Strategi Pengelolaan Sumberdaya Ikan Terubuk (Tenualosa macrura) di Perairan Provinsi Riau
Date
2022Author
Seygita, Vivin
Sulistiono
Kusmana, Cecep
Yulianto, Gatot
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan terubuk (Tenualosa macrura) merupakan sumberdaya perikanan
endemik di perairan Provinsi Riau. Ikan ini memiliki keistimewaan karena bernilai
ekonomis sangat tinggi, bernilai sejarah/budaya dan menjadi ikon serta kebanggaan
daerah. Sayangnya populasi ikan terubuk saat ini berada dalam ancaman
kepunahan. Lembaga konservasi sumberdaya alam dunia (IUCN redlist)
menyatakan jenis ikan terubuk (Tenualosa macrura) dalam kategori “hampir
terancam punah”. Sejalan dengan hal tersebut Kementerian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 59
Tahun 2011 menetapkan status perlindungan terbatas untuk jenis ikan terubuk.
Secara umum faktor penyebab penurunan populasi ikan terubuk
dikelompokkan pada tiga aspek yaitu ; (1) aspek ekologi (pencemaran perairan,
degradasi mangrove), (2) aspek sosial ekonomi (tekanan kebutuhan hidup nelayan,
persepsi nelayan), dan (3) aspek kebijakan. Keseluruhan permasalahan ini secara
tidak langsung menyebabkan berkurangnya hasil tangkapan nelayan dan ukuran
ikan yang tertangkap semakin mengecil. Untuk itu diperlukan strategi pengelolaan
yang tepat untuk mencegah semakin tergerusnya sumberdaya ikan terubuk di
perairan Provinsi Riau.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi
pengelolaan sumberdaya ikan terubuk di perairan Provinsi Riau, yang dicapai
dengan (1) menganalisa kondisi eksisting perikanan terubuk di perairan Provinsi
Riau, (2) menduga pengaruh ekosistem mangrove terhadap ikan terubuk, (3)
menganalisa karakteristik sosial, tingkat pengetahuan dan persepsi nelayan terubuk,
dan (4) menganalisa prioritas strategi dan elemen kunci/utama yang berpengaruh
dalam pengelolaan sumberdaya ikan terubuk di perairan Provinsi Riau.
Kebaruan dari disertasi (1)metode, terdiri dari a)pengembangan konsep
pengelolaan perikanan terubuk terpadu yang mengintegrasikan aspek ekologi,
sosial dan kebijakan serta melibatkan peran serta aktor pada setiap level dan pada
ketiga kabupaten terkait, b)penentuan sub elemen aktivitas pada analisis
Interpretive Structural Modeling (ISM) dari hasil analisis SWOT, (2)output, terdiri
dari a)ditemukannya pengaruh ekosistem mangrove terhadap sumberdaya ikan
terubuk, b) memberikan rekomendasi revisi Kepmen KP No 59 Tahun 2011 terkait
kawasan suaka perikanan terubuk, periode larangan penangkapan ikan terubuk, dan
selektivitas alat tangkap yang boleh dan tidak diperbolehkan digunakan nelayan
selama musim larangan penangkapan ikan terubuk.
Rangkaian penelitian dilaksanakan dari Bulan Agustus 2019 sampai dengan
September 2021 dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Metode analisis yang
digunakan untuk menjawab tujuan (1) mengetahui gambaran umum perikanan
terubuk di Provinsi Riau dengan metode deskriptif, penilaian stok populasi ikan
terubuk melalui pendekatan laju eksploitasi dengan length based method, (2)
mengetahui kondisi ekosistem mangrove di sekitar habitat ruaya pemijahan ikan
terubuk dilakukan dengan analisis vegetasi dan menduga pengaruh ekosistem
mangrove terhadap ikan terubuk dilakukan dengan uji statistik regresi linear, (3)
mengetahui karakteristik sosial nelayan terubuk, tingkat pengetahuan dan persepsi
nelayan dilakukan dengan metode deskriptif, mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan dan persepsi nelayan dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman,
dan (4) untuk menentukan strategi pengelolaan dan prioritasnya serta elemen kunci
dalam pengelolaan dilakukan dengan kombinasi metode SWOT-ISM.
Hasil penelitian tujuan (1) menunjukkan bahwa sampai saat ini populasi ikan
terubuk masih dalam kondisi tangkap lebih (overfishing), (2) menunjukkan bahwa
kualitas ekosistem mangrove berpengaruh signifikan terhadap kualitas perairan
yaitu parameter salinitas, yang merupakan parameter penting dalam proses ruaya
pemijahan ikan terubuk dan menunjukkan bahwa ekosistem mangrove merupakan
feeding ground bagi ikan terubuk, (3) tingkat pengetahuan berpengaruh signifikan
terhadap persepsi nelayan dalam pengelolaan terubuk, namun hubungannya “sangat
lemah”, hal ini disebabkan karena pada dasarnya pengetahuan dan persepsi nelayan
terhadap keberadaan dan pengelolaan terubuk tergolong baik, perilaku pengabaian
terhadap regulasi terjadi karena desakan kebutuhan hidup nelayan, dan (4)
mengungkapkan bahwa aktor utama dalam pengelolaan ikan terubuk adalah Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau, kendala utama dalam pengelolaan adalah
tekanan kebutuhan hidup nelayan, sedangkan prioritas strategi yang harus
dilakukan adalah pemenuhan kebutuhan hidup nelayan selama berlakunya musim
larangan dan revisi Kepmen KP Nomor 59 Tahun 2011 terutama terkait dengan
kawasan suaka perikanan terubuk, penetapan bulan larangan penangkapan serta
selektivitas alat tangkap yang boleh dan tidak diperbolehkan digunakan nelayan
selama musim larangan.
Kehadiran Kepmen KP Nomor 59 Tahun 2011 dirasa sudah cukup
mengakomodir kebutuhan keberlanjutan sumberdaya ikan terubuk. Kebijakan
pengelolaan yang dirumuskan terfokus kepada pemenuhan kebutuhan hidup
masyarakat nelayan selama berlakunya musim larangan penangkapan ikan terubuk
yaitu 4 hari di musim bulan terang dan 4 hari di musim bulan gelap. Pemenuhan
kebutuhan hidup nelayan selama masa rehabilitasi sumberdaya ikan terubuk
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan nelayan terhadap regulasi dan
meningkatkan peluang keberhasilan pengelolaan.