Analisis Penggunaan Grup Whatsapp KP2C dalam Mitigasi Banjir: Perspektif Sosiologi Digital
Date
2022-08-12Author
Sarvianto, Dwiki Faiz
Hapsari, Dwi Retno
Kolopaking, Lala M.
Metadata
Show full item recordAbstract
Dinamika kependudukan seperti penambahan, distribusi, dan komposisi penduduk memengaruhi kelestarian lingkungan karena ada kegiatan pemenuhan kebutuhan dari manusia yang tak terhindarkan (Hunter 2000; Rusli 2012). Apabila tidak diperhatikan, maka dampak negatif dapat merugikan masyarakat sekitar, salah satunya menyebabkan bencana alam seperti banjir. Hingga saat ini banjir masih sering terjadi di Desa Bojong Kulur dan Kelurahan Jatirasa. Hal ini memberikan dampak negatif bagi masyarakat sekitar, antara lain kehilangan barang penting dan berharga, kerugian materi, hingga ancaman korban jiwa. Kedua wilayah yang menjadi pertemuan Sungai Cileungsi dan Cikeas itu menjadikan masyarakat sekitar harus menyiasati kondisi tersebut agar dapat meminimalisir dampak negatif. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko sebagai mitigasi banjir hadir melalui Komunitas Peduli Sungai Cileungsi dan Cikeas (KP2C) sejak tahun 2016. Berdasarkan kesamaan tempat tinggal dan kepentingan, KP2C melakukan mitigasi non-struktural melalui sistem peringatan dini dengan aksi antisipasi risiko besar adanya banjir melalui grup Whatsapp.
Berbagai upaya mitigasi telah dilakukan, namun banjir tetap terjadi. Hal ini tentu akan memberikan risiko yang tinggi bagi masyarakat. Misalnya, saat bulan Januari dan Mei 2020 lalu, anggota komunitas masih ada yang belum berhasil menyelamatkan barang-barang penting dan keluarganya saat banjir terjadi. Padahal, selain memberikan informasi mengenai kebencanaan, tujuan KP2C sendiri memiliki fokus untuk membantu anggota komunitas agar sempat menyelamatkan barang-barang pribadi dan keluarganya kala banjir terjadi.
Perbedaan antara tujuan KP2C dengan fakta kerugian yang masih menyertai anggota komunitas sangat perlu diperhatikan mengingat besarnya risiko yang diterima setiap individu. Sistem peringatan dini yang hadir hingga ke grup Whatsapp anggota komunitas memberikan pertanyaan tersendiri karena masih ada anggota komunitas yang belum dapat menyelamatkan barang penting dan keluarganya. Belum tercapainya tujuan secara penuh tersebut penting untuk ditindaklanjuti melalui efektivitas mengingat variabel di dalamnya dapat memuat pencapaian hasil yang telah dilakukan oleh KP2C. Hadirnya efektivitas diharapkan mampu menggambarkan secara mendalam kelebihan ataupun kekurangan sistem peringatan dini yang ada sebagai upaya mengurangi risiko banjir secara sosiologi, mengingat terdapat pola interaksi antarindividu di KP2C.
Penelitian terkait efektivitas sistem peringatan dini seperti yang dilakukan KP2C tentu tak dapat langsung dilakukan. Di dalamnya, terdapat variabel-variabel lain yang mungkin berhubungan dengan hadirnya pencapaian hasil tindakan KP2C. Terkait penggunaan grup Whatsapp antaranggota KP2C saja, kemampuan akses, keterampilan, dan kebermanfaatan atas penggunaan setiap individu akan dapat hadir untuk dianalisis melalui digital divide (Keoduangsine dan Goodwin 2012; Lupton 2015; Lutz 2019; Pramitha et al. 2020).
Efektivitas penggunaan grup Whatsapp KP2C tak dapat diukur melalui akses dan keterampilan anggotanya saja. Menurut penelitian dari Van Dijk (2006) dan Evans (2013), media sosial seperti Whatsapp dapat menghadirkan pola interaksi dan jaringan karena adanya derajat intensitas interaksi antarindividu di dalam komunitas. Pola interaksi dan jaringan yang hadir dalam KP2C sendiri memungkinkan tujuan komunitas dapat tercapai sesuai dengan unsur efektivitas sistem peringatan dini yakni timbulnya pengetahuan risiko, pemantauan dan layanan peringatan, serta penyebarluasan dan komunikasi menurut BNPB (2018). Oleh sebab itu, dari pola interaksi dan jaringan, penelitian ini mengikutsertakan bentuk struktur komunitas sebagai pola interaksi dan tingkatan modal sosial yang memang keduanya dapat berperan dalam pencapaian tujuan KP2C secara optimal (Afrian 2018; Fathy 2019; Sa’ida dan Ma’ady 2019; Fahriyani et al. 2020). Hal tersebut juga termasuk peranan multipihak yang membantu KP2C lantaran terdapat kerja sama di dalamnya sebagai komunitas yang tidak dapat berdiri sendiri.
Berdasarkan ulasan latar belakang, tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) menganalisis kondisi digital divide sebagai keberagaman kemampuan akses, keterampilan, dan kebermanfaatan penggunaan perangkat digital dan media sosial; (2) mendeskripsikan pengelolaan perangkat digital pada tingkat komunitas hingga memiliki peran kepada individu sebagai anggota komunitas dalam mitigasi banjir; (3) menganalisis bentuk struktur sosial pada pola interaksi antarindividu KP2C dan hubungannya dengan digital divide; (4) mendeskripsikan peranan multipihak dalam menopang sistem peringatan dini banjir yang dibentuk KP2C; (5) menganalisis tingkat modal sosial sebagaimana jaringan, norma, dan kepercayaan yang ada dalam individu KP2C serta hubungannya dengan digital divide dan bentuk struktur sosial; (6) menganalisis tingkat efektivitas sistem peringatan dini KP2C serta hubungannya dengan variabel lain.
Penelitian ini menggunakan paradigma postpositivism yang di dalamnya memuat pendekatan mixed methods dengan desain concurrent embedded strategy (Creswell 2009). Wawancara terstruktur menggunakan kuesioner untuk metode survei dan wawancara mendalam dengan panduan pertanyaan terkait studi kasus KP2C merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini. Penulis berfokus pada unit analisis individu, baik pengurus ataupun anggota KP2C yang juga sebagai perwakilan keluarga untuk subjek penelitian. Responden dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik purposive sampling yang berjumlah 40 individu di RW 24 Desa Bojong Kulur dan RW 8 Kelurahan Jatirasa sebagai wilayah paling terdampak banjir menurut keterangan informan dan bersedia diwawancarai. Adapun untuk definisi atas turunan konsep yang ada (variabel), semua tertuang pada bagian definisi operasional dalam tesis ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap indikator mayoritas berada di kategori sedang dan memiliki keterhubungan signifikan antarvariabelnya. Akses, kemampuan mengonfirmasi dan penyebaran informasi, kebermanfaatan, jaringan, serta respon saat banjir menjadi faktor terwujudnya efektivitas sistem peringatan dini. Seluruh pihak dan perangkat digital yang terlibat dalam sistem peringatan dini pun dinilai individu sudah cukup baik. Namun, antarindividu masih mengharapkan untuk adanya perbaikan ke depan seperti data dan bantuan materi serta non-materi demi efektivitas sistem peringatan dini yang berwujud kemampuan responsif saat banjir.
Collections
- MT - Human Ecology [2190]