Tingkat Implementasi Kelaiklautan Kapal dan Analisis Risiko pada Armada yang Berbasis di Pelabuhan Perikanan Samudera Kutaraja
Abstract
Kelaiklautan kapal merupakan salah satu syarat yang wajib dipenuhi oleh kapal pada setiap aktivitas pelayaran, begitupun juga keselamatan dan keamanan kapal ditandai dengan kondisi terpenuhinya persyaratan kelaiklautan kapal. Implementasi kelaiklautan kapal di pelabuhan perikanan samudera Kutaraja diisukan rendah, hal ini berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, dimana nelayan yang berbasis di pelabuhan perikanan samudera Kutaraja masih belum menerapkan aspek kelaiklautan kapal secara optimal. Seperti penggunaan jerigen sebagai pengganti pelampung, jumlah ABK tidak sesuai dengan crew list, ketidaklengkapan surat/dokumen kapal seperti yang diatur dalam Undang-undang No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dan pembuangan sampah sembarangan di area pelabuhan. Selain itu, BASARNAS Aceh (2019) membuktikan kasus kecelakaan kapal di Provinsi Aceh mengalami peningkatan, pada tahun 2018 sebanyak 22 kasus meningkat menjadi 36 kasus pada tahun 2019. Kecelakaan ini dipicu karena adanya indikasi pengabaian aspek keselamatan dalam berlayar (BASARNAS, 2019). Jika hal ini tidak diperhatikan, maka kecelakaan akan terus terjadi dan aktivitas pelayaran akan selalu penuh dengan risiko. Pengabaian aspek kelaiklautan kapal akan berdampak buruk terhadap keselamatan dan keamanan angkutan perairan, kepelabuhanan dan lingkungan maritim, sehingga perlu upaya peningkatan implementasi kelaiklautan kapal. Upaya ini mampu dilakukan oleh Syahbandar apabila tersedianya informasi dasar tingkat implementasi kelaiklautan kapal dan strategi pengendalian terkait aktivitas penerapan aspek kelaiklautan kapal. Pihak pelabuhan harus memperhatikan penuh mengenai hal ini, begitu pula dengan nelayan yang harus mematuhi dan menerapkan laik laut.
Beberapa penelitian terkait aspek kelaiklautan kapal telah dilakukan oleh (Ladesi 2009, Satria dan Manfaat 2012, Purwangka et al. 2013, Suhardjo dan Suharyo 2014, Suharyo 2017), namun penelitian tersebut tidak sampai menghitung nilai risiko dari aktivitas penerapan aspek kelaiklautan kapal. Sehingga, pada penelitian ini dilakukan identifikasi bahaya dan pendugaan risiko terkait aspek-aspek kelaiklautan kapal menggunakan metode FSA (Formal Safety Assessment), agar dapat direkomendasikan strategi pengendalian terhadap aktivitas penerapan aspek kelaiklautan kapal yang memperoleh nilai risiko yang tinggi. Oleh karena itu, informasi tentang tingkat penerapan aspek kelaiklautan kapal menjadi sangat penting. Sehubungan dengan hal tersebut, hasil perhitungan pendugaan risiko dari aspek kelaiklautan akan digunakan untuk menyusun strategi pengendalian risiko yang diprioritaskan.
Pelabuhan perikanan menjadi tempat bagi pihak-pihak yang berwenang dalam upaya penerapan aspek kelaiklautan kapal. Sehingga penelitian ini dilakukan di pelabuhan, adapun pelabuhan yang dipilih adalah PPS Kutaraja. Alasan menjadikan PPS Kutaraja sebagai pelabuhan studi kasus tingkat implementasi kelaiklautan kapal dan analisis risiko ialah karena jumlah armada kapal yang cenderung meningkat dari jumlah armada 335 unit pada tahun 2016 bertambah menjadi 369 unit pada tahun 2019, jumlah ini memberikan peluang yang semakin besar kaitannya dengan kecelakaan kapal, dimensi kapal bervariasi, dan PPS Kutaraja merupakan satu-satunya pelabuhan perikanan tipe yang ada di Aceh. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan informasi untuk Syahbandar dalam upaya peningkatan implementasi kelaiklautan kapal di PPS Kutaraja serta strategi pengendalian yang telah disusun dapat dijalankan oleh Syahbandar guna menurunkan risiko pada penerapan aspek kelaiklautan kapal.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat implementasi kelaiklautan kapal pada armada kapal penangkap ikan yang berbasis di PPS Kutaraja, menghitung risiko implementasi kelaiklautan kapal pada armada kapal penangkap ikan yang berbasis di PPS Kutaraja dan memberikan rekomendasi peningkatan implementasi kelaiklautan kapal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara (kuesioner) dan pengamatan langsung dilapangan. Teknik pengambilan sample yang digunakan ada 2 yaitu purposive sampling dan accidental sampling. Aspek penelitian ini ada 2 yaitu aspek kelaiklautan kapal dan analisis risiko dalam penerapan aspek kelaiklautan kapal.
Berdasarkan pengolahan data, didapatkan hasil penelitian berikut: penerapan aspek kelaiklautan kapal yang berbasis di PPS Kutaraja berdasarkan aspek keselamatan, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan kapal, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen dan kesehatan penumpang serta kelengkapan surat dan dokumen masing-masing memiliki persentase skoring sebesar 43,32% (sangat baik), 98,31% (sangat buruk), 65,15 % (baik), 79,38% (ya), 82,39 % (ya), 57,27% (sangat baik), dan 59,09 % (ya).
Analisis risiko penerapan aspek kelaiklautan kapal menggunakan metode Formal Safety Assessment (FSA), dengan 4 tahapan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko, pilihan pengendalian risiko dan pilihan pengambilan keputusan. Berdasarkan pengolahan data, didapatkan hasil penelitian berikut ini: tingkat risiko tertinggi ialah penerapan aspek pencegahan pencemaran perairan dan penerapan aspek kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang. Tingkat risiko terendah ialah penerapan aspek status hukum kapal. Berdasarkan tingkat risiko tertinggi yang telah diketahui, diberikan rekomendasi pilihan keputusan agar dapat dilaksanakan oleh Syahbandar, sehingga penerapan aspek kelaiklautan kapal pada armada yang berbasis di PPS Kutaraja dapat ditingkatkan dan dioptimalkan. Ship's seaworthiness is one of the requirements that must be met by ships in every shipping activity, as well as the safety and security of ships marked by the condition of fulfilling the ship's seaworthiness requirements. The implementation of the seaworthiness of ships at the Kutaraja oceanic fishing port is rumored to be low, this is based on the initial survey that has been carried out, where fishermen based in the Kutaraja oceanic fishing port still have not implemented the ship's seaworthiness aspects optimally. Such as the use of Jerigen as a substitute for buoys, the number of crew members not in accordance with the crew list, incomplete ship documents/documents as regulated in Law No. 17 of 2008 concerning shipping, and littering in the port area. In addition, BASARNAS Aceh (2019) proves that cases of ship accidents in Aceh Province have increased, in 2018 as many as 22 cases increased to 36 cases in 2019. This accident was triggered due to indications of neglect of the safety aspect in sailing (BASARNAS, 2019). If this is not observed, then accidents will continue to occur and shipping activities will always be full of risks. Ignoring the ship's seaworthiness aspect will have a negative impact on the safety and security of water transportation, ports and the maritime environment, so it is necessary to increase the implementation of ship's seaworthiness. This effort can be carried out by the harbormaster if basic information is available on the level of shipworthiness implementation and control strategies related to the activities of implementing shipworthiness aspects in order to improve the implementation of shipworthiness. The port side must pay full attention to this matter, as well as fishermen who must comply with and implement seaworthiness.
Several studies related to the seaworthiness aspect of ships have been carried out by (Ladesi 2009, Satria and Benefit 2012, Purwangka et al. 2013, Suhardjo and Suharyo 2014, Suharyo 2017), but these studies did not calculate the risk value of the activity of implementing aspects of shipworthiness. Therefore, in this study, hazard identification and risk estimation related to aspects of ship's seaworthiness were carried out using the FSA (Formal Safety Assessment) method, in order to recommend a control strategy for the activity of implementing aspects of ship's seaworthiness that obtained a high risk value. Therefore, information about the level of application of the ship's seaworthiness aspect is very important. In this regard, the results of the calculation of the risk estimation from the marine aspect will be used to develop risk control strategies.
The fishing port is a place for the authorities in an effort to reduce accidents. So that this research was carried out at the port, the port chosen was PPS Kutaraja. The reason for making PPS Kutaraja a case study port for the implementation of shipworthiness and risk analysis is because the number of ships tends to increase from the total fleet of 335 units in 2016 to 369 units in 2019 this number provides a greater opportunity in relation to ship accidents, dimensions ships vary, PPS Kutaraja is the only fishing port of this type in Aceh. This research is expected to be a reference and information for the harbormaster in the effort to implement the seaworthiness of ships at PPS Kutaraja, as well as provide solutions for preventing and mitigating the risk of accidents on fishing vessels based at PPS Kutaraja.
The purpose of this research is to determine the level of implementation of ship seaworthiness in fishing vessels based in PPS Kutaraja, calculate the risk of implementing ship seaworthiness on the fishing vessel based at PPS Kutaraja and provide recommendations for improving the implementation of ship seaworthiness. The method of data collection was done by interview method and observation. There are 2 sampling techniques used, are purposive sampling and accidental sampling. There are 2 aspects of this research, namely the aspect of the seaworthiness of the ship and the risk analysis in the application of the aspect of the seaworthiness of the ship.
Based on data processing, the following research results were obtained: the application of aspects of seaworthiness based at PPS Kutaraja based on safety aspects, prevention of water pollution from ships, ship manning, welfare of ship crews and passenger health, legal status of ships, management and health of passengers and completeness of letters and documents. each document has a scoring percentage of 43.32% (very good), 98.31% (very bad), 65.15% (good), 79.38% (yes), 82.39% (yes), 57.27% (very good), and 59.09% (yes).
The risk analysis of the application of the seaworthiness aspect of the ship uses the Formal Safety Assessment (FSA) method, with 4 stages, namely hazard identification, risk assessment, risk control options and decision making options. Based on data processing, the following research results were obtained: the highest level of risk is the application of aspects of preventing water pollution and the application of aspects of the welfare of the crew and the health of passengers. The lowest level of risk is the application of the legal status aspect of the ship. Based on the highest known risk level, recommendations for decision choices based on the highest risk level can be made so that the harbormaster can implement it, so that the implementation of the shipworthiness aspect of the fleet based at PPS Kutaraja can be implemented properly.
Collections
- MT - Fisheries [2934]