Potensi Kemitraan Kehutanan untuk Kelestarian Hutan dan Kesejahteraan Masyarakat: Kasus di KHDTK Samboja, Kalimantan Timur
Date
2022-08-05Author
Rinaldi, Syamsu Eka
Purnamadewi, Yeti Lis
Sundawati, Leti
Metadata
Show full item recordAbstract
Pemerintah Indonesia telah menetapkan lima program perhutanan sosial untuk penengelolaan 12,7 juta hektar lahan hutan negara oleh masyarakat, salah satunya adalah skema Kemitraan Kehutanan. Dalam kawasan hutan konservasi hanya kegiatan kemitraan kehutanan yang dapat dilakukan. Salah satu kawasan konservasi adalah Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK). KHDTK merupakan kawasan hutan yang secara khusus digunakan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan kehutanan, pendidikan dan pelatihan kehutanan, serta religi budaya. KHDTK Samboja merupakan hutan hujan tropis dataran rendah yang ada di Kalimantan Timur, yang memiliki fungsi sebagai hutan penelitian, pengembangan, pendidikan dan fungsi ekologis. Posisi KHDTK Samboja yang bersinggungan langsung dengan masyarakat membuat kawasan tersebut rentan terhadap konflik tenurial. Salah satu cara untuk mengurangi konflik tersebut adalah dengan membuka kegiatan yang bisa bersinergi dengan masyarakat. Saat ini, tingkat partisipasi masyarakat di sekitar KHDTK Samboja pengelolaan hutan masih rendah. Penyebab rendahnya tingkat partisipasi masyarakat tersebut perlu diidentifikasi, sehingga dapat disusun strategi yang tepat dalam pengelolaan KHDTK Samboja
Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) memetakan dan menilai potensi KHDTK Samboja untuk kemitraan kehutanan, (2) menganalisis potensi lahan untuk kemitraan kehutanan di KHDTK Samboja, (3) memetakan potensi masyarakat sekitar KHDTK Samboja dari segi sosial, ekonomi, dan keinginan partisipasi masyarakat di KHDTK Samboja, (4) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat untuk kemitraan kehutanan di KHDTK Samboja, (5) merumuskan model pengelolaan di KHDTK Samboja. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Sungai Merdeka, Kecamatan Samboja, dengan menggunakan metode survei dan analisis menggunakan analisis vegetasi, analisis tutupan lahan, analisis Power, Interest, dan Legitimacy (PIL), analisi regresi logistik dan analisis Strength-Weakness-Opportunity-Threats (SWOT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetasi di KHDTK Samboja merupakan salah satu gambaran kondisi hutan Dipterocarpaceae dataran rendah dengan komposisi jenis yang bervariasi dan cenderung memiliki jumlah jenis yang besar. Tidak ada jenis vegetasi yang mendominasi secara nyata di jalur pengamatan. Dari nilai indeks similaritas dapat terlihat bahwa secara keseluruhan tidak ada jalur yang sangat mirip komposisi vegetasinya dengan jalur lainnya walaupun dalam lanskap yang sama.
Berdasarkan analisis citra SPOT 6/7 tahun 2017 menunjukkan bahwa kawasan KHDTK Samboja masih didominasi oleh areal berhutan. Rencana penataan blok KHDTK Samboja terdiri dari blok penelitian, blok kelola sosial (blok khusus) dan blok rehabilitasi. Blok kelola sosial merupakan blok kawasan terbuka baik berupa permukiman, ladang, dan kebun masyarakat yang dikhususkan untuk kegiatan kemitraan dengan masyarakat sekitar KHDTK Samboja.
Berdasarkan wawancara kepada 60 responden di 2 komunitas menunjukkan bahwa karakteristik sosial ekonomi masyarakat di loaksi penelitian adalah sebagai berikut: sebagian besar responden berusia 26-58 tahun, tingkat pendidikan responden yang mendominasi adalah lulusan SD, pendapatan responden yang berasal dari hasil lahan ditanami produk pertanian, misalkan merica, padi, sayuran dan tanaman buah, dengan omzet hasil pertanian paling rendah 8 juta rupiah dan paling besar 28 juta rupiah, lama tinggal responden di kawasan KHDTK Samboja berkisar dari 3 tahun sampai dengan 73 tahun dengan luas kepemilikan tanah terbesar adalah 6 ha, dan terendah 1 ha.
Tingkat kesediaan responden berpartisipasi dalam kemitraan kehutanan di KHDTK Samboja pada taraf nyata 5% pengaruhi oleh 5 variabel yang signifikan, yaitu jumlah anggota keluarga, pendapatan, nilai investasi, persepsi luas pengusahaan, dan preferensi pasar. Di antara kelima variabel tersebut terdapat 2 variabel yang bernilai negatif yang menunjukkan bahwa hubungan peubah tersebut berbanding terbalik dengan keikutsertaan responden dalam kemitraan kehutanan, yaitu persepsi luas pengusahaan dan preferensi pasar.
Berdasarkan analisis SWOT, strategi terpilih dalam pembangunan pengelolaan KHDTK Samboja adalah strategi SO (Strength-Opportunity). Strategi SO yang dapat dilakukan adalah: 1) memanfaatkan potensi sumber daya alam hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan di KHDTK Samboja, 2) meningkatkan kolaborasi pengelolaan bersama masyarakat didukung pihak terkait, 3) membangun kelompok tani hutan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan KHDTK Samboja, 4) pengembangan KHDTK Samboja yang didukung teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.