Evaluasi Kenyamanan Lingkungan Kawasan Sudirman Central Business District (SCBD) Jakarta
Abstract
Berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi seperti kenaikan suhu udara,
kebisingan dan polusi udara berdampak buruk pada kenyamanan lingkungan.
Pengelolaan dan pengintegrasian antara ruang terbangun dengan ruang terbuka
hijau (RTH) dilakukan untuk memaksimalkan fungsi RTH sehingga kondisi
kenyamanan lingkungan di suatu kawasan dapat terjaga. Kawasan Sudirman
Central Business District (SCBD) merupakan salah satu kawasan sentral bisnis
modern di Jakarta yang dikembangkan secara terpadu dengan mengintegrasikan
ruang terbangun dengan RTH. Tujuan umum penelitian ini yaitu menganalisis
kondisi kenyamanan lingkungan kawasan sentral bisnis modern yaitu SCBD yang
menjadi areal terintegrasi antara ruang terbangun dengan ruang terbuka hijau.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi empat
bahasan. Pertama, identifikasi tutupan lahan dengan menggunakan metode
klasifikasi visual manual menggunakan software ArcGIS versi 10.5 serta
dominansi material bangunan secara kualitatif. Kedua, penilaian jasa ekosistem
meliputi pengambilan data suhu dan kelembapan udara ambien dengan alat
termometer bola basah dan kering, intensitas kebisingan dengan alat sound level
meter, estimasi sekuestrasi karbon dengan perhitungan biomassa dan alternative
to slash and burn, keanekaragaman burung dengan metode titik hitung (point
count) dan keanekaragaman kupu-kupu dengan metode visual encounter survey.
Ketiga, persepsi, motivasi, dan preferensi masyarakat melalui wawancara dengan
kuesioner pertanyaan tertutup yang dianalisis menggunakan skala likert. Keempat,
penilaian kualitas lingkungan berdasarkan hasil data yang telah di peroleh dengan
mengacu pada literatur terkait kenyamanan lingkungan dan pendekatan penilaian
greenship neighborhood versi 1.0.
Hasil identifikasi tutupan lahan pada kondisi umum kawasan menunjukkan
bahwa persentase bangunan sebesar 26,3 % sedangkan RTH vegetasi pohon 9,1 %
dari luas wilayahnya. Keberadaan bangunan di kawasan didominansi oleh gedung
tinggi dengan material tutupan berupa kaca. Kondisi kenyamanan lingkungan
khususnya kenyamanan termal dan audial di kawasan dilihat berdasarkan
perbedaan kondisi tutupan lahan. Kondisi kenyamanan termal berdasarkan nilai
Thermal Humidity Index, diperoleh hanya pada pagi hari di lokasi 2 yang
merupakan RTH (26,72 °C) masuk dalam kategori cukup nyaman, sedangkan
ketiga lokasi pada siang hari (29,22 – 30,62 °C) maupun sore hari (27,98 –
28,62 °C) masuk dalam kategori tidak nyaman. Menurut responden kenyamanan
termal yang dirasakan pada pagi hari tergolong nyaman dan sore hari cukup
nyaman, sedangkan pada siang hari tidak nyaman. Kenyamanan audial
berdasarkan intensitas kebisingan di semua lokasi pengamatan (69,21 – 73,08 dB)
telah melebihi nilai ambang batas dan tergolong dalam kategori tidak nyaman,
namun termasuk masih tergolong umum untuk jalan raya. Menurut responden
kondisi kebisingan di kawasan masih tergolong cukup nyaman. Peran RTH di
kawasan tidak hanya sebagai rekayasa iklim mikro dan peredam kebisingan, tetapi
juga sebagai penyerap karbon, konservasi tumbuhan serta habitat burung maupun
kupu-kupu. Berdasarkan hasil wawancara mengenai persepsi masyarakat
keberadaan RTH di kawasan meningkatkan kenyamanan lingkungan dan faktor
kenyamanan yang dianggap paling penting adalah tingkat keteduhan dari
keberadaan pohon.