Kajian Faktor Tempat Tumbuh Shorea leprosula Miq. pada Pola Tanam Jalur di Hutan Penelitian Gunung Dahu, Bogor
Date
2022-07-13Author
Attarik, Nuriskia
Pamoengkas, Prijanto
Rachmat, Henti Hendalastuti
Metadata
Show full item recordAbstract
Hutan Penelitian Gunung Dahu merupakan lanskap hutan buatan hasil revegetasi yang mampu mencerminkan kondisi topografi hutan alam Indonesia yang bervariasi sehingga memiliki peran sebagai laboratorium lapang rehabilitasi hutan. Beragam jenis dari famili Dipterocarpaceae merupakan jenis asli Indonesia dan diketahui mendominasi hutan alam sehingga jenis ini cocok untuk dipilih dalam program rehabilitasi. Diantara ratusan jenis kelompok dipterokarpa tersebut, S. leprosula (meranti merah) merupakan jenis yang memiliki persebaran cukup luas dengan performa pertumbuhan yang lebih cepat dibanding jenis meranti lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh topografi (kelas kemiringan, posisi, dan arah lereng) terhadap pertumbuhan jenis S. leprosula yang ditanam pola line planting serta menganalisis pengaruh topografi terhadap karakteristikistik tempat tumbuh (tanah, klimatis dan vegetasi) di Hutan Penelitian Gunung Dahu, Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga April 2022 di HP Gunung Dahu. Data pertumbuhan tanaman berupa riap tinggi (MAI) dan tutupan kanopi (LAI) dianalisis menunggunakan uji ANOVA untuk mengetahui pengaruh masing-masing parameter topografi terhadap pertumbuhan tanaman. Hasil analisis data menunjukkan kemiringan lereng mempengaruhi tutupan kanopi dan arah lereng mempengaruhi riap tinggi tanaman. Tutupan kanopi paling rapat berada pada kelas kemiringan sangat curam (LAI 2,8/sangat rindang) yang menunjukkan bahwa jarak antar pohon dan kanopi tegakan akan semakin rapat pada topografi miring. Riap tinggi paling besar ditemukan pada arah timur laut (MAI 1,13 m/tahun) dan selatan (MAI 1,09 m/tahun) yang menunjukkan bahwa faktor arah lereng mempengaruhi penerimaan radiasi matahari besar serta kerapatan pohon mampu menunjang pertumbuhan tinggi. Kondisi kimia tanah memiliki variasi pada berbagai topografi yang tidak berbeda nyata dengan nilai C-organik, N-total, dan K-tukar paling tinggi pada kelas lereng sangat curam sedangkan C/N rasio dan P-tersedia paling tinggi pada kelas lereng agak curam. Kondisi kadar air tanah paling tinggi ditemukan pada kelas lereng sangat curam (55,54%/lembab) akibat posisinya yang berada dibawah lereng, sedangkan top soil (6,2 cm) dan tumpukan serasah (16,4 cm) paling tebal ditemukan pada kelas lereng curam akibat kerapatan tegakan paling tinggi. Permudaan alam S. leprosula dan jenis pohon lain telah muncul yang menunjukkan bahwa regenerasi alami tegakan hutan tanaman tersebut telah berjalan.
Collections
- MT - Forestry [1415]