Risiko Produksi dan Perilaku Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes
Abstract
Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Salah satu subsektor yang berperan penting dalam menyumbang PDB pertanian adalah subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura terdiri dari tanaman sayuran, buah-buahan, dan obat-obatan. Bawang merah merupakan tanaman sayuran yang cukup strategis. Hal ini terkait dengan fungsi bawang merah sebagai bumbu utama pada hampir seluruh makanan di Indonesia. Akan tetapi, di satu sisi meskipun permintaan bawang merah cenderung meningkat, tetapi tingkat produksi bawang merah di Indonesia cenderung menurun. Kabupaten Brebes merupakan salah satu daerah sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia. Seperti halnya tingkat produktivitas bawang merah nasional, tingkat produktivitas bawang merah di Kabupaten Brebes juga cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Berbagai permasalahan pada aspek produksi dapat memberikan gambaran terhadap kemungkinan adanya faktor risiko produksi bawang merah. Sebagaimana teori penawaran, tingkat penawaran suatu komoditas akan dipengaruhi oleh jumlah komoditas yang diproduksi. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana tingkat risiko produksi dan perilaku penawaran bawang merah. Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis tingkat risiko produksi bawang merah di Kabupaten Brebes, 2) Menganalisis perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes, dan 3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Penelitian dilaksanakan di delapan desa dari empat kecamatan di Kabupaten Brebes, yaitu Kecamatan Brebes, Kecamatan Wanasari, Kecamatan Bulakamba, dan Kecamatan Larangan. Waktu penelitian dilaksanakan selama bulan April hingga Mei 2009. Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Jumlah responden yang diteliti sebesar 45 responden dengan metode pengambilan responden secara proportional purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis risiko dengan perhitungan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation, serta regresi linier berganda untuk menganalisis perilaku penawaran. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai expected value dari produktivitas bawang merah adalah sebesar 101,41 kwintal per hektar. Nilai ini menggambarkan bahwa tingkat produktivitas rata-rata yang diharapkan oleh petani bawang merah di Kabupaten Brebes adalah sebesar 101,41 kwintal per hektar (cateris paribus). Sementara nilai standard deviation dari produktivitas bawang merah adalah sebesar 21,97 kwintal per hektar dengan nilai coefficient variation sebesar 0,203. Nilai ini berarti bahwa risiko produksi yang dihadapi petani bawang merah di Kabupaten Brebes adalah sebesar 21,97 kwintal per hektar atau sebesar 20,3 persen dari nilai produktivitas yang diperoleh petani (cateris paribu). Jika dibandingkan dengan tingkat risiko produksi pada komoditas brokoli, tomat, dan cabai keriting, tingkat risiko produksi bawang merah ini relatif lebih tinggi (Tarigan, 2009). Dilihat dari sisi penerimaan usahatani, diperoleh nilai expected return sebesar Rp. 25.949.621,9 per hektar. Sementara risiko yang diterima oleh petani bawang merah di Kabupaten Brebes adalah sebesar 60,09 persen dari nilai return yang diperoleh petani dengan standar deviasi rata-rata sebesar Rp. 11.768.995 per hektar. Dari nilai tersebut, maka jika dibandingkan dengan penghitungan risiko dari sisi produktivitas, nilai risiko yang dihitung dari sisi penerimaan atau return ternyata jauh lebih tinggi.. Perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes dalam penelitian ini dirumuskan ke dalam sebuah model regresi linier berganda sebagai berikut : Y = -19,75 + 0,000259X1 – 8,5EX2 + 3,03EX3 – 4,2EX4 - 0,1564 X5 + 0,000064X6 – 0,00389X7 - 0,0005X8 + 01,86X9 + 0,568EX10 - 0,00689X11 + e Nilai R-sq dari model yang diperoleh adalah sebesar 0,91. Artinya bahwa sumbangan variabel independen (X) secara bersama-sama terhadap variasi variabel dependen (Y) adalah sebesar 91 persen. Dengan kata lain, sebesar 91 persen dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh model. Selebihnya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Berdasarkan hasil regresi linier berganda diketahui bahwa terdapat dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes yaitu variabel biaya obat-obatan dan variabel nilai ekspektasi produksi. Baik variabel biaya obat-obatan bawang merah maupun variabel nilai ekspektasi produksi, keduanya memiliki koefisien yang bernilai positif. Sementara variabel harga, variabel variasi harga, variabel harga bibit, variabel variasi harga bibit, variabel harga pupuk yang terdiri dari Urea, TSP, NPK, dan KCl, serta variabel variasi produksi tidak berpengaruh siginifikan pada taraf nyata lima persen.
Collections
- UT - Agribusiness [4610]