Dinamika Penangkapan Glass Eels dan Hasil Tangkapan Sampingan di Sungai Cikaso dan Cimandiri, Sukabumi
Date
2022-02-11Author
Annida, Shafira Bilqis
Zulkarnain, Zulkarnain
Wahju, Ronny Irawan
Metadata
Show full item recordAbstract
Perikanan glass eel merupakan satu usaha penangkapan yang telah
berkembang di dunia pada awal abad ke 20 dan mulai dirintis di Indonesia pada
tahun 1995. Perkembangan usaha penangkapanglass eelstidak lepas dari tingginya
nilai jual dan permintaan pasar terhadap benih dari sidat. Usaha penangkapan ini
pada umumnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan benih pada kegiatan
pembesaran sidat. Hingga saat ini, input produksi dari budidaya sidat masih
mengandalkan penangkapan benih dari alam.
Pasokan benih sidat (glass eel) yang masih mengandalkan penangkapan dari
alam tentu akan berpotensi pada penurunan populasi sidat di alam. Untuk menjaga
keberlanjutan sumberdaya sidat, Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia
mengeluarkan Permen KP No 80/2020 tentang status perlindungan terbatas
terhadap sidat. Sebagai bentuk upaya dalam mewujudkan perikanan sidat yang
berkelanjutan, maka disamping penerapan status perlindungan terbatas, perlu juga
memperhitungkan terkait penilaian alat tangkap tradisional yang digunakan oleh
nelayan dalam menangkap benih sidat. Penilaian ini dapat dilakukan dengan
mengetahui karakteristik alat tangkap seperti dinamika sebaran spasial dan
temporal hasil tangkapan utama (glass eel) dan hasil tangkapan sampingannya,
hubungan parameter lingkungan perairan terhadap hasil tangkapan, serta tingkat
kelangsungan hidup ikan hasil tangkapan pasca penangkapan.
Sungai Cikaso dan Cimandiri merupakan dua wilayah dengan tingkat
produksi tangkapan glass eel tertinggi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Nelayan di kedua wilayah tersebut diketahui menggunakan dua alat tangkap yang
umum dalam melakukan penangkapan glass eel yaitu sirib atau seser dan bubu
glass eels. Hingga saat ini, pendataan hasil-hasil tangkapan pada kedua alat tangkap
tersebut masih terfokus pada glass eel sebagai hasil tangkapan utamanya, adapun
hasil-hasil tangkapan sampingan belum tercatat dengan baik.
Penelitian ini dilakukan untuk dapat mencapai 3 tujuan utama. Ketiga tujuan
yang hendak dicapai yaitu (1) Menentukan dinamika dan sebaran spasial-temporal
hasil tangkapan pada alat penangkapan glass eels di Sungai Cikaso dan Cimandiri,
(2) Menentukan hubungan antara parameter fisik-kimiawi perairan terhadap
produksi hasil tangkapan, (3) Mengukur tingkat kelangsungan hidup pasca
penangkapan dari hasil tangkapan alat penangkapan glass eels.
Pengoperasian alat tangkap dilakukan setiap bulannya sejak November 2020
hingga April 2021. Pemilihan waktu penelitian mewakili musim peralihan 1
(November dan Desember 2020), musim penghujan (Januari dan Februari 2021)
dan musim peralihan 2 (Maret dan April 2021). Penentuan musim didasarkan pada
rata-rata curah hujan harian selama setiap bulannya. Penelitian dilakukan di dua
wilayah yakni Sungai Cikaso dan Cimandiri. Lokasi pengoperasian alat tangkap
ditentukan berdasarkan daerah penangkapan glass eel yang terdapat di kedua
wilayah tersebut. Diketahui bahwa lokasi penangkapan glass eel di Sungai
Cimandiri terletak tepat di wilayah muara, sementara pusat penangkapan di Sungai
Cikaso berjarak + 8 km dari muara sungai.
Hasil identifikasi menunjukan terdapat 3 spesies glass eels yang menjadi hasil
tangkapan utama dari kedua alat tangkap yaitu seser dan bubu di kedua wilayah
penelitian berdasarkan perhitungan persentase rasio ano-dorsal terhadap panjang
total. Ketiga spesies tersebut yakni Anguilla bicolor bicolor, A. nebulosa, dan A.
marmorata. Selain itu, terdapat 16 spesies hasil tangkapan sampingan dari
perikanan glass eels di Sungai Cikaso dan 19 spesies hasil tangkapan sampingan di
Cimandiri yang sebagian besarnya memiliki nilai ekonomis penting. Produksi hasil
tangkapan sampingan tertinggi di Sungai Cikaso didominasi oleh ikan dari Famili
Gobiidae dan Eleotridae seperti belosoh (Glossogobius giuris), bobosoh (Eleotris
melanosoma), nyereh (Eleotris fusca) dan penja (Giuris margaritacea). Seluruh
ikan tersebut merupakan kelompok ikan amfidromus yang sebagian besar hidupnya
berada di perairan sungai. Adapun produksi hasil tangkapan sampingan tertinggi
di wilayah Cimandiri terdapat pada ikan katadromus seperti belanak (Crenimugil
sehelii), kada (Osteomugil cunnesius), kerong-kerong (Terapon jarbua), serta ikan
pantai seperti kengkel (Callionymus sagitta).
Biomassa hasil tangkapan dari perikanan glass eels dipengaruhi oleh kondisi
musim. Produksi glass eel di kedua wilayah tertinggi pada musim penghujan di
bulan Februari 2021 baik pada alat tangkap seser maupun bubu glass eels. Pada alat
tangkap sirib, komposisi hasil tangkapan utama lebih dominan pada musim
penghujan. Adapun pada alat tangkap bubu memiliki proporsi hasil tangkapan
sampingan yang lebih dominan dibandingkan dengan hasil tangkapan utamanya di
setiap musim. Hal ini dikarenakan pengoperasian bubu glass eel yang diletakkan di
celah bebatuan yang merupakan tempat persembunyian bagi berbagai spesies ikan ikan sungai. Beberapa ikan sungai dari Famili Gobiidae dan Eleotridae yang
diketahui membuat sarang di celah bebatuan banyak tertangkap pada alat tangkap
bubu glass eel yang dioperasikan di Sungai Cikaso.
Beberapa parameter fisik-kimiawi perairan diketahui mempengaruhi hasil
tangkapan dari perikanan glass eel. Secara umum, hasil tangkapan glass eel
dipengaruhi oleh parameter pasang dan kekeruhan. Glass eel lebih melimpah pada
kondisi pasang air laut dan tingkat kekeruhan yang tinggi.
Tingkat kelangsungan hidup pasca penangkapan dari glass eel yang
tertangkap dengan alat tangkap sirib dari Sungai Cikaso lebih tinggi dibandingkan
dengan glass eel yang tertangkap di Muara Cimandiri. Hal ini dapat dikaitkan
dengan historikal perjalanan hidup dan seleksi alamiah glass eel yang telah sampai
pada wilayah sungai di Sungai Cikaso, dibandingkan dengan yang baru melakukan
proses rekrutmen di wilayah muara pada Muara Cimandiri.
Adapun tingkat kelangsungan hidup pasca penangkapan untuk ikan hasil
tangkapan sampingan sangat dipengaruhi oleh persentase luka yang ditimbulkan
akibat proses penangkapan. Pada ikan hasil tangkapan sampingan yang ditangkap
dengan alat tangkap sirib, umumnya tidak terdapat luka yang berarti (persentase
luka 0-5%) dengan tingkat kelangsungan hidup pasca 4 hari penangkapan
~88%. Adapun ikan hasil tangkapan sampingan yang tertangkap dengan
alat tangkap bubu glass eels di Sungai Cikaso memiliki tingkat kelangsungan hidup
yang rendah pada kondisi persentase luka pasca penangkapan yang lebih tinggi.
Collections
- MT - Fisheries [3019]