Alokasi Pemanfaatan Lahan untuk Komoditas Unggulan Tanaman Pangan di Kabupaten Purwakarta
Date
2022-08Author
Fatmawati, Desy
Baskoro, Dwi Putro Tejo
Panuju, Dyah Retno
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengembangan Kabupaten Purwakarta selama ini bertumpu pada sektor industri pengolahan. Sektor industri memberikan kontribusi terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Purwakarta sebesar 57,14%. Pertumbuhan sektor industri mendorong pembangunan permukiman dan lahan terbangun yang akan mengancam keberlanjutan produksi pangan di Kabupaten Purwakarta dan di Jawa Barat. Dalam upaya meningkatkan perekonomian wilayah dan kesejahteraan untuk petani diperlukan alokasi pemanfaatan lahan serta strategi pengembangan komoditas tanaman pangan. Berbagai analisis standar untuk menilai kesesuaian lahan dan lahan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan juga perlu dilakukan agar bisa disusun skenario dan strategi pengembangan yang sesuai dengan potensi wilayah. Skenario pemanfaatan lahan optimal dengan beberapa sasaran kendala perlu disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan pangan, konservasi ekologi dan pendapatan usahatani.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menetapkan komoditas unggulan tanaman pangan di Kabupaten Purwakarta (2) Mengidentifikasi lahan tersedia untuk pengembangan komoditas ungguan tanaman pangan (3) Menetapkan penggunaan lahan yang dikembangkan menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan (4) Mengoptimumkan pemanfaatan lahan untuk beberapa skenario yang ditargetkan di Kabupaten Purwakarta; dan (5) Menyusun strategi efektif untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Purwakarta. Metode untuk menentukan komoditas unggulan adalah Location Quotient (LQ) dan Differential Shift (DS). Lahan tersedia ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan dan kesesuaian lahan untuk komoditas tanaman pangan. Multiple Goals Programming (MGP) digunakan untuk mengoptimumkan 4 skenario target yaitu: Skenario I: alokasi pemanfaatan lahan yang menghasilkan erosi kurang dari atau sama dengan TSL, menghasilkan beras untuk memenuhi kebutuhan lokal, dan penerimaan usahatani yang memenuhi standar kebutuhan hidup layak; Skenario II: alokasi pemanfaatan lahan yang menghasilkan erosi kurang dari atau sama dengan Tolerable Soil Loss (TSL), menghasilkan beras 1,5 kali kebutuhan konsumsi lokal, dan penerimaan usahatani paling tidak 1,5 kali standar kebutuhan hidup layak; Skenario III: alokasi pemanfaatan lahan yang menghasilkan erosi kurang dari atau sama dengan TSL, menghasilkan beras 1,5 kali kebutuhan konsumsi lokal, menghasilkan penerimaan usahatani paling tidak 1,5 kali standar kebutuhan hidup layak, serta memproduksi ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah sama dengan 1,5 kali dari produksi saat ini; (skenario IV) Alokasi pemanfaatan lahan yang menghasilkan erosi kurang dari atau sama dengan TSL, menghasilkan beras 1,5 kali kebutuhan konsumsi lokal, menghasilkan penerimaan usahatani paling tidak 1,5 kali standar kebutuhan hidup layak, memproduksi ubi kayu, ubi jalar dan produksi kacang tanah 1,5 kali produksi saat ini dengan kemungkinan perluasan areal produksi tanaman pangan. Strategi Pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan dibangun menggunakan A’WOT yang merupakan metodi kombinasi antara Analytic Hierarchy Proces (AHP) dan Strength Weakness Opportunities Threat (SWOT).
Komoditas unggulan yang teridentifikasi di Kabupaten Purwakarta adalah Ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah, dipilih 3 berdasarkan kriteria jumlah produksi tertinggi dan luas panen terbesar. Lahan tersedia dipilih berdasarkan lahan yang dimanfaatkan petani untuk budidaya pertanian khususnya tanaman pangan yaitu lahan sawah, pertanian lahan kering dan lahan kering campuran. Lima belas (15) kelas kemampuan lahan adalah; IIIe-SW, IIIw-PLK, IIIw-PLKC, IVe-PLK, IVe-SW, IVs-PLK, IVs-PLKC, IVw-PLK, IVw-PLKC, IVw-SW, VIe-PLK, VIe-SW, VIs-PLK, VIs-PLKC dan VIs-SW. Optimasi ruang diatur dalam 4 skenario yang mempertimbangkan kombinasi target pengendalian erosi, pemenuhan pendapatan usahatani, dan produksi padi. Erosi terkecil diperoleh pada skenario I, II dan III sebesar 12.398 ton/tahun dari luas lahan seluas 38.594 ha dengan rata laju erosi aktual 0,321 ton/ha/tahun dan nilai TSL sebesar 34,60 ton/ha/tahun. Nilai erosi paling tinggi terdapat pada skenario IV sebesar 13.159,17 ton/tahun dari luas lahan seluas 52.531 ha dikarenakan area lahan lebih luas dari skenario I, II dan III, sedangkan pendapatan tertinggi yang mungkin dicapai sebesar Rp 300.500.000.000 tahun-1 dengan rata – rata pendapatan yang diterima satu keluarga sebesar Rp 10.016.563 tahun-1. Produksi beras skenario II, III dan IV terbesar 202.070 ton GKP tahun-1 dari rata rata produksi beras sebesar 7.870 tonGKP tahun-1 sedangkan produksi singkong, ubi jalar dan kacang tanah sudah memenuhi taget produksi saat ini. Melalui pencapaian target produksi pembangunan pertanian dan program peningkatan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi yang berkelanjutan kemungkinan bisa dicapai. Kami membangun delapan strategi pemanfaatan lahan berdasarkan analisis A’WOT, salah satunya Strategi Strengths-Opportunities (SO) yang direkomendasikan dalam pemanfaatan lahan melalui pemanfaatan teknologi tepat guna diiringi dengan kerja sama berbagai pihak (swasta, lembaga dan dukungan pemerintah). The development of the Purwakarta Regency has relied on the manufacturing sector. The industrial sector contributes to the GRDP (Gross Regional Domestic Product) of Purwakarta Regency by 57.14%. The growth of industrial sector encourages the development of settlements and other built-up which will threaten the sustainability of food production and sufficiency in Purwakarta Regency and in West Java. To improve the regional economy and farmers welfare, it is necessary to allocate land use as well as strategies for developing food crop commodities. Various standard analyses to assess the suitability of land and available land for the development of superior commodities need to be carried out so that scenarios and development strategies can be constructed in accordance with regional potencies. Optimal land use scenarios with several target constraints should be generated by considering food needs, ecological conservation and farming revenue.
This study aims to (1) determine the leading commodity of food crops in Purwakarta Regency (2) Identify available land for the development of the leading food crop commodity (3) Determine the use of developed land that is economically and environmentally beneficial (4) Optimize land use for several targeted scenarios at Purwakarta Regency; and (5) Develop effective strategies for the development of food crops in Purwakarta Regency. The methods to determine leading commodities were Location Quotient (LQ) and Differential Shift (DS). Available land was determined considering land capability and suitability for food crop. Multiple Goals Programming (MGP) was employed to optimize 4 targeted scenarios, namely Scenario I: allocating land use that produces the greatest erosion equal to TSL, producing rice to meet local needs and income for farming that meets the standard of living; Scenario II: allocating land use that produces erosion less than Tolerable Soil Loss (TSL), producing 1.5 folds of regional consumption of rice, and generating farming revenues of at least 1.5 decent living standards; Scenario III: allocating land use that produces the greatest erosion equal to TSL, produces 1.5 folds of regional consumption of rice, generates farming revenue of at least 1.5 folds of standards of decent living, and produces cassava, sweet potatoes and peanuts equal to 1.5 folds of the current production; Scenario IV: allocating land use that produces erosion less than TSL, produces 1.5 folds of regional rice consumption, generates farming revenue greater than 1.5 folds of decent living standards, produces cassava, sweet potato and peanut production 1, 5 folds of current production with the possibility of expanding crop production area. The strategy for developing superior food crop commodities was constructed by using A'WOT, a hybrid method of Analytic Hierarchy Process (AHP) and Strength Weakness Opportunities Threat (SWOT).
The primary commodities identified in Purwakarta Regency were cassava, sweet potato and peanut, 3 were selected based on the criteria for the highest production amount and the largest harvested area. The available land is selected based on current land use being utilized for agricultural cultivation, especially rice fields, dry land agriculture and mixed dry land. There are fifteen (15) land capability classes including IIIe-SW, IIIw-PLK, IIIw-PLKC, IVe-PLK, IVe-SW, IVs-PLK, IVs-PLK, IVw-PLK, IVw-PLKC, IVw-SW, VIe-PLK, VIe-SW, VIs- PLK, VIs-PLKC and VIs-SW. Spatial optimization is arranged in 4 scenarios that consider combinations of targeted erosion , farming revenue, and rice production. The smallest erosion can be obtained in scenarios I, II and III at 12,398 tons/year from a land area of 38,594 ha with an actual erosion rate of 0.321 tons/ha/year and a TSL value of 34.60 tons/ha/year. The highest erosion value is in scenario IV of 13,159.17 tons/year from a land area of 52,531 ha because the land area is wider than scenarios I, II, and III while the highest possible income is Rp. 300,500,000,000 year-1 with an average income received by one family of IDR 10,016,563 year-1. The largest rice production in scenario II, III and IV is 202,070 tons GKP year-1 from the average rice production of 7,870 tons GKP year-1, while the production of cassava, sweet potatoes, and peanuts have met the current production target. By achieving production targets can agricultural development and programs to increase food security through sustainable production increases may be reachable. We develop eight strategies for land use allocation based on A'WOT analysis, one of which is the Strengths-Opportunities (SO) Strategy which is recommended to utilize the potential of agricultural land by implementing appropriate technology accompanied with cooperation from various parties (private sector, institutions, and government support).
Collections
- MT - Agriculture [3683]