Model Komunikasi Penyuluhan Kesehatan dalam Meningkatkan Perilaku Hidup Sehat : Peran Ekuitas Penyuluhan
Date
2022Author
Bakti, I Gede Mahatma Yuda
Sumardjo, Sumardjo
Fatchiya, Anna
Syukri, Agus Fanar
Metadata
Show full item recordAbstract
Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu masalah kesehatan di Indonesia adalah terjadinya peningkatan kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM), seperti kanker, stroke, ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. PTM meningkat karena makin banyak masyarakat tidak menjalankan perilaku hidup sehat (PHS). Rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menerapkan perilaku hidup sehat menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah orang yang tidak menjalankan perilaku hidup sehat. Kondisi tersebut juga berlaku di Kota/Kabupaten Bogor dan Tangerang. Salah satu upaya untuk menurunkan jumlah PTM di Indonesia adalah melalui penyuluhan (promosi) kesehatan. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat perilaku hidup sehat dan faktor determinannya dalam konteks masyarakat perkotaan dan perdesaan di Kota/Kabupaten Bogor dan Tangerang dan menganalisis faktor-faktor yang secara nyata memengaruhi perilaku hidup sehat masyarakat di Kota/Kabupaten Bogor dan Tangerang agar pada akhirnya dapat merumuskan strategi komunikasi penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat masyarakat di Kota/Kabupaten Bogor dan Tangerang. Pada penelitian ini terdapat lima variabel bebas, yaitu karakteristik media (X1), karakteristik komunikator (X2), karakteristik isi pesan (X3), karakteristik komunikan (X4), dan lingkungan sosial (X5). Variabel-variabel dependen yang dipelajari pada penelitian ini adalah ekuitas penyuluhan (Y1), faktor psikologis kesehatan (Y2), dan perilaku hidup sehat (Y3). Pengumpulan data utama dilakukan dengan metode survei di Kota/Kabupaten Bogor dan Tangerang. Sampel penelitian adalah 385 responden yang merupakan penduduk Kota/Kabupaten Bogor dan Tangerang berusia 15 tahun ke atas dan pernah terpapar penyuluhan kesehatan perilaku hidup sehat (PHS), seperti aktivitas fisik, konsumsi buah, konsumsi sayur, cek kesehatan berkala, tidak merokok, tidak minum alkohol, konsumsi herbal. Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif, analisis uji beda, dan Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perilaku hidup sehat masyarakat Kota/Kabupaten Bogor dan Tangerang tergolong rendah, baik yang tinggal di perkotaan dan perdesaan. Lebih spesifik, perilaku hidup sehat yang sudah baik adalah perilaku tidak merokok dan tidak minum alkohol. Sementara itu, perilaku hidup sehat yang masih tergolong rendah adalah aktivitas fisik, konsumsi buah, sayur, dan herbal, serta cek kesehatan berkala. Selain itu, terdapat perbedaan persepsi masyarakat perkotaan dan perdesaan secara signifikan terhadap beberapa faktor determinan perilaku hidup sehat, seperti tingkat beberapa faktor determinan perilaku hidup sehat, literasi kesehatan, kebutuhan informasi kesehatan, dukungan keluarga, teman, dan masyarakat, kualitas penyuluhan, sikap, efikasi diri, dan keparahan PTM. Penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi perilaku hidup sehat masyarakat secara langsung dan signifikan adalah karakteristik media, karakteristik pesan, ekuitas penyuluhan, dan psikologis kesehatan. Di sisi lain, faktor yang berpengaruh positif secara tidak langsung dan signifikan adalah karakteristik media, karakteristik komunikator, karakteristik pesan, karakteristik komunikasi, dan lingkungan sosial. Penelitian ini mengusulkan strategi komunikasi penyuluhan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat masyarakat berdasarkan pendekatan model logis. Strategi komunikasi tersebut adalah (1) meningkatkan intensitas penyuluhan kesehatan dengan mengintegrasikan berbagai media komunikasi, seperti media satu arah, semi dua arah, dan dua arah, (2) optimalisasi isi pesan penyuluhan dengan memberikan informasi kesehatan yang informatif, menghibur, dan personalisasi, (3) meningkatkan reputasi komunikator penyuluhan PHS dengan memperhatikan aspek keahlian, daya tarik, dan kredibilitas komunikator, (4) menciptakan dukungan lingkungan sosial, baik di level keluarga, teman, dan masyarakat, dan (5) mengidentifikasi karakteristik masyarakat yang akan menjadi pengguna penyuluhan kesehatan PHS. Pada penelitian ini memiliki beberapa kelemahan. Pertama, penelitian ini tidak menganalisis perbedaan perilaku hidup sehat antara masyarakat yang tidak terkena PTM dan terkena PTM. Penelitian selanjutnya dapat menguji perbedaan kedua masyarakat tersebut, sehingga hasilnya dapat memperkaya model penelitian ini. Kedua, penelitian ini juga dilakukan pada saat berlangsungnya pandemi COVID-19. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat dilakukan setelah pandemi COVID-19 agar diketahui ada tidaknya perbedaan perilaku hidup sehat antara saat pandemi COVID-19 berlangsung dan pascapandemi.
Collections
- DT - Human Ecology [564]