Pengembangan Sistem Produksi Kopi Berkelanjutan Berbasis Climate Smart Agriculture
Date
2022Author
Sarvina, Yeli
June, Tania
Sutjahjo, Surjono Hadi
Nurmalina, Rita
Surmaini, Elza
Metadata
Show full item recordAbstract
Perubahan dan variabilitas iklim berdampak pada sistem produksi pertanian dan mengancam keberlanjutan sistem produksi pertanian. Kopi merupakan komoditas perkebunan unggulan Indonesia. Permintaan kopi domestik maupun global terus meningkat sementara produktivitas kopi menunjukkan trend penurunan. Oleh karenanya untuk keberlanjutan sistem produksi kopi, diperlukan penelitian dampak variabilitas dan perubahan iklim pada sistem produksi kopi robusta Indonesia serta strategi adaptasinya melalui pengembangan sistem produksi kopi berkelanjutan berbasis Climate Smart Agriculture. Penelitian ini dilakukan di lima provinsi sentra produksi kopi di Indonesia yaitu provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis anomali indikator iklim global dan produksi kopi, model kesesuaian iklim kopi dengan pendekatan maximum entropi, analisis keberlanjutan dengan Multi Dimensional Scaling dan simulasi model WaNulCAS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabilitas iklim mempengaruhi produksi kopi di lima provinsi sentra produksi kopi. Indikator variabilitas iklim yang digunakan adalah ENSO dan IOD. Secara umum pengaruh ENSO terhadap produksi lebih besar pada tahun La-Niña. Pada tahun La-Niña penurunan produksi terjadi hampir di semua provinsi sentra dengan penurunan produksi berkisar antar 1-28%. Pada tahun El- Niño pengaruhnya sangat beragam. Pada saat positive IOD (pIOD) terjadi penurunan produksi di Provinsi Sumatera Utara, Lampung dan Bengkulu sedangkan pada negative IOD (nIOD) penurunan produksi terjadi di Provinsi Aceh dan Lampung. Provinsi Lampung adalah provinsi yang mengalami penurunan produksi pada semua fase ekstrim ENSO maupun IOD.
Model kesesuaian iklim kopi yang diidentifikasi dengan menggunakan model maximum entropy menunjukkan performa yang sangat baik. Hasil analisis di provinsi sentra kopi ini menujukkan bahwa perubahan iklim berdampak terhadap kesesuaian iklim kopi robusta. Pada tahun 2050 untuk Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Lampung, wilayah dengan kesesuaian iklim sangat sesuai dan sesuai semakin berkurang. Hasil berbeda diperoleh untuk provinsi Bengkulu dimana pada tahun 2050 wilayah dengan kelas kesesuaian sangat sesuai semakin luas.
Indeks keberlanjutan sistem produksi kopi di tiga kecamatan di Lampung Barat adalah sangat berkelanjutan dan cukup berkelanjutan. Dimensi dengan indeks keberlanjutan paling tinggi adalah dimensi sosial sedangkan indeks keberlanjutan paling rendah adalah dimensi teknologi. Atribut-atribut yang sensitif berpengaruh terhadap keberlanjutan sistem produksi kopi adalah dimensi ekologi yaitu produktivitas, tindakan konservasi, penggunaan pupuk dan fluktuasi produksi. Dimensi ekonomi yaitu jangkauan pasar dan nilai tukar petani kopi. Dimensi sosial yaitu pola pengelolaan lahan, dan usia petani kopi. Dimensi kelembagaan yaitu mitra usaha tani dan keberadaan lembaga keuangan mikro. Dimensi teknologi yaitu teknologi pemberantasan hama dan penyakit, teknologi budidaya, panen dan pasca panen.
Beberapa teknologi CSA yang sudah diimplementasikan oleh petani di Lampung Barat dikelompokkan ke dalam tiga pilar CSA yaitu peningkatan produksi/peningkatan pendapatan diantaranya adalah perbaikan variatas, tumpang sari tanaman kopi dan buah-buahan, tumpang sari kopi dengan tanaman sayuran, tumpang sari kopi dengan tanaman perkebunan. Pilar adaptasi diantaranya panen air/penampunagn air dan berbaikan varietas sedangkan pilar mitigasi diantaranya penggunaan pupuk organik, agroforestry, dan pemanfaatan sisa-sisa tanaman.
Hasil simulasi dengan WanulCAS menunjukkan bahwa sistem tumpang sari kopi menghasilkan nilai lebih baik dibandingkan sistem monokultur dan pola tanam lainnya pada semua pilar CSA. Tumpang sari kopi terutama tumpang sari dengan pisang direkomendasikan sebagai teknologi CSA untuk keberlanjutan sistem produksi kopi di Kabupaten Lampung Barat.
Implementasi teknologi CSA perlu mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi dan ekologi. Teknologi tumpang sari kopi di Kabupaten Lampung Barat perlu didukung oleh beberapa kebijakan. Pada dimensi ekologi implementasi teknologi tumpang sari kopi perlu didukung oleh teknologi konservasi dan pemupukan yang lebih baik. Pada dimensi ekonomi perlu jangkauan pasar yang lebih luas, dan manajemen keuangan petani yang lebih baik. Pada dimensi sosial perlu melibatkan generasi muda (petani milenial) dalam agribisnis kopi. Pada dimensi kelembagaan kehadiran lembaga keuangan mikro diperlukan untuk bantuan permodalan petani.