Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam berusahatani tebu (Studi kasus : Petani Tebu di Wilayah Kerja Pg Trangkil, Kabupaten Pati)
Abstract
Sejarah pengusahaan tanaman tebu dilaksanakan oleh pabrik gula dengan cara menyewa lahan milik petani untuk ditanami tebu. Seiring berjalannya waktu kebijakan mengenai tebu berubah-ubah. Tetapi pada umumnya kebijakan yang dimaksud bertujuan untuk mensejahterakan petani tebu sekaligus memenuhi konsumsi gula dalam negeri. Pengembangan luas areal tanaman tebu masih perlu ditingkatkan lagi untuk meningkatkan produksi gula, menyusul tingginya permintaan gula dalam negeri. Mengatasi kondisi tersebut, memberi motivasi kepada para petani tebu agar terus berusaha meningkatkan produktivitas tanaman tebu sangat diperlukan mengingat adanya peluang bertambahnya luas lahan tebu. Upaya yang dilakukan tidak cukup hanya dari usaha-usaha pokok atau teknis saja. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu kebijakan menyangkut kelembagaan petani, karena kelembagaan yang memerlukan tindakan bersama atau kesadaran bersama suatu masyarakat justru mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada dorongan atau motivasi perorangan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui tingkat motivasi yang dimiliki petani dalam berusahatani tebu, (2) mengetahui faktor-faktor kelembagaan yang mempengaruhi motivasi petani dalam berusahatani tebu, (3) menganalisis upaya-upaya kelembagaan guna mendukung motivasi petani berusahatani tebu. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pati dengan responden petani tebu wilayah kerja Pabrik Gula (PG) Trangkil. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Metode pengambilan sampel dengan cara simple random sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan kuantitatif. Lembaga yang diduga berpengaruh terhadap motivasi petani berusahatani tebu yaitu lembaga pelayanan, lembaga penunjang, lembaga penyuluhan, lembaga pengolahan dan bagi hasil, serta lembaga penelitian dan pengembangan. Penelitian ini menggunakan Factor Analysis yang dilanjutkan dengan Analisis Jalur. Metode ini dianalisis dengan bantuan program SPSS versi 13. Berdasarkan hasil wawancara responden bahwa petani tebu termotivasi untuk berusahatani tebu (41,71%). Analisis deskriptif mengenai sebaran persepsi responden terhadap faktor kelembagaan adalah cukup memuaskan. Kondisi tersebut berbeda dengan lembaga penelitian dan pengembangan persepsi responden menjelaskan bahwa lembaga tersebut tidak memuaskan yaitu sebesar 32 persen. Hasil dari pengujian Analisis faktor menghasilkan bahwa variabel yang mempengaruhi motivasi berusahatani tebu adalah variabel lembaga pelayanan, lembaga penunjang, lembaga penyuluhan, lembaga pengolahan dan bagi hasil. Variabel yang mempunyai nilai communality yang paling besar adalah lembaga pelayanan dengan nilai communality 0,960. Hal ini berarti lembaga pelayanan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap faktor yang terbentuk, yaitu Lembaga yang bersifat memfasilitasi usahatani tebu (96%). Hasil analisis jalur didapat bahwa variabel yang paling besar berpengaruh terhadap motivasi berusahatani tebu adalah lembaga pengolahan dan bagi hasil. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar 4,069 > t tabel sebesar 2,000 yang berarti ada hubungan linier antara lembaga pelayanan dan motivasi berusahatani tebu. Besarnya pengaruh lembaga pengolahan dan bagi hasil terhadap motivasi tersebut sebesar 0,701 atau 70,1 %. Variabel kedua yang berpengaruh terhadap motivasi petani adalah lembaga pelayanan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar 2,938 > t tabel sebesar 2,000 yang berarti ada hubungan linier antara lembaga pelayanan dan motivasi berusahatani tebu. Besarnya pengaruh pelayanan terhadap motivasi tersebut sebesar 0,664 atau 66,4%. Lembaga penunjang (–10,7%) dan penyuluhan (35,1%) kurang berpengaruh dan tidak signifikan. Rekomendasi alternatif yang perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi berusahatani tebu untuk mendukung peningkatan produktifitas yaitu : Pabrik gula selaku penjamin kredit sebaiknya bekerjasama dengan pihak pendanaan baik itu bank atau dana pemerintah, memberikan layanan bantuan tenaga tebang, dan penentuan rendemen tebu sebaiknya dilakukan secara transparan kepada petani. Upaya yang dilakukan yaitu melalui badan independen pengawasan transparansi perhitungan rendemen yang terdiri dari perwakilan petani, pabrik gula dan APTR. Hal yang harus dilakukan lembaga pelayanan yaitu dana talangan yang diberikan kepada petani sebaiknya dilakukan secara bergilir bukan berdasarkan criteria, sebaiknya koperasi membuat penambahan gudang untuk penyimpanan pupuk terutama pupuk ZA, dan melakukan kerjasama dengan pihak pendanaan terkait pengadaan sarana jasa traktor yang masih kurang. Penyuluhan dan pembinaan sebaiknya dilakukan dengan cara terarah pada kelompok kecil sehingga informasi lebih bisa disampaikan dengan baik. Untuk memperbaiki mutu sumber bibit, lembaga ini didorong untuk menyelenggarakan pembenihan sendiri.
Collections
- UT - Agribusiness [4624]