Persepsi Masyarakat Terhadap Bangunan dan Lanskap Kolonial di Kota Bandung
Date
2022Author
Tamimi, Nadhil
Fatimah, Indung Sitti
Hadi, Akhmad Arifin
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia merupakan negara yang telah mengalami beragam periode sejarah. Salah satu periode yang dikenal ialah periode kolonial, dimana Indonesia dijajah oleh Belanda. Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang erat kaitannya dengan sejarah masa penjajahan Belanda. Karakter kolonial masih terlihat pada beberapa bangunan dan lanskap di Bandung sehingga dapat dikategorikan sebagai salah satu identitas kota. Akan tetapi banyak bangunan tersebut dalam kondisi tidak terpelihara dengan baik. Banyaknya kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan bangunan dan bentang alam sejarah tertutup atau tergeser oleh modernisasi karena benda cagar budaya belum menjadi prioritas utama dalam program pembangunan daerah. Perkembangan ini juga menimbulkan dampak negatif seperti banyaknya objek peninggalan sejarah yang mulai dibiarkan tidak terawat oleh masyarakat yang ada disekitar bahkan pemerintah lokal. Selain itu, arsitek sebagai salah satu penentu arah perkembangan arsitektur di Indonesia dirasa kurang dalam menjalankan tugasnya. Banyak arsitek yang mendesain sebuah bangunan tanpa memperdulikan keadaan lingkungan sekitar. Hal ini dilihat dengan adanya desain yang menciptakan ketidaknyamanan bagi pengguna dan hilangnya identitas suatu kawasan karena rancangan yang hanya mementingkan kebutuhan ego dari arsitek itu sendiri. Interaksi antara pemilik bangunan, Peraturan Daerah dan arsitek perlu memiliki kesamaan pandang sehingga karya-karya arsitektur tersebut tidak sekedar emosi dari arsiteknya. Peran arsitek adalah menciptakan suatu wadah atau ruang sebagai kelangsungan hidup manusia yang memungkinkan tercapainya kondisi optimal bagi pengembangan masyarakat sebagai pemakai dan terpeliharanya fungsi-fungsi alam dalam kesinambungan yang dinamis.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap bangunan dan lanskap kolonial di Kota Bandung. Sementara tujuan khusus penelitian, diantaranya yaitu mengidentifikasi bangunan dan lanskap kolonial, identifikasi persebaran bangunan dan lanskap yang ada, serta menganalisis apresiasi dan kepedulian masyarakat terhadap bangunan dan lanskap kolonial di kota Bandung.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang terdiri dari studi literatur, observasi lapang, analisis spasial, wawancara dan kuesioner sebagai bahan perumusan rekomendasi pengelolaan bangunan dan lanskap kolonial yang menjaga karakteristik kawasan tersebut di kota Bandung. Adapun tahapan penelitian tersebut meliputi persiapan awal, pengumpulan data (survey), identifikasi tapak, analisis, dan rekomendasi. Pemetaan dan analisis spatial dilakukan menggunakan aplikasi GIS untuk menggunakan metode point density dan Getis-Ord gi* hot spot analysis. Pengisian kuesioner oleh responden dilakukan secara online dengan kuesioner yang terdiri atas empat bagian
yaitu identitas responden, SBE, Semantic Differential, dan pertanyaan terstruktur.
Hasil penelitian menunjukkan persebaran bangunan dan lanskap kolonial di kota Bandung terfokus pada daerah tengah kota Bandung khususnya kawasan Braga yang memiliki intensitas tertinggi lokasi bangunan dan lanskap kolonial. Selain itu, kawasan Braga juga merupakan kawasan yang memiliki poin hot spot tertinggi. Dengan melihat hasil peta persebaran dan peta hot spot yang ada, persebaran bangunan dan lanskap kolonial di kota Bandung terpusat di tengah kota yang kemudian menyebar ke arah utara dan barat kota. Hal ini dapat menjadi indikasi bagaimana perkembangan yang terjadi di kota Bandung pada masa kolonial. Berdasarkan analisis persepsi yang dilakukan, masyarakat melihat bagian ornamen bangunan kolonial merupakan ciri, karakter, dan bagian paling menarik yang ada pada bangunan. Terhadap pengelolaan dan pelestarian bangunan dan lanskap kolonial, antusias masyarakat sangat tinggi dalam mengikuti acara pengelolaan dan pelestarian tetapi saat ini hanya berniat untuk mendukung secara pasif. Indonesia is a country that has experienced various historical periods. One of the famous period is the colonial period, where Indonesia was colonized by the Dutch. Bandung is one of the cities in Indonesia which is closely related to the history of the Dutch colonial period. The colonial character is still visible in several buildings and landscapes in Bandung so that it can be categorized as one of the city's identities. However, many of these buildings are in poor condition. The number of development activities often causes historical buildings and landscapes to be closed or displaced by modernization because cultural heritage objects have not become a top priority in regional development programs. This development also has a negative impact, such as many objects of historical heritage which have begun to be left untreated by the surrounding community and even the local government. In addition, architects as one of the determinants of the direction of architectural development in Indonesia are felt to be lacking in carrying out their duties. Many architects design a building without regard to the state of the surrounding environment. This is seen by the existence of designs that create discomfort for users and the loss of the identity of an area because the design is only concerned with the ego need of the architect himself. The interaction between building owners, Regional Regulations and architects needs to have a common view so that architectural works are not just the emotions of the architect. The role of the architect is to create a place or space for human survival that allows the achievement of optimal conditions for the development of society as users and the maintenance of natural functions in a dynamic continuity.
The general purpose of this study was to determine the public's perception of colonial buildings and landscapes in the city of Bandung. Meanwhile, the specific objectives of the research include identifying colonial buildings and landscapes, identifying the distribution of existing buildings and landscapes, and analyzing community appreciation and concern for colonial buildings and landscapes in the city of Bandung.
The research method used in this research is descriptive qualitative consisting of literature studies, field observations, spatial analysis, interviews and questionnaires as materials for formulating recommendations for the management of buildings and colonial landscapes that maintain the characteristics of the area in the city of Bandung. The stages of the research include initial preparation, data collection (survey), site identification, analysis, and recommendations. Spatial mapping and analysis were carried out using GIS applications to use the point density method and the Getis-Ord gi* hot spot analysis method. Respondents filled out the questionnaire online with a questionnaire consisting of four parts, namely respondent identity, SBE, Semantic Differential, and structured questions.
The results show that the distribution of colonial buildings and landscapes in the city of Bandung is focused on the central area of Bandung, especially the Braga area which has the highest intensity of building locations and colonial landscapes. In addition, the Braga area is also an area that has the highest hot spot points. By looking at the results of the distribution maps and existing hot spot maps, the distribution of buildings and colonial landscapes in the city of Bandung is centered in the center of the city which then spreads to the north and west of the city. This can be an indication of how developments occurred in the city of Bandung during the colonial period. Based on the perception analysis carried out, the public saw that the ornaments of colonial buildings were the most interesting features, characters, and parts of the buildings. Regarding the management and preservation of colonial buildings and landscapes, the community's enthusiasm is very high in participating in management and preservation events but currently only intends to support passively.
Collections
- MT - Agriculture [3683]