Perubahan Tutupan Lahan dan Keselarasannya dengan Pola Ruang di Wilayah Kesatuan Hidrologis Gambut Sungai Saleh-Sungai Sugihan
Date
2022Author
Aprilia, Nadila
Mulya, Setyardi Pratika
Panuju, Dyah Retno
Metadata
Show full item recordAbstract
Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Sungai Saleh – Sungai Sugihan
memiliki komposisi fungsi lindung yang besar yaitu 87,70% atau 0,19 juta ha dari
luas total KHG di Sumatera Selatan. Pembangunan wilayah yang tidak sejalan
dengan tata guna lahan bisa menyebabkan kerusakan dan penurunan fungsi lahan
tertentu. Kebakaran pada lahan gambut bisa menurunkan produktivitas lahan dan
meningkatkan keragaman jenis gulma. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
perubahan tutupan lahan di Kawasan Hidrologis Gambut Sungai Saleh-Sungai
Sugihan, menganalisis keselarasan tutupan lahan eksisting terhadap pola ruang
Kawasan Hidrologis Sungai Saleh-Sungai Sugihan, dan mengetahui tingkat
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan wilayah
Kesatuan Hidrologis Gambut Sungai Saleh-Sungai Sugihan.
Penelitian ini diawali dengan klasifikasi tutupan lahan dengan metode
klasifikasi terbimbing pada citra satelit Landsat menggunakan QGis 3.16. Akurasi
klasifikasi matriks konfusi yang dihasilkan untuk memastikan bahwa peta tutupan
lahan memenuhi syarat untuk digunakan dalam analisis perubahan tutupan lahan.
Dinamika perubahan tutupan lahan dan tingkat keselarasan tutupan lahan dianalisis
dengan prosedur tumpang tindih. Tingkat perkembangan wilayah ditentukan
dengan menghitung indeks berdasarkan beberapa variabel kelompok fasilitas. Jenis
tutupan lahan di Kesatuan Hidrologis Gambut Sungai Saleh-Sungai Sugihan
dikelaskan menjadi enam jenis tutupan lahan yaitu badan air, pemukiman, lahan
terbuka, perkebunan, sawah dan hutan sekunder. Hutan sekunder secara konsisten
terus menurun luasannya dalam dua periode pengamatan yaitu sebesar 8.784 ha
antara 2010 dan 2015 dan 5. 293 ha pada rentang 2015-2018. Secara keseluruhan
tutupan lahan eksisting yang selaras dengan RTRW seluas 67,20%, yang
dikategorikan dalam transisi 25,33% dan tidak selaras 7,47%. Proporsi tutupan
lahan eksisting yang selaras dengan peta status kawasan hutan dan perairan sebesar
88,79%, sedangkan yang tidak selaras 5,84 % dan 5,37% berstatus dalam transisi.
Secara umum, desa-desa yang dianalisis didominasi dengan tingkat perkembangan
sedang dengan tutupan lahan hutan sekunder.