Penapisan dan Identifikasi Karakter Ketahanan terhadap Virus Gemini dan Kutu Kebul pada Cabai
Abstract
Penyakit keriting daun kuning cabai yang disebabkan oleh virus Gemini menjadi masalah utama dalam pertanian cabai di daerah tropis, karena mempengaruhi kehilangan hasil yang parah dalam beberapa dekade terakhir. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangan virus Gemini dapat mencapai hingga 80-100% di bawah tekanan serangan kutu kebul yang tinggi pula. Upaya pengendalian secara fisik dinilai kurang efektif, sehingga perakitan varietas yang tahan terhadap penyakit virus dan vektornya (Bemisia tabaci) merupakan pendekatan yang dinilai paling efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Perakitan varietas tahan dimulai dengan melakukan pengumpulan sumber daya genetik, kemudian perakitan varietas melauli persilangan maupun bioteknologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi genotipe-genotipe yang menunjukkan ketahanan terhadap virus maupun vektornya untuk dijadikan sebagai sumber daya genetik.
Penelitian ini menggunakan 19 genotipe lokal koleksi Pusat Studi Hortikultura Tropis (PKHT) Bogor. Kajian mengenai resistensi terhadap vektor (Bemisia tabaci) dilakukan pada bulan September-Desember 2020 di rumah kaca Kebun Penelitian Tajur, Bogor, Jawa Barat. Rancangan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Sebanyak 10 ekor imago dimasukkan pada setiap tanaman uji yang disungkup dengan tabung mika transparan. Pengamatan dilakukan setelah 14 hari setelah inokulasi. Parameter pengamatan meliputi jumlah imago yang bertahan, jumlah populasi keturuna (jumlah telur, nimfa, dan pupa), dan intensitas serangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bonita, CR2 dan JT1 merupakan genotipe yang resisten terhadap Bemisia tabaci berdasarkan nilai persentase kelangsungan hidup dewasa, jumlah keturunan, dan intensitas penyakit. Ketiga genotipe tersebut memiliki nilai survival dewasa 0-20%, rata-rata jumlah keturunan 1-5 dan nilai intensitas serangan adalah 0%.
Uji ketahanan virus dilakukan di lapangan terbuka Kebun Penelitian Tajur pada Januari-Juli 2020. Penelitian menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) satu faktor dan tiga ulangan. Setiap genotipe ditanam di lapangan terbuka bersama dengan sumber inokulumnya, yaitu berupa tanaman cabai yang terinfeksi penyakit kuning akibat Begomo Virus. Pengamatan dilakukan setelah 60 hari periode inokulasi, meliputi persentase tanaman yang terserang penyakit serta gejala dan tingkat keparahan yang ditunjukkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe yang termasuk dalam kategori tahan terhadap serangan virus adalah JT5 dengan nilai keparahan penyakit rata-rata 5,19% dan kejadian (insidensi) penyakit 19,23%. Konfirmasi keberadaan DNA virus pada tanaman dilakukan di Laboratorium Molekuler Pusat Studi Hortikultura Tropis, Bogor, Jawa Barat. Primer yang digunakan adalah primer SPG1 (5’- CCCCKGTGCGWRAATCCAT-3’) dan SPG2 (5’-ATCCVAAYWTYCAGGGAGCT-3’), yang merupakan primer universal penyakit keriting kuning yang disebabkan oleh Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PepYLCV), salah satu spesies dari Begomo virus. Konfirmasi DNA virus
4
dilakukan pada 30 hari setelah periode inokulasi. Hasil konfirmasi menunujukkan bahwa semua genotipe terinfeksi oleh virus penyakit kuning berdasarkan pita yang muncul pada saat visualisasi hasil PCR.
Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antar parameter ketahanan terhadap kutu kebul dan ketahanan terhadap virus. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah imago berkorelasi positif dengan intensitas serangan, jumlah populasi total dan tingkat insidensi penyakit. Jumlah nimfa juga memiliki nilai korelasi positif yang cukup besar terhadap tingkat kejadian penyakit. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya jumlah populasi kutu kebul diduga dapat meningkatkan keparahan penyakit kuning pada cabai, sehingga ketahanan terhadap kutu kebul (Bemisia tabaci) berguna untuk menekan tingkat keparahan penyakit.
Collections
- MT - Agriculture [3781]