Fitonematoda Penting pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Subang PT PG Rajawali II, Jawa Barat
Date
2022-08-18Author
Ramadhani, Rohmah Isnaini
Supramana, Supramana
Damayanti, Tri Asmira
Putra, Lilik Koesmihartono
Metadata
Show full item recordAbstract
Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan komoditas perkebunan yang
dibudidayakan di berbagai negara beriklim tropis dan subtropis. Produksi gula di
Indonesia mencapai 2,33 juta ton pada tahun 2016. Produksi gula mengalami
penurunan menjadi 2,19 juta ton pada tahun 2017, kemudian mengalami
peningkatan produksi pada tahun 2019 menjadi 2,26 juta ton. Produksi gula yang
tidak stabil terjadi karena adanya faktor penurunan luas areal lahan, teknik budidaya
yang kurang optimal, varietas yang digunakan mutunya menurun, management
tebang muat angkut kurang baik, dan adanya gangguan organisme pengganggu
tanaman (OPT). Nematoda parasit tanaman adalah salah satu patogen penting yang
menginfeksi tanaman tebu yang dapat menurunkan produksi tebu di daerah
beriklim tropis dan subtropis mencapai 14,6%. Fitonematoda yang menyerang
tanaman tebu diantaranya adalah Pratylenchus zeae, Hoplolaimus indicus,
Meloidogyne javanica, Xiphinema elongatum, dan Rotylenchulus reniformis.
Spesies fitonematoda yang menginfeksi tanaman tebu belum banyak
dilaporkan di Indonesia. Fitonematoda yang telah dilaporkan pada tebu umumnya
diidentifikasi secara morfologi hingga tataran genus. Karakter molekuler mulai
banyak dikembangkan oleh negara-negara lain untuk mengidentifikasi nematoda
hingga spesies, walaupun belum banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi spesies fitonematoda tanaman tebu berdasarkan
karakter morfologi, morfometri, dan molekuler serta menghitung kelimpahannya di
lahan Pabrik Gula Subang PT PG Rajawali II, Jawa Barat.
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengambilan sampel akar dan
tanah, ekstraksi dan pembuatan preparat fitonematoda serta identifikasi
fitonematoda. Sampel diagnostik diambil di kebun ratoon kedua dengan kriteria
sampel yang diambil dari pusat serangan, pinggir lingkaran dan luar dari lingkaran.
Sampel akar dan tanah diambil dari lima lokasi berbeda, dimana setiap lokasinya
diambil sebanyak 10 titik lalu dikompositkan. Ekstraksi fitonematoda dari sampel
tanah dilakukan dengan metode flotasi sentrifugasi dan sampel akar dengan metode
mist chamber (pengabutan). Fitonematoda dalam akar dideteksi dengan pewarnaan
asam fuksin. Identifikasi morfologi dan morfometri dilakukan pada preparat
permanen fitonematoda. Analisis komunitas fitonematoda dilakukan dengan
menghitung populasi absolut, frekuensi absolut, dan nilai prominensi. Identifikasi
molekuler dilakukan dengan PCR menggunakan primer universal ITS1 rDNA,
sekuensing fragmen DNA target dan analisis DNA.
Kebun tebu yang diambil sampel akar dan tanah merupakan tanaman tebu
keprasan (ratoon) kedua yang memiliki kisaran suhu tanah 30-34 ⁰C dan berumur
sekitar 4-5 bulan. Berdasarkan ciri morfologi dan morfometri, delapan spesies
fitonematoda berhasil diidentifikasi pada kedua petakan tanaman tebu yaitu
Pratylenchus zeae, Xiphinema setariae, Hoplolaimus indicus, Rotylenchulus
reniformis, Coslenchus paramaritus, Criconemoides morgensis, Helicotylenchus
sp., dan Tylenchus sp. Pratylenchus zeae menjadi nematoda paling dominan pada kedua petak
berdasarkan hasil analisis komunitas fitonematoda. Spesies ini ditemukan pada
semua sampel yang diuji dengan nilai frekuensi absolut sebesar 100%. Pada kedua
petak yang diamati, populasi absolut P. zeae per 5 g akar adalah 425,93 dan 613,33
serta per 100 ml tanah adalah 159,26 dan 156,30. Nilai prominensi P. zeae pada
sampel akar adalah 425,93 dan 613,33 sedangkan pada sampel tanah adalah 159,26
dan 156,30.
Karakter morfologi kunci P. zeae betina berupa stilet kuat dan terlihat jelas
dengan basal knob stilet yang datar (flatted), empat garis lateral sejajar di tengah
tubuh, metacorpus berbentuk oval, esofagus tumpang tindih dengan intestine,vulva
membelah dan menonjol dari kutikula tubuhnya, spermatheca bulat, posisi vulva
dengan nilai V sebesar 68-77%. X. setariae memiliki tubuh yang besar dan
berukuran panjang, tipe stilet odontostilet, stilet seperti jarum, daerah bibir terdapat
sedikit lekukan yang memisahkan bagian bibir dengan bagian anterior lainnya,
posisi vulva didelfik, dan ekor berbentuk kerucut dengan ujung ekor digitate
terminus. R. reniformis betina pra-dewasa berbentuk menyerupai huruf C dan G
pada posisi fase istirahat, stilet relatif tipis, ekor meruncing dengan ujung ekor
rounded terminus, dan ujung ekor terdapat hialin. H. indicus memiliki tubuh
berukuran besar, bibir berbentuk hemispherical, metacorpus bulat penuh yang tidak
memenuhi dinding bagian ventral, posisi vulva didelfik, dan bentuk ekor bulat
menyerupai bulat telur. C. paramaritus berupa stilet tipis, bibir sedikit set off dan
menyatu langsung dengan kontur tubuh, dan ekor yang panjang dan meruncing
hingga ujung ekor. C. morgensis berupa tubuh yang sedikit lonjong membulat
seperti sosis, anulasi kutikula kasar dan bergerigi, knob stilet bulat, dan bentuk ekor
membulat. Helicotylenchus sp. berupa tubuh berbentuk spiral pada posisi istirahat,
bentuk bibir hemispherical, dan ekor berbentuk bulat dengan bagian ujung yang
menonjol. Tylenchus sp. berupa stilet tipis, bibir menyatu dengan kontur tubuh, dan
ekor sedikit melengkung dengan ujung ekor acute terminus pada betina sedangkan
bentuk ekor jantan meruncing menyerupai parang dengan ujung ekor lancip
mengarah kebagian dorsal.
Karakter morfometri fitonematoda dilakukan pendeskripsian dan pengukuran
pada enam spesies fitonematoda diantaranya P. zeae, X. setariae. H. indicus, R.
reniformis, C. paramaritus, dan C. morgensis. Karakter pengukuran mengacu pada
formula De Man. Karakter morfometri yang dideskripsikan pada enam spesies
tersebut berada dalam rentang nilai tiap nematoda target berdasarkan dari beberapa
spesies rujukan.
Karakter molekuler berdasarkan runutan DNA ITS1 rDNA berhasil
mengkonfirmasi identitas genetik P. zeae dan X. setariae. Analisis filogenetika
menunjukkan bahwa P. zeae dan X. setariae berada sejajar dalam satu grup spesies
yang sama dengan spesies yang terdeposit dalam database GenBank. Berdasarkan
karakter morfologi, morfometri, dan molekuler P. zeae dan X. setariae pada
tanaman tebu merupakan laporan pertama di Indonesia. Hasil penelitian ini dapat
memberikan informasi spesies fitonematoda yang identifikasi dengan pendekatan
baru (polifasik).
Collections
- MT - Agriculture [3772]