Potensi Pentalonia nigronervosa Coq. dan Pentalonia caladii van der Goot sebagai Vektor Banana bunchy top virus pada Tanaman Pisang
Date
2022-08-09Author
Pertiwi, Tiara Kusuma
Hidayat, Sri Hendrastuti
Winasa, I Wayan
Metadata
Show full item recordAbstract
Banana bunchy top disease (BBTD) merupakan penyakit penting pada
tanaman pisang di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Penyakit tersebut
berkontribusi menurunkan hasil panen sebesar 100% karena tanaman yang
terinfeksi tidak mampu menghasilkan tandan pisang. Penyebab penyakit kerdil
pisang adalah Banana bunchy top virus (BBTV) dan dapat ditularkan melalui
serangga vektor, Pentalonia nigronervosa Coq. (Hemiptera: Aphididae) secara
persisten sirkulatif non-propagatif. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa ada
spesies lain dari Pentalonia yang juga berasosiasi dengan tanaman pisang, yaitu P.
caladii. Namun potensi P. caladii sebagai vektor BBTV belum dilaporkan secara
jelas. Penelitian bertujuan untuk mengonfirmasi kemampuan P. nigronervosa
sebagai vektor BBTV yang paling efektif dan potensi P. caladii sebagai vektor
baru dari BBTV.
Tahapan penelitian mencakup pengujian terhadap kemampuan Pentalonia
dalam mengakuisisi BBTV melalui pendeteksian molekuler dengan metode
polymerase chain reaction (PCR) menggunakan primer spesifik BBTV setelah
diberi periode makan akuisisi (PMA) selama 24 jam pada sumber inokulum virus;
pengujian terhadap kemampuan Pentalonia dalam menularkan BBTV melalui
pemberian PMA selama 24 jam pada tanaman inokulum BBTV dan periode
makan inokulasi (PMI) selama 48 jam pada tanaman sehat dengan menggunakan
20 ekor kutudaun pada tiap tanaman uji; dan mengetahui periode retensi dari
BBTV pada dua spesies Pentalonia melalui metode penularan berseri. Penelitian
dilaksanakan mulai bulan Januari hingga bulan November 2021 di Rumah Kasa
Kebun Percobaan Cikabayan-IPB, dan Laboratorium Virologi Tumbuhan,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB.
Hasil dari pengujian akuisisi menunjukkan bahwa P. nigronervosa
memiliki kemampuan akuisisi yang tinggi. Pita DNA spesifik BBTV berukuran
240 pb berhasil diamplifikasi dari semua sampel kutudaun P. nigronervosa, mulai
sampel kutudaun tunggal sampai komposit (5, 10, 15, dan 20 ekor kutudaun).
Amplifikasi pita DNA spesifik BBTV juga berhasil diperoleh pada sampel
kutudaun P. caladii komposit (5 sampai 20 ekor), tetapi tidak berhasil
diamplifikasi dari sampel kutudaun tunggal. Namun dengan demikian, P. caladii
dapat dinykatakan memiliki kemampuan mengakuisisi virus.
Inokulasi virus melalui P. nigronervosa dalam uji penularan menghasilkan
insidensi penyakit (IP) sebesar 70% dengan keparahan penyakit (KP) sebesar
58,3%; sedangkan inokulasi melalui P. caladii hanya menghasilkan IP 25%
dengan KP 25%. Lebih lanjut, deteksi dengan PCR mengonfirmasi bahwa
keberadaan BBTV pada beberapa tanaman yang tidak menunjukkan gejala visual
pada sampel tanaman yang diinokulasi P. nigronervosa mencapai IP 90%. Dua
spesies kutudaun, P. nigronervosa dan P. caladii telah terbukti dapat
mengakuisisi dan menularkan BBTV walaupun dengan efisiensi yang berbeda.
Lebih lanjut hasil pengujian retensi BBTV dalam tubuh kutudaun menunjukkan
perbedaan periode 2 spesies kutudaun tersebut mempertahankan BBTV. Kutudaun
pisang, P. nigronervosa mampu menularkan BBTV sampai dengan hari ke-4 (96
jam) dengan IP berkisar 60 - 100%; sedangkan kutudaun talas, P. caladii hanya
mampu menularkan BBTV pada hari ke-1 (24 jam) dengan IP 60% dan tidak ada
penularan (0%) pada hari berikutnya.
Keseluruhan pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian ini
memberikan informasi bahwa P. caladii memiliki kemampuan dalam menularkan
BBTV walaupun dengan keefektifan yang lebih rendah apabila dibandingkan oleh
P. nigronervosa yang sudah banyak dilaporkan sebagai vektor BBTV. Penyebaran
P. caladii pada sentra penanaman pisang dan kisaran tanaman inangnya perlu
dipelajari untuk mengetahui potensinya menyebarkan BBTV. Lebih lanjut, hal ini
akan berpengaruh terhadap strategi pengendalian BBTD.
Collections
- MT - Agriculture [3682]