Keragaman Karakter Morfologi dan Ketahanan Berbagai Spesies Cabai (Capsicum spp.) terhadap Penyakit Daun Keriting Kuning
Date
2021-12Author
Sayekti, Tri Wahono Dyah Ayu
Syukur, Muhamad
Hendrastuti, Elisabeth Sri
Maharijaya, Awang
Metadata
Show full item recordAbstract
Masyarakat dunia telah menjadikan cabai (Capsicum spp.) sebagai salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam penggunaannya di berbagai aspek kehidupan. Peningkatan produktivitas cabai umumnya menghadapi beberapa hambatan, salah satunya adalah serangan hama dan penyakit tanaman. Penyakit daun keriting kuning (Pepper Yellow Leaf Curl Disease/PYLCD) dapat menyebabkan kerusakan dan kehilangan hasil yang tinggi. Penyakit ini disebabkan oleh Pepper yellow leaf curl virus (PYLCV) dan ditularkan melalui serangga vektor kutu kebul (Bemisia tabaci). Pengendalian PYLCD hingga saat ini masih terbatas pada pengendalian serangga vektor. Penggunaan varietas tahan menjadi cara yang lebih efektif untuk mencegah kerusakan akibat PYLCD. Penelitian ini terdiri atas dua kegiatan utama yakni (1) karakterisasi keragaan morfologi dan agronomi serta (2) pengujian respons ketahanan 29 genotipe cabai terhadap penyakit daun keriting kuning.
Percobaan pertama bertujuan untuk mendapatkan informasi keragaan karakter agronomi dan morfologi genotipe cabai yang berasal dari 4 spesies berbeda. Pengujian dilakukan di dalam rumah kaca dan dilaksanakan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) satu faktor dengan tiga ulangan. Pengamatan karakter morfologi dan agronomi dilakukan pada 32 karakter meliputi karakter kecambah, daun, batang, bunga, buah, biji dan produktivitas tanaman. Pengamatan karakter didasarkan pada panduan deskripsi cabai IPGRI. Hasil pengamatan menunjukkan adanya keragaman karakter yang cukup besar di antara genotipe uji. Genotipe uji teramati memiliki tinggi yang beragam berkisar dari tanaman yang pendek, sedang, tinggi hingga sangat tinggi. Bentuk serta ukuran tanaman cukup beragam dengan produktivitas berkisar antara 29,23 g hingga 207,92 g buah per tanaman.
Percobaan kedua bertujuan untuk mendapatkan informasi respons serta kategori tingkat ketahanan tanaman terhadap penyakit daun keriting kuning. Percobaan dilakukan menggunakan dua unit percobaan yakni (1) penanaman pada kondisi bebas virus (kontrol) dan (2) penanaman pada kondisi terinfeksi virus. Inokulasi virus dilakukan dengan metode inokulasi individu menggunakan serangga vektor kutu kebul. Pengamatan meliputi karakter morfologi dan agronomi serta karakter ketahanan (periode inkubasi, tingkat insidensi dan tingkat keparahan penyakit). Tingkat ketahanan tanaman dikategorikan menjadi lima kategori berdasarkan tingkat keparahan penyakit, yakni sangat rentan, rentan, agak rentan, agak tahan dan tahan. Genotipe Adelina, Red Habanero, Red Chupetinho, F6-074, Jolokia, Fatali, F5-012328-6-2-1, Anies, F4-012328-1AB-3, F5-012328-1AB-2-1, Caman, IPBC3, dan IPBC290 termasuk kategori tanaman tahan. Genotipe F1 Baja, Seloka, Bonita, IPBC12, F4-012328-3-3, Ungara, F5-012328-6-2-2, IPBC15, dan Cakra Putih merupakan tanaman agak tahan. Genotipe Taruna dan IPBC333 termasuk dalam kategori tanaman agak rentan. Genotipe SSP, Bishop Crown dan IPB C5 termasuk dalam kategori tanaman rentan. Genotipe Yuni dan Lemon Drop termasuk kategori tanaman yang sangat rentan terhadap penyakit daun keriting kuning. Hasil pengamatan juga menunjukkan adanya perbedaan keragaan tanaman antara tanaman yang terinfeksi PYLCV dibandingkan dengan tanaman bebas virus (kontrol). Tanaman teramati mengalami penyusutan ukuran daun, dan tinggi tanaman, penyusutan ukuran buah, serta penurunan jumlah buah dan bobot buah per tanaman. Nilai penurunan tersebut diketahui berkorelasi dengan tingkat keparahan penyakit. Tanaman dengan tingkat keparahan penyakit yang lebih besar, cenderung mengalami penurunan keragaan yang lebih besar. Korelasi juga teramati antara tingkat keparahan penyakit dengan umur berbunga tanaman. Tanaman dengan tingkat keparahan penyakit yang lebih berat cenderung berbunga lebih cepat dibandingkan tanaman yang bergejala ringan.
Berdasarkan kategori tingkat ketahanan dan karakter lain seperti produktivitas, masing-masing spesies cabai yang diuji memiliki genotipe unggul yang berpotensi untuk dikembangkan. Genotipe tersebut adalah ‘Jolokia’ (C. chinense), ‘Anies’ (C. annuum) dan ‘Bonita’ (C. frutescens), yang dapat direkomendasikan sebagai kandidat yang baik sebagai sumber sifat ketahanan cabai terhadap PYLCV.
Collections
- MT - Agriculture [3683]