Strategi Komunikasi Lingkungan yang Mendukung Keberlanjutan Komunitas Pengelolaan Sampah di Kota Tangerang Selatan
Date
2022Author
Shahreza, Mirza
Sarwoprasodjo, Sarwititi
Arifin, Hadi Susilo
Hapsari, Dwi Retno
Metadata
Show full item recordAbstract
Bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat
didaur ulang atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi dengan mengadopsi
sistem perbankan dengan menabung sampah anorganik bernilai ekonomis oleh
nasabah yang memilah dan mengumpulkan sampah rumah tangga. Bank sampah
berkembang pesat pada tahun 2020 mencapai 11.330 unit di 369 kabupaten/ kota di
Indonesia dan omzet yang dihasilkan mencapai 54 miliar rupiah per tahun. Bank
sampah di kota Tangerang Selatan juga diawali oleh masyarakat atau tokoh yang
bernama Benny Harkamto pada tahun 2010 yang juga terinspirasi dari Bambang
Suwerda. Lalu berkembang secara berjejaring di tujuh kecamatan digagas oleh
Yayasan Bunga Melati Indonesia dengan nama Bank Sampah Melati Bersih pada
tahun 2012. Pada tahun 2014 bank sampah menjadi program pemerintah kota yang
dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup. Perkembangan bank sampah di kota
Tangerang Selatan sampai bulan Juli 2020 sebanyak 323 unit yang tersebar di tujuh
kecamatan.
Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk; 1)
menganalisis proses konvergensi simbolik di antara pemangku kepentingan
program bank sampah di kota Tangerang Selatan; 2) menganalisis bentuk
konvergensi simbolik komunitas pengelolaan sampah yang mengadaptasi tipologi
permukiman di kota Tangerang Selatan; 3) merumuskan strategi komunikasi
lingkungan berdasarkan tipologi pemukiman yang berkelanjutan. Penelitian ini
menggunakan paradigma naratif dan metode penelitian kualitatif . Analisis dengan
menggunakan: 1) analisis dua siklus pengkodean data, 2) analisis tema fantasi
berdasarkan pendalaman teori konvergensi simbolik, 3) Metode analisis dampak
strategi dan identifikasi asumsi (SIAM). Analisis data saat melakukan coding
dibantu dengan perangkat lunak Nvivo untuk membuat coding terkait dengan tema
yang dikonstruksi dan kategorisasi dalam penyajian data yang terkait hasil dari
pengumpulan data dari hasil observasi partisipan, wawancara mendalam, studi
dokumen dan partisipasi daring dari grup whatsapp dan pertemuan zoom.
Penelitian ini menunjukkan bahwa program bank sampah melibatkan
pemangku kepentingan yang memiliki motivasi dan peran yang berbeda tetapi
saling berkaitan satu dengan lainnya, karena adanya pemusatan simbol atau pesan
(konvergensi simbolik) pada program bank sampah di antaranya, yaitu DLH
sebagai pelaksana regulasi, Komunitas bank sampah sebagai kegiatan sosial dari
partisipasi masyarakat yang memunculkan tokoh-tokoh penggerak, dan Pengepul
sebagai pembeli sampah.
Konvergensi simbolik di kota Tangerang Selatan diawali dengan adanya
dramatisasi pesan yang menjadi visi retorisnya, yaitu: “Penyelamat Lingkungan
Kota Tangerang Selatan”, “Kurangi Timbulan sampah di TPA Cipeucang”,
“memilah sampah dari rumah”, “sampah menjadi berkah”, “Zero Waste”, “Rumah
Minim Sampah”, dan “1 RW 1 Bank Sampah”. Dukungan DLH dengan
memberikan sarana prasarana seperti timbangan, gawang, buku tabungan, tabung
composter dan pendampingan bank sampah. Visi retoris juga dapat terlihat dari
kegiatan komunitas bank sampah selain menimbang, menabung sampah, ada
pengelolaan sampah anorganik dan organik. Konvergensi simbolis yang terjadi di
komunitas bank sampah dengan tipologi pemukiman, yaitu: 1) tipe 1 (kampung
kota); 2) tipe 2 (kompleks); dan 3) tipe 3 (real estate) yang melahirkan melahirkan
tema-tema fantasi, tipe fantasi, dan visi retoris yang berbeda. Visi retoris komunitas
bank sampah di Tipe 1 cenderung pada pragmatis (ekonomi), di tipe 2 cenderung
pada sosial (interaksi dan kebersamaan), dan di tipe 3 cenderung pada spirit
melakukan sesuatu yang semestinya (righteous) tidak ada motivasi ekonomi atau
sosial.
Kesimpulan dari analisis SIAM menunjukkan bahwa kategori asumsi kunci
pertama, komunitas pengelolaan sampah di tipe 1 adanya irisan antara ekonomi,
pendidikan, dan sosial, dan sosial lebih menonjol. Sedangkan ekonomi dan
pendidikan berimbang. Kedua, tipe 2 adanya irisan antara kebijakan, sosial, dan
pendidikan, tidak ada ekonomi, namun kebijakan lebih menonjol. Ketiga, tipe 3
adanya irisan antara pendidikan, lingkungan, dan sosial. Tidak ada ekonomi, namun
pendidikan lebih menonjol. Implementasi program bank sampah sesuai regulasi
sangat optimal bila diterapkan di tipe 1 yang menjadikan sumber pendapatan, di
tipe 2 sangat berperan dalam kegiatan kreativitas daur ulang sampah dan di tipe 3
pada kegiatan kampanye advokasi lingkungan yang kritis.
Dari penilaian asumsi kritis pertama, komunitas pengelolaan sampah di Tipe
1 (kampung kota) memiliki tantangan untuk mengubah kebiasaan masyarakat
seperti membuang sampah sembarangan dan membakar sampah di lingkungan.
Kedua, tipe 2 (kompleks) tantangannya adalah motif sosial belum bisa diterapkan
kepada warga secara umum. Ketiga, tipe 3 (real estate) pada pelaksanaan program
bank sampah menjadi paradoks dengan prinsip 3 R (reduce, reuse, recycle).
Berdasarkan asumsi kunci dan kritis yang telah ditemukan maka strategi
komunikasi lingkungan yang dirumuskan dengan beberapa tahapan, yaitu: 1)
menetapkan strategi khalayak sasaran berdasarkan karakteristik tiga tipologi
pemukiman; 2) Menyusun strategi pesan sesuai dengan tema fantasi yang
mengandung makna, emosi, motif dan tindakan sesuai visi retoris tipologi
pemukiman. Visi retoris di tipe 1 adalah pragmatis, jadi pesan yang sesuai adalah
berdasarkan tipe fantasi “sampah menjadi mata pencaharian”. Visi retoris di tipe
2 adalah sosial, jadi pesan yang sesuai berdasarkan tipe fantasi “kebersamaan yang
menghibur”. Visi retoris di tipe 3 adalah righteous, jadi pesan yang sesuai
berdasarkan tipe fantasi “menjadi pejuang bumi”. 3) menetapkan strategi media
yang sesuai karakter kelompok di lokasi tipologi pemukiman. Media yang relevan
di tipe 1 adalah tatap muka dan forum kelompok sosial, di tipe 2 dengan
menggunakan jalur struktur RT dan RW, dan di tipe 3 menggunakan jejaring sosial
dan media digital. Aksi dari strategi komunikasi dalam bentuk kampanye
lingkungan dengan dua pola, yaitu: 1) sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat,
dan 2) pembinaan kepada komunitas pengelolaan sampah.
Collections
- DT - Human Ecology [542]