Subsiden Tanah Gambut dan Hubunganya dengan Emisi pada Perkebunan Kelapa Sawit.
Date
2021Author
Lutfi, M Wasilul
Baskoro, Dwi Putro Tejo
Anwar, Syaiful
Pulunggono, Heru Bagus
Metadata
Show full item recordAbstract
Tanah gambut memiliki porositas serta kandungan air yang tinggi sehingga
menyebabkan tanah gambut mudah mengalami pemadatan. Pemadatan tersebut
berakibat pada terjadinya penurunan permukaan tanah yang disebut subsiden.
Subsiden adalah fenomena yang pasti terjadi pada lahan gambut yang
pemanfaatannya mensyaratkan drainase seperti pemanfaatan sebagai lahan
pertanian. Subsiden pada lahan gambut alami yang didrainase pada awalnya terjadi
terutama akibat konsolidasi dan kemudian kompaksi material gambut. Pada tahap
selanjutnya, subsiden juga diakibatkan oleh teroksidasinya material gambut
khususnya yang berada di atas muka air tanah. Subsiden merupakan permasalahan
penting pada pemanfaatan lahan gambut yang harus menjadi perhatian. Penelitian
ini bertujuan menetapkan laju subsiden pada tanaman kelapa sawit dan semak,
menetapkan komponen kompaksi dan konsolidasi dari subsiden, menetapkan emisi
yang dihasilkan dari data subsiden, dan menetapkan rasio emisi terhadap subsiden
dari data sekunder.
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan utama yang dilaksanakan pada
bulan Januari 2020 sampai Januari 2021. Pengambilan sampel tanah dilakukan di
lahan gambut pada perkebunan kelapa sawit PT Kimia Tirta Utama Kabupaten Siak
Provinsi Riau. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB. Penelitian ini
merupakan penelitian lanjutan, dimana pada penelitian sebelumnya pengukuran
subsiden pada tiga blok dengan tutupan lahan kelapa sawit dengan tingkat umur
yang berbeda, dan pada penelitian ini menambahkan blok tutupan lahan semak
belukar sebagai pembanding dalam kondisi alami dan mengidenfikasi komponen
kompaksi dan konsolidasi dari subsiden. Penentuan komponen subsiden dilakukan
dengan pemasangan stik horizontal pada dinding profil gambut pada setiap 10 cm
dari permukaan tanah sampai kedalaman 1 meter. Analisis data penentuan
komponen kompaksi dan konsolidasi dilakukan dengan mengamati dan melihat
pebedaan perubahan jarak strik horizontal di atas dan di bawah TMAT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada gambut lokasi penelitian, nilai
berat isi dan kadar C-organik semakin tinggi dengan bertambahnya kedalaman,
sedangkan kadar abu semakin rendah. Tinggi muka air tanah pada blok tutupan
lahan semak (L1) menunjukkan nilai lebih rendah dibandingkan dengan blok
tutupan lahan kelapa sawit, sementara laju subsiden blok tutupan semak belukar
menunjukkan nilai lebih tinggi. Laju subsiden pada tahun 2020 lebih rendah
dibandingkan laju subsiden di tahun 2019 akibat adanya fenomena bouncing back
atau pengembangan kembali akibat material gambut terisi kembali oleh air
sehingga laju subsiden menurun. Hasil analsisis komponen subsiden menunjukkan
bahwa konsolidasi lebih dominan (berkontribusi lebih besar) dibandingkan
kompaksi walaupun lahan gambut dengan penggunaan lahan perkebunan kelapa
sawit sudah didrainase selama10-20 tahun. Emisi CO2 potensial dari data subsiden
pada perkebunan kelapa sawit dengan sistem drainasenya terkendali menjadikan
laju subsiden dinamis. Dikarenakan adanya boucing back, maka penghitungan
emisi potensial dari data subsiden menjadi lemah atau tidak handal. Oleh karena itu
perlu dipertimbangkan kembali dalam penggunaan data subsiden untuk perhitungan
emisi. Rasio emisi terhadap subsiden menunjukkan nilai yang melebihi 100%,
sehingga rasio emisi tidak bisa ditetapkan. Hubungan subsiden dengan tinggi muka
air, kadar serat, dan kedalaman gambut menunjukkan hubungan yang erat,
sedangkan dengan berat isi memiliki hubungan yang lemah.
Collections
- MT - Agriculture [3683]