Karakteristik Retensi Air Tanah untuk Analisis Pola Tanam pada Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan Berbeda di Kabupaten Lamongan
Date
2022Author
Zuhdi, AH. Maftuh Hafidh
Wahjunie, Enni Dwi
Tarigan, Suria Darma
Metadata
Show full item recordAbstract
Kabupaten Lamongan merupakan wilayah yang penggunaan lahannya
didominasi oleh sawah tadah hujan yang kebutuhan dan kecukupan airnya sangat
tergantung pada curah hujan dan kemampuan tanah meretensi air. Kemampuan
tanah meretensi air sangat dipengaruhi jenis tanah dan vegetasi yang ditanam di
lahan. Dalam pengelolaan lahan kering, kemampuan tanah meretensi air sangat
penting untuk diketahui. Data retensi air tanah penting untuk diketahui terutama
dalam usaha penyusunan pola tanam untuk memaksimalkan potensi lahan serta
menghindari terjadinya kegagalan panen.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2020 - Mei 2021 yang
dirancang menggunakan multistage random sampling, dengan dua tahapan yaitu :
tahap pertama menetapkan sebaran lokasi tiap jenis tanah (Grumusol Pelik dan
Mediteran Rodik). Tahap kedua menetapkan jenis penggunaan lahan (Hutan dan
Tanaman Semusim). Data yang diamati antara lain adalah sifat tanah terdiri dari :
tekstur, bobot isi, berat jenis partikel, kadar air berbagai nilai pF, ruang pori total,
distribusi ukuran pori dan bahan organik. Kemudian pengamatan dinamika kadar
air lapang dengan dua tahap: menetapkan peluang frekuensi dan peluang hari tidak
hujan (HTH) dan mengukur perubahan kadar air tanah dilapang selama beberapa
hari tidak hujan. Selanjutnya melakukan analisis neraca air untuk penetapan pola
tanam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Grumusol Pelik-Hutan (G-H) di
Lamongan memiliki kapasitas lapang sebesar (44,01-42,05%) dan memiliki pori
air tersedia paling tinggi (13,89-14,16%) dari pada Mediteran Rodik-Tanaman
Semusim (M-TS) dengan nilai kapasitas lapang paling rendah (24,37-24,90%) dan
pori air tersedia (7,63-7,76%). G-H memiliki waktu untuk mencapai TLP paling
lama (7-10 hari) sedangkan M-TS memiliki waktu untuk mencapai TLP yang lebih
singkat (4 hari). Hari tanpa hujan (HTH) pada bulan Desember-Februari masuk
dalam kategori sangat pendek dengan peluang 82%, bulan Maret-Mei masuk
kategori sangat pendek dengan peluang 66%, bulan Juni - Agustus masuk kategori
menengah dengan peluang 24%, dan bulan September - November masuk kategori
kekeringan ekstrem dengan peluang 79%.
Surplus air tanah pada tanah Grumusol Pelik dan Mediteran Rodik terjadi
pada bulan November – April, maka awal musim tanam dapat dimulai pada bulan
September dengan pola tanam pada Grumusol Pelik berpotensi dibudidayakan
tanaman padi sebagai tanaman utama dan pada tanah Mediteran Rodik berpotensi
dibudidayakan tanaman jagung sebagai tanaman utama. Defisit air tanah terjadi
pada bulan Agustus – Oktober, dengan indeks kekeringan dalam kategori berat
(>33,33), dengan puncak kekeringan terjadi pada bulan September pada Grumusol
Pelik (92,5%) dan Agustus pada Tanah Mediteran Rodik (93,9%), maka
diharapkan untuk tidak menaman tanaman pada bulan Agustus-Oktober dan dapat
melalukan pemberaan pada lahan.
Collections
- MT - Agriculture [3677]