Koeksistensi Lutung Sentarum (Prebytis chrysomelas ssp. cruciger Thomas 1892) dengan Manusia di Taman Nasional Danau Sentarum
Date
2022Author
Aprillyasari, Wulan Mayang
Santoso, Nyoto
Rahman, Dede Aulia
Metadata
Show full item recordAbstract
Taman Nasional Danau Sentarum merupakan salah satu habitat lutung sentarum sebagai primata endemik Kalimantan yang hidup berkoeksistensi dengan masyarakat di sekitar habitatnya. Tujuan penelitian ini yaitu: 1) mengidentifikasi dan menganalisis pengetahuan, persepsi, dan praktik perlindungan masyarakat terhadap lutung sentarum; 2) menghitung dan menganalisis pengaruh karakteristik masyarakat serta aktivitas antropogenik terhadap keberadaan lutung; dan 3) mengidentifikasi dan menganalisis bentuk koeksistensi lutung sentarum dan manusia. Penelitian dilakukan pada Januari 2022 dengan observasi langsung dan wawancara. Hasilnya bahwa masyarakat mengetahui status perlindungan lutung sentarum melalui larangan perburuan oleh TNDS. Pengetahuan terkait perilaku umumnya melihat perilaku makan di pagi hari atau musim buah rawa pada bulan Oktober-Desember. Persepsi masyarakat tergolong cukup−sangat baik (65,5%-95%) terkait ancaman kelestarian, manfaat, dan perlindungan. Hasil uji statistik karakteristik responden dan dampak kegiatan manusia tidak memiliki hubungan baik terhadap praktik perlindungan maupun respon lutung terhadap manusia. Koeksistensi waktu terutama terjadi pada pagi hari bersamaan dengan aktivitas nelayan mencari ikan. Koeksistensi ruang tersebar pada 23 lokasi di Resort Lupak Mawang dan 10 lokasi di Resort Sepandan dan sekitarnya. Danau Sentarum National Park is one of bornean langur’s habitats in which the Borneo endemic primate lives and coexists with humans. This research was aimed to 1) identify and analyze local people’s knowledge, perception, and conservation practices of langur; 2) calculate and analyze how people’s characteristics and their activities affecting langur; then 3) identify and analyze coexistence of langur and humans. In January 2022 it was conducted by observation and interview. Results are that the knowledge regarding langur consists of its conservation encouraged by hunting probihition from national park management. Langurs were mostly spotted when they are eating in the morning or during swamp fruits season in October−December. People’s perception is in range of good enough-very good (65,5%-95%) on various topics such as threats, utilities, and conservation. People’s characteristics and anthropogenic activities are not associated statistically with neither conservation act nor langur’s responses toward humans. Coexistence chiefly happens in the morning when fishermen start looking for fish and are distributed at 10 spots in Sepandan and its vicinity along with 23 spots in Lupak Mawang.