Potensi Cendawan Endofit sebagai Pengendali Hayati Penyakit Akar Putih pada Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)
Date
2022-01-04Author
Parlindo, Fitra
Tondok, Efi Toding
Wiyono, Suryo
Metadata
Show full item recordAbstract
Penyakit akar putih merupakan penyakit penting pada jambu mete yang
disebabkan oleh cendawan patogen Rigidoporus sp. Cendawan ini menginfeksi
akar tanaman sehingga menyebabkan akar menjadi busuk. Pada tanaman dewasa
yang produktif, penyakit akar putih menjadi sangat merugikan karena
menurunkan hasil panen akibat berkurangnya pohon yang dapat menghasilkan.
Berbagai pengendalian telah dilakukan oleh petani jambu mete, namun
hasilnya belum optimal. Cendawan endofit diketahui sebagai salah satu jenis
mikrob fungsional yang mampu memproduksi metabolit sekunder, baik secara
langsung atau tidak langsung sehingga sangat cocok dijadikan sebagai agens
pengendali hayati. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan cendawan endofit
yang efektif mengendalikan penyakit akar putih pada tanaman jambu mete
(Anacardium occidentale L.) dan menganalisis mekanisme kerjanya. Sebanyak
lima isolat cendawan endofit yang digunakan pada penelitian ini merupakan isolat
koleksi Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), adapun cendawan patogen
penyebab penyakit akar putih diisolasi dari akar jambu mete terinfeksi asal kebun
jambu mete di Kabupaten Karangasem, Bali.
Penelitian ini terdiri atas isolasi-identifikasi cendawan patogen, uji in vitro
isolat cendawan endofit terhadap patogen Rigidoporus sp. (uji antibiosis dan
interaksi cendawan endofit-patogen, uji produksi senyawa organik volatil
antifungi, uji aktivitas kitinolitik, uji produksi IAA, dan uji kemampuan
melarutkan fosfat), uji kolonisasi cendawan endofit, dan uji keefektifan cendawan
endofit dalam mengendalikan cendawan akar putih pada bibit jambu mete di
rumah kaca. Isolat patogen Rigidoporus sp. dan lima isolat cendawan endofit
diidentifikasi secara molekuler menggunakan pasangan primer universal ITS1
(forward) dan ITS4 (reverse).
Isolasi cendawan patogen dari akar jambu mete terinfeksi menghasilkan
cendawan patogen yang identik dengan Rigidoporus sp. secara morfologi dan
molekuler. Koloni cendawan tersebut memiliki pertumbuhan konsentris pada
media PDA, berwarna putih cerah, dengan permukaan yang tampak berserat. Hifa
cendawan ini hialin dan bersekat. Struktur mikroskopik lainnya yang menjadi ciri
khas dari Rigidoporus sp. juga ditemukan, seperti cystidioles dan clamp
connection. Kedua struktur tersebut banyak ditemukan pada bagian hifa.
Penyejajaran sekuen nukleotida cendawan hasil amplifikasi dengan database di
GenBank menunjukkan bahwa cendawan ini memiliki homologi terdekat sebesar
92,09% dengan Rigidoporus sp. E7081 asal Jawa dan Rigidoporus sp. E7089 asal
Sumatra.
Hasil uji in vitro menunjukkan bahwa lima isolat cendawan endofit
berpotensi menghambat pertumbuhan Rigidoporus sp. dan memacu pertumbuhan
tanaman melalui produksi senyawa organik volatil antifungi, enzim kitinase, dan
asam indol asetat (IAA). Kemampuan melarutkan fosfat dimiliki empat isolat
(kecuali isolat BR32C) dengan efisiensi kelarutan rendah-sedang. Isolat cendawan
endofit juga mampu mengolonisasi akar bibit jambu mete dengan persentase 10-
65%. Isolat BR32C merupakan isolat terbaik dalam mengolonisasi jaringan akar,
baik pada rambut akar maupun akar lateral.
Perlakuan isolat cendawan endofit sebanyak 2x (satu bulan sebelum
inokulasi patogen dan satu minggu setelah inokulasi patogen) dengan kerapatan
konidia/askospora 105
berhasil menekan insidensi dan keparahan penyakit akar
putih pada bibit jambu mete di rumah kaca. Rata-rata persentasi insidensi dan
keparahan penyakit paling rendah masing-masing adalah 58,33% dan 15,62%.
Isolat BR32C dan VNTB1 merupakan dua isolat dengan keefektifan pengendalian
tertinggi, berturut-turut sebesar 83,52% dan 80,30%. Aplikasi cendawan endofit
juga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman. Rerata tinggi tanaman
dan bobot akar yang diinokulasi lima isolat cendawan endofit lebih baik
dibandingkan kontrol. Isolat BR32C teridentifikasi sebagai Trichoderma
asperellum, sedangkan VNTB1 teridentifikasi sebagai Chaetomium sp.
Peningkatan aktivitas polyphenol oxsidase (PPO) pada akar tanaman yang
diinokulasi isolat cendawan endofit mengindikasikan bahwa cendawan endofit
mampu menginduksi enzim yang terlibat dalam mekanisme pertahanan tanaman
terhadap invasi patogen. Selain itu, konsentrasi malondialdehyde (MDA) pada
akar yang diinokulasi cendawan endofit lebih rendah dibandingkan kontrol. Hasil
tersebut membuktikan bahwa isolat cendawan endofit mampu menurunkan tingkat
stres pada tanaman, sehingga akan memperkecil potensi tanaman terinfeksi oleh
penyakit.
Collections
- MT - Agriculture [3772]