Aplikasi Metode Morphological Image Processing dan HSV Color untuk Evaluasi Viabilitas pada Uji Tetrazolium Benih Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
Abstract
Uji tetrazolium merupakan metode pengujian viabilitas dan vigor benih
secara cepat. Penelitian ini bertujuan melakukan validasi alat untuk evaluasi
pengujian tetrazolium benih kacang tanah dengan morphological image processing
dan HSV color untuk menentukan intensitas warna secara kuantitatif. Hasil
pembacaan alat dikorelasikan dengan pengamatan mikroskop dan uji viabilitas
secara fisiologis. Rancangan percobaan penelitian adalah rancangan kelompok
lengkap teracak dengan satu faktor perlakuan yang terdiri atas enam taraf viabilitas
benih, dan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat tidak mampu
membaca benih abnormal. Hasil pembacaan hanya mengidentifikasikan benih
normal dan mati. Tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, dan potensi tumbuh
maksimum dapat digunakan untuk membedakan tingkat viabilitas. Hasil uji
korelasi antara pembacaan alat dan hasil uji tetrazolium mempunyai korelasi sedang
dengan koefisien korelasi 0,452. Alat pendeteksi viabilitas benih perlu
disempurnakan supaya dapat menghasilkan data yang lebih akurat. The tetrazolium test is a rapid method for testing seed viability and vigor. To
quantify color intensity, this work attempts to validate an instrument for analyzing
tetrazolium testing using morphological image processing and HSV color.
Microscopic observations and physiological viability tests were correlated with the
tool readings' results. A completely randomized block design with one treatment
factor consisting of six levels of seed viability served as the study's experimental
framework. The results demonstrated that the instrument could not read abnormal
seeds. Only normal and dead seeds were identified by the readings. Germination
percentage, vigour index, and maximum potential growth can be used for
differentiating levels of viability. The instrument readings and tetrazolium test
results have a moderate correlation with a correlation coefficient of 0.452. The
instrument needs to be improved to produce accurate data.