Studi Keberlanjutan Beton Ramah Lingkungan Sebagai Upaya Mendukung Konstruksi Berkelanjutan di Indonesia
Date
2022-08-19Author
Fadloli, Laeli
Arifin, Hadi
Ridwan, Wonny Ahmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Hingga saat ini perkembangan penerapan beton ramah lingkungan masih sangat lambat. Konstruksi berkelanjutan yang dicanangkan pemerintah juga belum mendapat respon positif dari sektor konstruksi. 70% emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari produksi beton berasal dari semen, oleh karena itu diperlukan strategi substitusi semen dengan bahan alternatif yang lebih ramah lingkungan, salah satunya limbah pembakaran batubara dari pembangkit listrik atau fly ash. Persyaratan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan tata ruang kota di Indonesia belum mengakomodasi jenis perkerasan yang ramah air (beton berpori). Bangunan yang harus memenuhi 30% dari Koefisien Dasar Hijau (KDH) juga belum memasukkan kriteria perkerasan beton yang ramah air.
Dari permasalahan tersebut, perlu dikaji strategi yang tepat agar green concrete (beton rendah karbon dan beton pori) dapat berkelanjutan. Dari hasil analisis Multi-Dimensional Scaling (MDS) menggunakan Rapfish-R diketahui bahwa status keberlanjutan beton hijau berada pada skor 63,5 (cukup berkelanjutan) untuk produk beton rendah karbon dan 71,9 (cukup berkelanjutan) untuk produk beton berpori. Faktor-faktor pengungkit yang mempengaruhi keberlanjutan green concrete dari dimensi ekologi meliputi: pengurangan semen, pengurangan emisi GRK dan penerapan sistem manajemen. Dimensi ekonomi: ketersediaan dan harga bahan alternatif, efisiensi biaya, daya tahan dan biaya pemasangan. Dimensi kelembagaan: penerapan ekolabel, batas fly ash, standar dan kriteria produk untuk RTH dan KDH. Dimensi sosio-teknis: pemahaman dan persepsi publik, skema sertifikasi, peran media, desain dan pemeliharaan. Dari faktor-faktor pengungkit tersebut, maka dapat dirumuskan strategi dan peta jalan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.