan Sampah Permukiman Di Kota Tangerang Selatan
Date
2022-08-23Author
Aprilia, Suzanthi
Tjahjono, Boedi
Mansyur, Umar
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengelolaan sampah secara tepat sangatlah penting, karena akan berdampak baik pada lingkungan hidup, perekonomian, perubahan perilaku masyarakat, maupun keberlanjutan masyarakat ke depan. Keberlanjutan pengelolaan sampah memerlukan suatu sistem yang efektif sehingga dapat mengatasi permasalahan pengelolaan sampah secara tepat. Permasalahan yang umum terjadi dalam pengelolaan sampah adalah keterbatasan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan keterbatasan anggaran dalam melakukan pengelolaan sampah. Masalah seperti ini tampak juga terjadi di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), sehingga kota ini perlu segera melakukan terobosan dalan penanganan sampah dengan sistem yang efektif dan efisien.
Tujuan penelitian ini antara lain (1) mengevaluasi pelaksanaan pelayanan pengelolaan sampah permukiman yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan, (2) mengidentifikasi tipologi permukiman dan melakukan analisis kepuasan pelayanan pengelolaan sampah permukiman Kota Tangerang Selatan, dan (3) arahan kebijakan dan strategi perbaikan pelayanan pengelolaan sampah di Kota Tangerang Selatan.
Metode yang digunakan meliputi analisis deskriptif untuk membandingkan standar pelayanan pengelolaan sampah dengan kondisi eksisting, analisis dan interpretasi citra untuk mengidentifikasi tipologi permukiman (keteraturan, aksesibilitas, dan kepadatan penduduk), analisis indeks kepuasan masyarakat, dan AHP (analytical hierarchy process).
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pelayanan pengelolaan sampah di Kota Tangsel terhadap Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001 jumlah armada aktual yang saat ini dimiliki Dinas Lingkungan (DLH) masih jauh dari kondisi ideal. Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001, armada sampah yang dibutuhkan seharusnya berjumlah 76 unit dengan kapasitas 6 m3 dan sekitar 124 unit dengan kapasitas 3 m3, namun saat ini DLH hanya memiliki 36 unit dengan kapasitas 6m3 dan 32 unit dengan kapasitas 3 m3. Selain itu keterbatasan lahan TPA juga menjadi penyebab rendahnya tingkat pelayanan. TPA yang dimiliki Kota Tangsel (TPA Cipeucang) saat ini hanya seluas 5,9 ha, berdasarkan proyeksi timbulan sampah hingga 2030 memerlukan TPA seluas sekitar 11,84 ha. Persepsi masyarakat terhadap kinerja DLH maupun operator Swasta menunjukan hasil yang belum cukup baik. Hal ini cukup wajar karena pada saat ini sampah yang mampu ditangani oleh DLH maupun Swasta baru mencapai 68, 35 %, sehingga masih terdapat 31,65% lagi sampah yang belum tertangani.
Berdasarkan tipologi permukiman yang dianalisis berbasis karakteristik masyarakat telah membentuk 4 kawasan prioritas dalam penangan persampahan permukiman. Kawasan prioritas 1 merupakan kawasan prioritas utama dilakukannya perbaikan penanganan persampahan permukiman, dan urutan berikutnya adalah prioritas 2, prioritas 3 dan prioritas 4. Bentuk penanganan sampah yang rasional dapat dilakukan pada setiap kawasan prioritas bisa bervariasi namun peningkatan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat di kawasan prioritas, terutaman kawasan prioritas 1 sangat penting terutama dalam melakukan pengurangan sampah rumah tangga, dan melakukan pengangkutan sampah dengan gerobak motor atau kendaraan pengangkut sampah ukuran kecil agar dapat menjangkau wilayah dengan aksesibilitas yang buruk. Adapun arahan perbaikan pelayananan pengelolaan sampah permukiman yang utama perlu dilakukan adalah optimalisasi TPA eksisting, kemudian peningkatan peran serta masyarakat, dan yang terakhir penambahan dan peningkatan prasarana sampah.
Collections
- MT - Agriculture [3682]