Pemetaan Tingkat Kerentanan Bencana Tsunami Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Wilayah Pesisir Selatan Kabupaten Garut, Jawa Barat
Date
2022Author
Widiasih, Nina
Siregar, Vincentius
Agus, Syamsul Bahri
Metadata
Show full item recordAbstract
Wilayah pesisir selatan Kabupaten Garut merupakan salah satu wilayah yang memiliki probabilitas terjadinya gempa bumi dan tsunami yang tinggi karena wilayahnya berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng Indo-Australia, Megathrust Selat Sunda, dan Jawa bagian selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memetakan tingkat kerentanan tsunami di wilayah pesisir selatan Kabupaten Garut, Jawa Barat. Peta kerentanan tsunami dibuat menggunakan metode tumpang susun (Overlay) dengan lima parameter, yaitu elevasi daratan, kemiringan lereng, jarak dari garis pantai, jarak dari sungai, dan penggunaan lahan. Penelitian yang mencakup wilayah 7 kecamatan ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap pengolahan data dan tahap survei lapang yang dilakukan pada tanggal 10 – 13 Januari 2022. Klasifikasi tingkat kerentanan tsunami dibagi menjadi lima kelas yaitu sangat rendah dengan luas wilayah sebesar 45.675,62 ha (14,89%), rendah dengan luas wilayah sebesar 206.241,16 ha (67,23%), menengah dengan luas wilayah sebesar 46.546,85 ha (15,17%), tinggi dengan memiliki luas wilayah sebesar 6.790,14 ha (2,21%), dan sangat tinggi dengan luas wilayah sebesar 1.497,17 ha (0,49%). The southern coastal area of Garut Regency is one of the areas that has a high probability of an earthquake and tsunami because the area is directly opposite the meeting of the Indo-Australian plate, the Megathrust of the Sunda Strait, and the southern part of Java. This study aims to identify and map the level of tsunami vulnerability in the southern coastal area of Garut Regency, West Java. The tsunami vulnerability map was made using the Overlay method with five parameters, namely land elevation, slope, distance from the shoreline, distance from rivers, and land use. The research which covers 7 sub-districts is divided into two stages, namely the data processing stage and the field survey stage which was carried out on 10 – 13 January 2022. The classification of the tsunami vulnerability level is divided into five classes, namely very low with an area of 45,675.62 ha (14 .89%), low with an area of 206,241.16 ha (67.23%), medium with an area of 46,546.85 ha (15.17%), high with an area of 6,790.14 ha (2, 21%), and very high with an area of 1,497.17 ha (0.49%).