Evaluation of Reproductive Manipulation and Feeding Strategies on Juvenile in the Development of Seahorse Culture (Hippocampus comes).
Date
2022Author
Farastuti, Eko Rini
Sudrajat, Agus Oman
Suprayudi, Muhammad Agus
Nurilmala, Mala
Metadata
Show full item recordAbstract
Sebagian besar kuda laut yang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku obat tradisional merupakan hasil dari tangkapan alam. Hal ini telah
menyebabkan kelangkaan dan bahkan sudah dimasukkan dalam Appendix II
Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora
(CITES), sementara budidaya komoditas ini belum berkembang. Dengan demikian
pengembangan reproduksi dan pengembangan strategi pemberian pakan pada kuda
laut diharapkan dapat mendukung pengembangan budidaya, yaitu mulai dari
pembenihan hingga pembesaran kuda laut, sehingga dapat diproduksi kuda laut
berkualitas dari budidaya. Penelitian tahap satu bertujuan melakukan studi dalam
menentukan rasio jantan betina dalam perkawinan untuk menghasilkan kinerja
reproduksi terbaik pada kuda laut. Penelitian ini menggunakan rancangan acak
lengkap dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah
perbandingan jumlah jantan dan betina; 1 jantan : 1 betina (1M1F), 2 jantan : 1
betina (2M1F), dan 3 jantan : 2 betina (3M2F). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkah laku mating dari mulai percumbuan hingga perkawinan memiliki nilai
tertinggi pada perlakuan 3M2F pada parameter awal dan proses perkawinan
meliputi perubahan warna 87,5%, pasangan berenang beriringan 87,5%, ekornya
saling mengikat 100%, betina menggerakkan kepala 91,67%, jantan memompa
kantung pengeraman 91,67±23, jantan berdiam diri karena bunting 91,67±07,05.
Parameter pasca perkawinan meliputi periode reproduksi 38,5±2,23 hari. Waktu
pengeraman 13.5±0,43 hari, jantan bunting 11±0,12 ekor, jumlah juwana yang
dilahirkan 576±1,96 ekor (P<0.05).
Penelitian tahap kedua terkait dengan manipulasi reproduksi secara hormonal
yang bertujuan mendapatkan kombinasi hormon dan dosis yang tepat untuk
meningkatkan kinerja reproduksi pada kuda laut. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang
digunakan adalah : kombinasi (hormon PMSG + AD) 0,25 mg kg-1
bobot ikan B:
kombinasi (hormon PMSG + AD) 0,50 mL kg-1
bobot ikan; C: Tiroksin 0,1 mg kg1 bobot ikan; D: kombinasi (hormon PMSG + AD) 0,25 mL kg-1 + Tiroksin 0,1 mg
kg-1 bobot ikan, E: kombinasi (hormon PMSG + AD) 0,50 mL kg-1 + Tiroksin 0,1
mg kg-1
dan F: kontrol tanpa hormon, yaitu diberikan melalui suplementasi pakan.
Hasil menunjukkan bahwa kombinasi hormon pada perlakuan E dapat
mempercepat periode waktu pematangan awal gonad 5 kali lebih cepat (6,46±0,06
hari ) dibandingkan dengan kontrol (perlakuan F) dan meningkatkan reproduksi
meliputi: periode reproduksi (11,05 ± 1,40 hari), lama pengeraman (09,50 ± 0,41
hari), jumlah betina matang gonad (21 ± 0,34 individu ), jumlah produksi telur
(1433 ± 1,62 butir), semua telur terbuahi dan jumlah juwana sebanyak (1433 ± 0,72
individu). Perlakuan E memberikan percepatan dan peningkatan kinerja reproduksi
terbaik pada kuda laut.
Penelitian tahap ketiga memiliki tujuan untuk mengevaluasi pengaruh
manipulasi reproduksi secara hormonal terhadap ekspresi mRNA FSH β-subunit
pada induk kuda laut betina. Hasil menunjukkan bahwa produk Oodev secara
tunggal atau kombinasi dengan hormon tiroksin mampu menginduksi peningkatan
ekspresi mRNA gen FSH β. Ekspresi gen FSH subunit β tertinggi terdapat pada
perlakuan E: kombinasi (hormon PMSG +AD) 0,50 mL kg-1 bobot ikan + Tiroksin
0,1 mg kg-1
dapat mempercepat pematangan gonad dan kinerja reproduksi pada
kuda laut melalui peningkatan ekspresi mRNA FSH.
Rancangan penelitian yang digunakan penelitian tahap keempat adalah acak
lengkap dengan perlakuan pemberian jenis dan jumlah pakan alami yang berbeda,
dengan 3 kali ulangan yaitu: Rotifera (Brachionus sp) (2 ekor mL-1
), Nauplii
copepoda (5 ekor mL-1
), Copepoda Akartia (5 ekor mL-1
), Copepoda Oitona (5 ekor
mL-1
), dan nauplii artemia (5 ekor mL-1
). Pakan diberikan pada pagi (07.00 WIB),
siang (12.00 WIB) dan sore hari (17.00 WIB), sedangkan mikroalga
(Nannochloropsis oculata) 3 x 106
cells mL
-1
diberikan pada pagi hari saja. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pakan terbaik pada juwana usia 1 -
10 adalah : Nannochloropsis oculata 3 x 106
cells mL
-1 + Rotifera (Brachionus sp)
5 ekor mL-1 + nauplii copepoda 5 ekor mL-1
dengan SR 72,19 ± 0,54%, Pada
juwana usia 10 – 20 hari adalah Copepoda Akartia + Nannochloropsis oculata
dengan SR sebesar 89,82 ± 0,29 %, dan pada juwana usia 20 – 30 hari adalah
Semua jenis copepoda + nauplii artemia + Nannochloropsis oculata dengan SR
sebesar 94,19 ± 0.64 %.
Penelitian tahap 5 bertujuan untuk mengevaluasi dosis asam lemak esensial
(DHA) sebagai pengkaya yang diberikan pada Artemia terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup juwana kuda laut usia 30-90 Day after Birth (DAB). Penelitian
ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan sebagai berikut:
Unenriched, DHA 0,5 g L
-1
, DHA 1 g L
-1
, dan DHA 1,5 g L
-1
. Hasil menunjukkan
bahwa perlakuan pengayaan Artemia dengan DHA 1 g L
-1 memberikan hasil terbaik
pada pertambahan panjang mutlak sebesar 21,57 mm, berat mutlak sebesar 204,88
mg dan tingkat kelangsungan hidup dengan nilai 91,25 %.
Penelitian tahap 6 dan tahap 7 memiliki tujuan yaitu: untuk mengevaluasi
kandungan proksimat dan asam amino kuda laut serta senyawa bioaktif kuda laut
hasil budidaya. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap, dengan kuda
laut dari berbagai usia budidaya dan kuda laut hasil dari tangkapan. Komposisi
proksimat yang meliputi kadar air, kadar abu, protein, lemak serat kasar serta BETN
pada kuda laut hasil budidaya usia 3 bulan terlihat lebih baik dibandingkan dengan
kuda laut hasil tangkapan di alam. Penelitian tahap terakhir terkait dengan
komparasi kualitas dari kuda laut produk budidaya dan produk tangkapan dari alam.
Perlakuan pada penelitian ini adalah kuda laut hasil budidaya usia 1, 2 dan 3 bulan
dan kuda laut hasil tangkapan. Metode yang digunakan untuk analisis senyawa
bioaktif adalah LC-MS/MS. Hasil analisis LC-MS/MS menunjukkan bahwa pada
kuda laut hasil budidaya usia 3 bulan memiliki alur peak dan memiliki kandungan
metabolit sekunder yang lebih baik dibandingkan dengan kuda laut hasil tangkapan
dari alam. Total senyawa yang terkandung dalam ekstrak kuda laut hasil budidaya
usia 3 bulan berjumlah 82 senyawa yang diketahui namanya dan aktivitas yang
menyertainya
Collections
- DT - Fisheries [724]