Aplikasi Pupuk Kandang pada Pola Tanam Tumpangsari Kacang Tunggak dan Jagung Manis pada Lahan Pasca Tambang
Abstract
Penambangan batuan andesit pada suatu lahan menyebabkan kondisi
hilangnya profil lapisan tanah, pencemaran logam berat, pH rendah, defisit unsur
hara makro dan mikro, serta penurunan populasi mikroba tanah. Oleh karena itu,
dilakukan upaya pengembalian fungsi lahan melalui revegetasi dengan tujuan
memperbaiki kondisi lingkungan melalui penanaman tanaman yang dapat memberi
manfaat berkelanjutan secara ekologis, ekonomis, dan sosial. Pemilihan pola tanam
yang efisien seperti tumpangsari kacang tunggak dengan jagung manisdiharapkan
dapat menjadi upaya mencapai tujuan tersebut. Selain itu, penambahan bahan
organik berupa pupuk kandang juga perlu dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik
tanah dan meningkatkan kesuburan tanah lahan pasca tambang.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi dosis pupuk kandang dan
pola tanam yang optimal untuk produksi tanaman kacang tunggak dan jagung manis
secara tumpangsari pada lahan pasca tambang. Penelitian dilaksanakan di lahan
pasca tambang PT. Diaz Pratama Utama, Bojonegara, Kabupaten Serang, Provinsi
Banten pada ketinggian 15 m dpl pada bulan Maret 2020 sampai dengan bulan Juni
2020. Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dua
faktor dengan empat ulangan. Faktor pertama terdiri dari dua pola tanam
tumpangsari jagung manis dan kacang tunggak, yaitu satu baris tanaman sela (T1),
dan dua baris tanaman sela (T2). Faktor kedua terdiri dari empat taraf dosis pupuk
kandang, yaitu tanpa pupuk kandang (P0), pupuk kandang dosis aplikasi 5 ton per
(P1), 10 ton per (P2), dan 15 ton per (P3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk kambing 10
ton per memberikan pengaruh terbaik pada karakter tinggi tanaman, diameter
batang, bobot tongkol berkelobot, produktivitas jagung manis pada sistem tumpang
sari. Perlakuan dua baris tanaman kacang tunggak sebagai tanaman sela
memberikan pengaruh yang lebih dibandingkan perlakuan satu baris tanaman sela
pada karakter tinggi tanaman, luas daun, bobot kering tanaman, serapan P dan K
daun, bobot tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, dan produktivitas jagung
manis. Interaksi perlakuan antara dosis pupuk kandang dan dua baris tanaman sela
meruppakan perlakuan terbaik dengan menghasilkan bobot kering total dan
produktivitas tanaman tertinggi.
Tanaman kacang tunggak lebih dominan dibandingkan jagung berdasarkan
nilai agressivitas dan Competitive ratio. Budidaya tumpang sari memberikan
keuntungan dibandingkan budidaya secara menokultur dengan nilai Actual Yield
loss yang bernilai positif dan Nisbah kesetaraan lahan >1. Hasil analisis usaha tani
menunjukkan bahwa budidaya tumpang sari memberikan keuntungan pada lahan
bekas tambang rasio R/C > 1. Quarrying of andesite rocks on a land causes loss of soil profile, heavy metal
pollution, low pH, deficit of macro and micro nutrients, and decreased soil
microbial population. Therefore, efforts are made to restore land functions through
revegetation with the aim of improving environmental conditions through planting
plants that can provide ecological, economic, and social sustainable benefits.
Selection of efficient cropping patterns such as cowpea intercropping with sweet
corn is expected to be an effort to achieve this goal. In addition, the addition of
organic matter in the form of manure also needs to be done to improve the physical
properties of the soil and increase the fertility of the post-mining land.
The purpose of this study was to obtain information on the optimal dose of
manure and cropping patterns for the production of cowpea and sweet corn in
intercropping on post-mining land. The research was carried out in the post-mining
area of PT. Diaz Pratama Utama, Bojonegara, Serang Regency, Banten Province at
an altitude of 15 m asl from March 2020 to June 2020. The experiment used a two-
factor randomized complete block design (RKLT) with four replications. The first
factor consisted of two intercropping patterns of sweet corn and cowpea, namely
one row of intercropping (T1), and two rows of intercropping (T2). The second
factor consisted of four levels of manure dosage, namely without manure (P0),
application dose of 5 ton per (P1), 10 tons per (P2), and 15 tons per (P3).
The results showed that the dose of goat fertilizer 10 tons per gave the best
effect on the character of plant height, stem diameter, cob weight, sweet corn
productivity in the intercropping system. The treatment of two rows of cowpea as
intercrops gave more influence than the treatment of one row of intercrops on the
characters of plant height, leaf area, plant dry weight, P and K uptake of leaves, cob
weight, cob length, cob diameter, and sweet corn productivity. The treatment
interaction between the dose of manure and the two rows of intercropping was the
best treatment by producing the highest total dry weight and plant productivity.
Cowpea is more dominant than corn based on aggressiveness and Cometitive
ratio values. Intercropping provides an advantage over menoculture cultivation with
a positive Actual Yield loss value and a land equivalence ratio of >1. The results of
the farm business analysis show that intercropping provides benefits on ex-mining
land with an R/C ratio > 1.
Collections
- MT - Agriculture [3683]