Pengaruh Kualitas Hubungan Keluarga dan Pertemanan Daring Terhadap Tingkat Kesepian dan Kesehatan Mental Remaja pada Pandemi COVID-19
Date
2022Author
Anasuyari, Ni Komang Yastri
Latifah, Melly
Yuliati, Lilik Noor
Metadata
Show full item recordAbstract
Sejak pertama diidentifikasi di Indonesia, pemerintah dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberlakuan ‘jaga jarak fisik’ (physical distancing) untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Meskipun hanya dianjurkan untuk menjaga jarak secara fisik, tidak dapat dipungkiri bahwa bersamaan dengan itu, setiap individu berisiko berjarak secara sosial akibat berkurangnya pertemuan tatap muka secara drastis. Hal ini menjadi sangat kontras dengan naluri alamiah manusia untuk senantiasa berinteraksi dengan individu lainnya, yang jika tidak terpenuhi akan mengakibatkan timbulnya perasaan terisolasi dan kesepian, yang pada akhirnya akan berakibat buruk pada kesehatan mental individu. Kesepian adalah respon terhadap perasaan terasing dari hubungan sosial, karenanya untuk terhindar dari perasaan kesepian tersebut, membina hubungan sosial yang berkualitas akan menjadi langkah yang sangat tepat.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh hubungan keluarga dan pertemanan daring terhadap tingkat kesepian dan kesehatan mental remaja pada pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksplanatori, dengan memanfaatkan kuesioner daring sebagai alat bantu pengumpulan data. Pengambilan data dilakukan di provinsi DKI Jakarta pada Maret-April 2021. Penelitian ini melibatkan 292 remaja yang dipilih berdasarkan cluster random sampling pada siswa-siswa di dua SMP dan dua SMA terpilih. Pengolahan dan analisis data menggunakan perangkat lunak Microsoft Office Excel 2016, Statistical Package for Social Science (SPSS) 25.0, dan Linear Structural Relationship (LISREL) 8.80. Kualitas data dikontrol melalui uji reliabilitas dan validitas instrumen menggunakan program SPSS. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, uji beda (independent sample t-test), analisis korelasi, dan analisis Structural Equation Modelling (SEM).
Penelitian ini melibatkan remaja (laki-laki 26.37%; perempuan 73.63%) dalam rentang usia 12 - 18 tahun, dengan rata-rata 15.22 tahun. Rata-rata usia ayah dan ibu masing-masing 47.86 dan 44.31 tahun. Rata-rata lama pendidikan ayah 13.69 tahun dan ibu 12.99 tahun atau setara dengan tingkat perguruan tinggi. Lebih dari separuh ibu tidak bekerja atau berstatus sebagai ibu rumah tangga, sementara hampir seluruh ayah bekerja dengan jenis pekerjaan yang beragam. Sebagian besar keluarga responden berstatus keluarga utuh (ayah dan ibu lengkap), sementara terdapat 14 persen yang berstatus keluarga tidak utuh (ayah atau ibu telah meninggal dunia atau orang tua bercerai). Ditinjau dari besar keluarga, mayoritas keluarga responden berada dalam kategori keluarga kecil dan sedang. Rata-rata indeks hubungan keluarga, pertemanan daring, dan kesehatan mental remaja berada dalam kategori sedang. Sementara rata-rata indeks kesepian remaja berada dalam kategori rendah.
Berdasarkan hasil uji beda ditemukan bahwa kesepian dan kesehatan mental remaja berbeda signifikan berdasarkan jenis kelamin. Remaja perempuan ditemukan memiliki tingkat kesepian yang lebih tinggi dan kesehatan mental yang lebih rendah dibandingkan remaja laki-laki. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia remaja, semakin baik kualitas hubungan keluarga. Remaja dari keluarga dengan ibu yang tidak bekerja, serta keluarga berstatus utuh memiliki hubungan keluarga yang lebih baik. Usia remaja, jenis kelamin remaja status kerja ayah, dan status keluarga berkorelasi signifikan dengan kesepian. Semakin bertambahnya usia remaja, semakin tinggi kesepian yang dialami. Remaja dengan ayah yang bekerja, dan berasal dari keluarga yang tidak utuh mengalami kesepian yang lebih tinggi. Usia remaja, usia ayah, dan status keluarga berkorelasi signifikan dengan kesehatan mental remaja. Semakin bertambahnya usia remaja, semakin rendah kesehatan mental yang dimiliki. Remaja yang berasal dari keluarga utuh memiliki kesehatan mental yang lebih baik.
Berdasarkan hasil analisis SEM, ditemukan bahwa hubungan keluarga dan pertemanan daring memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat kesepian yang dialami remaja. Hal ini menandakan bahwa hubungan keluarga dan pertemanan daring yang kurang berkualitas dapat menjadi prediktor tingkat kesepian yang tinggi pada remaja. Selain itu, hubungan keluarga dan kesepian ditemukan memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan mental. Hubungan keluarga yang berkualitas dapat meningkatkan kesehatan mental remaja, sebaliknya tingkat kesepian yang tinggi dapat menurunkan kesehatan mental remaja. Model struktural dalam penelitian ini mendukung peran mediasi variabel kesepian untuk pengaruh hubungan keluarga dan pertemanan daring terhadap kesehatan mental remaja. Remaja yang memiliki hubungan keluarga dan pertemanan daring yang berkualitas, cenderung mengalami kesepian yang lebih rendah, sehingga menghasilkan kesehatan mental yang lebih baik.
Kesepian terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap kesehatan mental remaja dalam konteks pandemi COVID-19. Karenanya penting bagi remaja untuk dapat mempertahankan kualitas dan kuantitas jaringan sosial yang dimiliki, merasa menjadi bagian dari suatu kelompok atau komunitas, serta mengetahui bahwa ada orang lain yang bisa diandalkan saat dibutuhkan. Pemerintah melalui lembaga terkait dan praktisi dapat mengembangkan program atau mengoptimalkan program yang telah ada untuk mengedukasi remaja pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya akan pentingnya menjaga kesehatan mental selama pandemi COVID-19. Peneliti berikutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan berbagai perbaikan dan variasi, serta dapat mengeksplorasi faktor-faktor lainnya yang dimungkinkan berpengaruh terhadap kesepian dan kesehatan mental pada remaja. Since being identified in Indonesia, the government and World Health Organization (WHO) have recommended the implementation of 'physical distancing' to break the spread of COVID-19. Although the government only recommends maintaining physical distance, at the same time, every individual is at risk of social distancing due to drastically reduced face-to-face meetings. It is in stark contrast to the natural human instinct to continuously interact with other individuals, which if not fulfilled will result in feelings of loneliness, which will adversely affect the individual's mental health. Loneliness is a response to feelings of alienation from social relationships; therefore, fostering quality social relationships will be a very appropriate step to avoid feelings of loneliness.
This study aims to analyze the effect of family relationships and online friendships on adolescents' loneliness and mental health during the COVID-19 pandemic. This study uses an explanatory research design, using an online questionnaire as a data collection tool. Data collection was carried out in DKI Jakarta province in March-April 2021. This study involved 292 adolescents who were selected based on random cluster sampling. The data obtained were processed through editing, scoring, entry, coding, cleaning, analyzing, and interpreting. Processing and analyzing data use Microsoft Office Excel 2016 software, Statistical Package for Social Science (SPSS) 25.0, and Linear Structural Relationship (LISREL) 8.80. The quality of the data is controlled by testing the reliability and validity of the instrument using the SPSS program. Data analysis carried out in this study were descriptive analysis, independent sample t-test, correlation analysis, and Structural Equation Modeling (SEM) analysis.
This study involved adolescents (male 26.37%; female 73.63%) in the age range 12 - 18 years, with an average of 15.22 years. The average age of fathers and mothers is 47.86 and 44.31 years, respectively. The average length of education for the father is 13.69 years, and the mother is 12.99 years or equivalent to the college level. More than all mothers do not work or are housewives, while almost all fathers work in various types of work. Most of the respondent's families have intact family status (complete father and mother), while 14 per cent have non-intact family status (father or mother has died or parents are divorced). In terms of family size, the majority of respondent's families are in the category of small and medium families. The average index of family relationships, online friendships, and adolescent mental health in the moderate category. Meanwhile, the average index of adolescent loneliness is in a low category.
Based on the independent sample t-tests, it was found that loneliness and adolescent mental health were significantly different by gender. Female adolescents were found to have higher rates of loneliness and lower mental health than males. The results of the correlation test show that the older the adolescent, the better the quality of family relationships. Adolescents from intact families with mothers who do not work have better family relationships. Adolescent age, adolescent gender, father's work status, and family status were significantly correlated with loneliness. The older the adolescent, the higher the loneliness experienced. Adolescents with working fathers and coming from non-intact families experienced higher levels of loneliness. Adolescent age, father's age, and family status were significantly correlated with adolescent mental health. The older the adolescents, the lower their mental health. Adolescents who come from intact families have better mental health.
Based on the results of the SEM analysis, it was found that family relationships and online friendships have a significant negative effect on the level of loneliness experienced by adolescents. This indicates that poor quality online family relationships and friendships can predict high levels of loneliness in adolescents. In addition, family relationships and loneliness significantly affected mental health. Quality family relationships can improve adolescent mental health, whereas high levels of loneliness can reduce adolescent mental health. The structural model in this study supports the mediating role of the loneliness variable for the influence of family relationships and online friendships on adolescent mental health. Adolescents who have quality family relationships and online friendships tend to experience lower loneliness, resulting in better mental health.
Loneliness has been shown to have a negative effect on adolescent mental health in the context of the COVID-19 pandemic. Therefore, adolescents need to maintain the quality and quantity of their social networks, feel part of a group or community, and know that other people can be relied on when needed. Through related institutions and practitioners, the government can develop programs or optimize existing programs to educate teenagers and the broader community on the importance of maintaining mental health during the COVID-19 pandemic. Future researchers can continue this research with various improvements and explore other factors that may affect loneliness and mental health in adolescents.
Collections
- MT - Human Ecology [2190]