Pengembangan Uji Tetrazolium sebagai Metode Analisis Vigor Kekuatan Tumbuh Benih Botani Bawang Merah di Lapangan
Abstract
Benih botani bawang merah atau disebut true seed of shallot (TSS) sudah diperkenalkan sebagai bahan perbanyakan yang memiliki banyak kelebihan dibandingkan umbi. Mutu TSS harus dipantau saat masa panen maupun penyimpanan sebagai quality control. Pengujian benih yang cepat dibutuhkan untuk mendapatkan informasi mutu benih. Vigor benih menggambarkan kemampuan pemunculan bibit di lapangan dalam kondisi suboptimum. Uji tetrazolium (TZ) merupakan salah satu metode untuk mengestimasi viabilitas dan vigor benih. Penelitian ini bertujuan mendapatkan pola topografi pewarnaan tetrazolium sebagai kriteria benih vigor dan mendapatkan informasi hubungan pola-pola vigor dengan hasil pengujian vigor di laboratorium dan vigor kekuatan tumbuh di lapangan.
Penelitian ini dilaksanakan bulan Desember 2018 sampai dengan Agustus 2019 menggunakan dua varietas benih bawang merah, yaitu Trisula dan Tuk-tuk. Percobaan pertama bertujuan menentukan lama waktu pre-treatment untuk uji tetrazolium benih bawang merah berdasarkan laju imbibisi benih, pembesaran embrio, dan waktu pemunculan radikula. Dari percobaan pertama diperoleh informasi bahwa perendaman benih (pre-treatment) dalam uji tetrazolium perlu dilakukan selama 18 jam. Percobaan kedua bertujuan mendapatkan pola pewarnaan uji TZ menggunakan benih varietas Tuk-tuk dengan empat tingkat viabilitas, kemudian dibandingkan dengan parameter pengujian fisiologis di laboratorium (uji di atas kertas). Tolok ukur pengujian fisiologis adalah indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT), dan berat kering kecambah normal hari ke-6 (BKKN-h6). Pola pewarnaan dari uji TZ pada percobaan kedua dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu normal kuat (empat pola) sebagai kriteria benih vigor, normal lemah (lima pola), abnormal (tujuh pola), dan benih mati (empat pola). Pola normal kuat memiliki koefisien korelasi (r) yang tinggi dengan parameter fisiologis di laboratorium terutama indeks vigor (r= 0.882), bobot kering kecambah normal hari ke-6 (r= 0.899), dan kecepatan tumbuh (r= 0.875). Hal ini mengindikasikan bahwa pola pewarnaan vigor dapat memprediksi vigor benih di laboratorium.
Percobaan ketiga dilaksanakan dengan menggunakan dua varietas yaitu Tuk-tuk dan Trisula dengan masing-masing dua tingkat viabilitas. Pengujian di laboratorium mencakup pengujian fisiologis dan uji TZ. Pengujian di lapangan dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB Dramaga untuk mengamati daya tumbuh dan produksi umbi. Percobaan dilaksanakan dalam rancangan kelompok lengkap teracak satu faktor. Hasil percobaan menunjukkan adanya korelasi yang lemah antara pola normal kuat (uji TZ) dengan daya tumbuh (r= 0.314) dan pertumbuhan di lapangan, yang memberi indikasi bahwa pola normal kuat dari uji TZ belum dapat mengestimasi daya tumbuh, pertumbuhan tanaman dan produksi di lapangan.
Collections
- MT - Agriculture [3682]